Mantan Developer BioWare Non-Binary – Sejak perilisannya, game Dragon Age The Veilguard mendapatkan berbagai macam kritikan pro dan juga kontra. Terlebih bagaimana game ini terlalu menekankan elemen DEI (Diversity, Equity, dan Inclusion) sehingga membuat banyak Gamer kurang suka karena terkesan memaksa.
Salah satu mantan developer BioWare pun mencoba ikut mendiskusikan hal ini, termasuk memhahas pendapatnya mengenai dialog Non-Binary yang banyak diperbincangkan oleh Gamer. Bagaimana pendapatnya?
Tanggapan Mantan Developer BioWare Terhadap Dragon Age The Veilguard dan Dialog Non-Binary
Melalui akun media sosial BlueSky miliknya, Asa Roos selaku mantan Developer BioWare yang bekerja sebagai Senior User Experience (UX) Designer selama 5 tahun di sana memberikan tanggapannya terhadap game Dragon Age The Veilguard berdasarkan pengalamannya bermain saat liburan. Termasuk mengenai dialog Non-Binary yang sering menjadi bahan perbincangan oleh Gamer.
Asa Roos mengatakan bahwa bagaimana game The Veilguard dalam mengurus cerita yang mempermasalahkan gender karakter Taash dalam cerita terasa seperti ‘agak canggung’. Dia mengungkap dirinya sangat mendukung storyline yang ada dalam game, namun dia merasa game ini menanganinya dengan buruk.
Menurutnya cerita seperti itu seakan-akan membuatnya merasa mencoba menjangkau karakter sambil ‘menepuk pelan kepalanya’ ketimbang merasa ingin mendukung Taash. Dan menurutnya hal ini jadi lebih terlihat ketika dialog antara Isabela, Bellara, dan Taash dimana adegan tersebut salah satu adegan yang sering menjadi kritikan dari Gamer.
Hampir Terasa Cringe
Roos juga menjelaskan dialog tersebut terasa sangat kaku dan hampir cringe alias bikin malu, terlebih pada saat kombinasi dengan semua pilihan pada Taash yang diberikan pada Player. Dirinya merasa ada semacam desakan agar dia memperhatikan pilihan dan juga menghargai mereka.
Dia menambahkan bagaimana Dragon Age Veilguard memiliki kekurangan dalam membuat storytelling yang lebih halus dan juga cara penulisan gamenya yang eksplisit justru menjadi penghambat alih-alih agar bisa mengangkat narasinya.
Roos mencoba membandingkan cerita Taash dengan Jacob dari Mass Effect 2 dan juga Fenris dari Dragon Age 2. Kedua karakter tersebut hadirkan momen cerita dimana karakter Player tidak perlu basa-basi agar bisa berempati dengan tragedi yang dialami oleh rekannya.
Sebagai perbandingan, saya hampir merasa terganggu pada game dan Taash terhadap saya yang terlalu keras berusaha menerima kondisi mereka, meskipun saya pribadi sejujurnya mendukung hal perubahan seperti ini dari segi pencarian jati diri.
Sampai batas tertentu, game ini merasa seperti ingin menunjukkan diri mereka. Game tersebut begitu ingin menampilkan dirinya sebagai game BioWare dan sebagai game Dragon Age seakan-akan membuatnya terasa hampir menjadi sebuah parodi dari dirinya sendiri.
Asa Roos
Itulah informasi mengenai tanggapan mantan developer dari BioWare terhadap game Dragon Age Veilguard, terlebih dialog Non-Binary yang ada di dalam game. Bagaimana menurut kalian dengan pendapat dari dia?
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Dragon Age, BioWare atau artikel lainnya dari Muhammad Faisal. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.