Bermodalkan Pengetahuan Tempur dari Game Call of Duty, Pria Ini Nekat Terjun ke Medan Perang Melawan Pasukan ISIS

Call of Duty Header

Siapa sangka pria asal Amerika bernama John Duttenhofer yang memiliki hobi bermain video game ini nekat terjun ke medan perang melawan pasukan ISIS di Syria. Bermodalkan pengetahuan militer dari game Call of Duty, dirinya dapat bertahan hidup selama kurang lebih 6 bulan bersama dengan pasukan Kurdish People’s Protection Units atau YPG.

Saat masih bekerja sebagai customer service, dirinya mengaku bahwa ia sering bermain game Call of Duty hampir setiap hari dan pernah menghabiskan waktu hingga 13 jam. Dari game garapan Activision tersebutlah ia mendapatkan pengetahuan dasar seperti senjata dan pertempuran, serta bertahan hidup.

Ia pernah menghabiskan 13 jam untuk bermain Call of Duty
John mengatakan bahwa bermain Call of Duty membantunya bertahan hidup dalam medan perang

Ia juga bercerita bahwa ia memutuskan untuk pergi ke medan perang pada akhir tahun 2015, setelah membaca dan menonton begitu banyak berita tentang kekejaman pasukan ISIS. Namun dirinya baru bisa berangkat pada April 2017 setelah ia menjual mobilnya dan menabung hingga mendapatkan cukup uang untuk membeli perlengkapan dan akomodasi perjalanan.

Sebelum ke Syria, dirinya harus pergi ke Jerman dulu untuk bertemu dengan koordinator dari YPG. Bersama dengan 12 sukarelawan lainnya yang berasal dari Amerika, Inggris, Jerman, Spanyol dan Irlandia, mereka pergi melewati jalan pegunungan untuk sampai timur laut Syria. Dan sebelum diterjunkan kedalam medan perang, dirinya menghabiskan beberapa minggu untuk mempelajari bahasa Kurdish dan pelatihan militer.

John mengatakan bahwa ia singgah di Jerman dulu sebelum ke Syria
John bersama sukarelawan dari negara lainnya

John mengatakan bahwa salah satu hal penting yang dia pelajari dari Call of Duty adalah selalu susun strategi dan bagaimana caranya untuk tidak tertembak, ia menambahkan ‘selalu cari tempat perlindungan, jangan berdiri di tempat terbuka’.

Ini (pengetahuan senjata dan strategi perang) bukanlah sesuatu yang baru saya pelajari ketika ingin terjun ke medan perang, tapi semenjak kecil saya sudah biasa bermain game Call of Duty setiap pulang sekolah, dan bahkan saya bisa bermain hingga 13 jam.

Saya pikir sesungguhnya kita tidak bisa memberikan perbandingan antara kondisi mental saat bermain game dengan pergi berperang dimana berpotensi untuk kehilangan nyawa.

Dalam game kita bisa tertembak dan mengulang dari checkpoint, namun pada kehidupan nyata, kita bisa langsung mati.

—John Duttenhofer

Pria ini juga bercerita bahwa medan perang tak senyaman saat tinggal di rumah. Ia mengaku bahwa ia ketimbang ancaman terkena tembakan dan mati, dirinya lebih tidak tahan dengan minimnya kenyamanan yang biasa ia dapat saat dirumahnya seperti susu cokelat dan air conditioner. Namun kesehariannya dirinya habiskan untuk membaca buku atau bahkan bermain Dungeon and Dragons, dan saat malam tiba, dirinya kembali bertempur bersama regunya.

Siang hari ia membaca dan malam hari ia kembali bertempur

Namun, John memutuskan untuk kembali ke negeri asalnya setelah salah satu teman dekatnya selama berperang bernama Jac Holmes, meninggal karena terkena ledakan pada Oktober 2017 lalu. Ia bercerita bahwa temannya tersebut pernah menyelamatkan dirinya ketika terjadi baku tembak saat John dan Jac sedang melakukan patroli.

Waktu sedang patroli saya pernah memanggil seseorang yang saya kira bukan pasukan ISIS, kemudian orang tersebut langsung mengarahkan senjatanya pada kami dan terjadilah baku tembak. Saya sempat panik, namun tembakan teman saya (Jac Holmes) berhasil mengenai orang tersebut.

—John Duttenhofer

Sebelum kembali ke Amerika, dirinya menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di Eropa untuk menghadiri pemakaman rekan perangnya tersebut. Namun kini John telah kembali ke rumahnya dan telah bertemu keluarganya kembali setelah hampir 10 bulan. Ia bercerita bahwa ibunya sempat meyakinkan anaknya untuk tidak pergi ke medang perang, namun akhirnya sang ibu memperbolehkannya karena ia takut bahwa anaknya tersebut akan pergi terburu-buru dan tanpa persiapan jika melarangnya.

John memutuskan kembali ke Amerika setelah tragedi temannya yang meninggal terkena ledakan

Saya tidak merasa seperti orang baru, saya tidak bertambah kuat ataupun berubah, tapi saya ingin berpikir bahwa saya sekarang lebih bijaksana dalam menanggapi hidup.

Disini dan di medan perang sana seperti dua dunia yang berbeda, dan dulu saya ingin melakukan sesuatu pada salah satu dunia tersebut maka saya memilih terjun kesana.

Dan sekarang saya kembali ke dunia ini, saya ingin menjalani dan menikmati hidup ini sepenuhnya.

—John Duttenhofer

Via: Mirror.co.uk

Exit mobile version