Mantan developer Irrational Games yang mungkin kalian kenal telah membuat sebuah mahakarya berjudul Bioshock, bongkarkan seluruh pengalamannya selama berkerja dengan 2K Games lewat sebuah blog. Lewat blog tersebut dia ceritakan betapa buruknya manajemen serta beberapa keputusan dari 2K games yang berakhir hilangnya perkerjaannya berserta timnya.
Mantan developer yang tidak menyebutkan namanya siapa ini memulai dengan kisah bagaimana Irrational Games dibeli oleh 2K Games agar dapat “mempermudah urusan pemasaran game” dan juga untuk mendanai game mereka Bioshock yang menjadi franchise baru yang sukses pada saat itu.
Kemudian Irrational Games diganti namanya dan dipisah menjadi 2K Boston dan 2K Australia. 2K Australia diminta oleh 2K HQ untuk membantu 2K Marin dalam pembuatan game The Bureau: X-Com Declassified. Sayangnya The Bureau: X-Com Declassified gagal total mulai dari resepsi kritikus serta jumlah penjualannya. 2K HQ salahkan 2K Marin untuk gagalnya game ini dan langsung menutup studio tersebut. 2K Australia dulunya juga terancam ditutup, namun diselamatkan oleh Ken Levine yang meminta 2K Australia untuk membantu mereka membuat Bioshock Infinite. Ken juga berhasil membawa kembali nama “Irrational Games” mereka.
Setelah pengembangan Bioshock Infinite, 2K Australia diminta untuk membuat Borderlands: The Pre-Sequel sebagai “kesempatan terakhir” mereka. Game satu ini hanya dikerjakan dalam waktu 18 bulan dengan jumlah tim developer serta dana yang terbatas. Game tersebut terjual 1,7 juta copies ditambah dengan penjualan DLC-nya. 2K Australia pada akhirnya ditutup oleh 2K HQ untuk alasan “tak lagi mampu mendanai mereka”. Alasan dari 2K HQ ini membuat sang mantan dev. bertanya-tanya dengan manajemen mereka.
“Kalian tidak lagi mampu mendanai sebuah tim yang hanya 40 orang developer dengan gaji yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kantor di amerika, yang baru saja menjual 1,7 juta unit hanya dalam waktu 18 bulan pengembangan? Itu benar-benar tak masuk akal, tapi kami disuruh untuk tidak khawatir karena ‘developer tak mengerti soal bisnis.’
Mantan dev. anonymous ini juga menuliskan betapa fokusnya 2K HQ dalam memindahkan banyak staff mereka ke studio yang jauh lebih mahal di Novato yang kini kita kenal sebagai Hangar 13, developer dari Mafia III yang baru saja dirilis bulan kemarin. Dia menjelaskan betapa banyaknya uang serta studio yang harus direlakan hanya untuk studio baru serta game tersebut. Hasilnya? Mafia III dapatkan resepsi yang buruk oleh banyak kritikus serta gamer, dan diperkirakan takkan balik modal. Game tersebut harus mencapai 8 juta copy untuk bisa balik modal, dan sekarang ini bahkan belum mencapai 1 juta copy sama sekali.
“Apakah ini cara kerja dari akuisisi sebuah studio? Membayar jutaan untuk sebuah studio independen yang berbakat, biarkan mereka membuat keuntungan besar selama satu dekade, lalu usir mereka dari pekerjaan mereka sebelum bisa membuat lebih banyak uang?”
“Dengan hampir 15 juta unit terjual serta lahirnya sebuah seri baru yang akan terus dikenang yaitu Bioshock, saya hanya bisa bertanya — Bagaimana bisa ini disebut sebagai strategi manajemen? — dan bagaimana bisa sebuah publisher rela melakukan ini?”
Bagi kalian yang tertarik untuk membaca keseluruh tulisan dari mantan dev. ini bisa membaca disini, harus saya bilang ini menarik untuk dibaca secara keseluruhan.