Insiden lumpuhnya server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) beberapa waktu silam, kini mencapai klimaksnya. Mulai dari awal peretasan sampai permintaan maaf, berikut kronologi hacker Brain Cipher yang menarik untuk disimak sampai habis.
Kronologi Hacker Brain Cipher Temui Akhir Tak Terduga
Buat kalian yang belum update, kronologi hacker Brain Cipher ini bermula dari terdeteksinya serangan siber yang ditujukan pada PDNS 2 yang berlokasi di Surabaya pada 17 Juni silam. Di mana upaya peretasan tersebut terdeteksi pada jam 23:15, mengawali peretasan tersebut dengan penonaktifan Windows Defender.
Aksi peretasan tersebut dieksekusi pada 20 Juni – 3 hari setelah upaya peretasan pertama, pada pukul 00:54. Proses peretasan ini dilakukan dengan pemasangan file berbahaya, menghapus file penting, dan memastikan semua layanan berjalan telah nonaktif. Pada pukul 00:55, Windows Defender dilapor tak bisa lagi digunakan karena nge-crash.
Pihak Kominfo sempat ditodong uang tebusan sebesar USD 8 Juta, atau setara dengan IDR 131 Miliar. Akibat peretasan ini, setidaknya ratusan instansi terganggu operasionalnya, mulai dari lumpuhnya PDNS 2, keimigrasian, dan ratusan instansi lainnya yang tersebar di seluruh tanah air.
Kronologi hacker Brain Cipher ini akhirnya berakhir pada 2 Juli kemarin. Di mana data PDN Kominfo dikembalikan oleh sang hacker tanpa meminta tebusan sama sekali, bahkan kelompok peretas tersebut menyarankan agar pemerintah meningkatkan kualitas pengamanan sistem yang berhubungan dengan data nasional.
Banyak Mengundang Tanda Tanya
Kronologi hacker Brain Cipher yang “berbaik hati” memberikan kunci dekripsi kepada pemerintah Indonesia secara gratis ini, ternyata mengundang tanda tanya seluruh lapisan masyarakat. Pasalnya, banyak yang beranggapan mustahil hacker bakal meminta maaf dan memberikan kembali akses perangkat sang target secara percuma.
Hal tersebut diungkapkan oleh pegiat media sosial, Denny Siregar lalui cuitannya baru-baru ini. Ia terheran-heran, bagaimana mungkin seorang hacker meminta maaf, dan justru curiga bahwa ini “hacker domestik”.
Komika tanah air, Ernest Prakasa, juga mencuit hal serupa. Ia sangat kecewa pada pemerintah yang bukannya berbenah, tapi justru menyalahkan masyarakatnya ketika insiden peretasan ini terjadi.
Kalau kalian menyelam Twitter X, kalian bisa menemukan banyak sekali warganet yang mengeluhkan hal serupa, dan curiga bahwa insiden ini hanya sebuah settingan dari Kominfo agar pihak terkait bisa “semakin mulus” saja untuk menurunkan anggaran operasionalnya.
Gimana menurut kalian, brott? Apakah kalian berpikir demikian?
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Bima. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.