Usai tragedi penembakan El Paso dan Dayton, politisi dan presiden dari Amerika Serikat kembali menyangkut pautkan video game sebagai sumber permasalahan dibalik naiknya kasus penembakan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tentunya ini mengundang perhatian banyak media dan khususnya gamer yang merasa apabila media hiburan mereka kembali dijadikan kambing hitam untuk permasalahan kekerasan yang terjadi di negeri Paman Sam.
Lewat pernyataannya, Presiden Trump ungkap bahwa budaya membiasakan kekerasan yang dimana salah satunya disalurkan lewat video game telah merusak cara berpikir generasi muda. Dirinya mendorong masyarakat untuk terus menghentikan atau setidaknya mengurangi hal tersebut sesegera mungkin untuk mengatasi masalah kriminal yang terus meningkat di Amerika Serikat.
Reggie Fils-Aime, mantan presiden Nintendo yang baru saja menikmati masa pensiunnya, berikan pendapat kritisnya akan pernyataan Trump dan politisi Amerika Serikat yang menyalahkan video game sebagai akar permasalahan.
Lewat Twitter, Reggie anggap bahwa mereka itu “kurang informasi” dan menujukkan hasil survei yang dimana ada ratusan juta orang bermain game, tetapi hanya di Amerika Serikat – negara yang memperbolehkan kepemilikan senjata api – yang memiliki kasus penembakan dan kekerasan yang sangat tinggi. Hasil survei tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa video game bukanlah akar permasalahan sebagaimana mereka klaim
Facts are facts. pic.twitter.com/sSEbdYZcgE
— Reggie Fils-Aimé (@Reggie) August 6, 2019
Masalah serupa sempat diangkat tahun lalu, namun tak banyak yang terjadi maupun berubah setelah statement kontroversial serupa dikeluarkan oleh Trump maupun politisi yang ada disana. Meski dengan hasil survei dan riset yang berkali-kali membuktikan tidak ada korelasi antara video game dan kasus kekerasan maupun kriminal, video game tampaknya terus menjadi jalan pintas yang para politisi ambil untuk meredahkan situasi ketimbang melihat langsung apa yang sebenarnya menjadi motif dibalik tiap kasus yang telah terjadi.