Tak terasa sudah lewat berbulan-bulan semenjak penulis hadirkan bahasan ringan seputar mechanical keyboard yang (cukup) fenomenal dan jadi hobi generasi zaman now. Nah, kali ini penulis akan ajakmu membahas Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa yang dirasa tak ada akhirnya.
Tidak dapat dielakkan pula fakta di mana kehadiran sebuah keyboard atau papan ketik ‘hanya’ media masukkan karakter ke dalam komputer. Termasuk di antaranya penulis, yang meski sudah miliki beberapa keebs (bahasa keren keyboard), merasa bahwa semua ini hanyalah soal preferensi.
Bahkan menurut Wiki, kehadiran dari papan ketik ialah selaku perantara masukkan karakter untuk bisa ditampilkan dalam bentuk visual. Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa seharusnya beda Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa takkan terlalu masif.
Namun, benarkah demikian? Yuk, langsung kita bahas bersama di bawah!
Disclaimer:
Bahasan ini tentunya masih diangkat oleh seseorang yang masih awam di dunia mechanical keyboard. Meski terhitung baru geluti hobi ini berbulan-bulan, namun penulis akan tetap arahkan bahasan ini terarah dan tak bias. Kali ini, kita akan membahas Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa, brott.
Daftar isi
Sejarah Keyboard yang Harus Kamu Ketahui
Santai, kita takkan bahas awal mula keyboard, karena itu akan terlalu kompleks dan panjang untuk dibahas. Namun, ada baiknya kamu ketahui sejarah keyboard, mana tahu dibutuhkan untuk tugas atau presentasi.
Setelah ditelusuri (secara kilat) lalui mesin pencari kesayangan, mechanical keyboard ternyata sudah eksis terlebih dahulu sebelum keyboard konvensional. Berdasarkan data tom’sHardware, nyala dari mechanical sudah dimulai dari 1970-an yang kala itu didominasi brand yang mungkin belum terlalu dikenal.
Lain halnya dengan membrane yang kerap disebut keyboard ‘biasa’, ternyata baru mulai diproduksi pada tahun 1980-an, sekitar 40 tahun silam. Dikarenakan gunakan cara kerja yang lain dari mechanical keyboard, kala itu banyak sekali kendala yang dialami ketika gunakan keyboard ‘biasa’.
Sampai pada tahun 2022, di mana saat ini berserak brand lokal maupun luar yang tawarkan Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa. Bila sampai beberapa waktu lalu keyboard ‘biasa’ hanya didominasi oleh ukuran full-size, kini mulai bermunculan layout yang menarik untuk disesuaikan dengan kebutuhan.
Namun, tetap saja mechanical keyboard tetap jadi pelabuhan mereka yang inginkan kelebihan. Berkat hal tersebut, tak heran tercipta Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa yang kami hadirkan.
Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa, Perseteruan Tiada Akhir
Walau akhir-akhir ini penulis gonta-ganti keebs demi tambah ilmu dan referensi seputar mechanical keyboard, dapat disimpulkan keyboard tak sekadar sensasi. Entah itu sensasi ketika ketik-ketik atau bermain game, atau alasan lain yang mungkin tak bisa diungkapkan dalam kata-kata.
Belum ditambah faktor media sosial, khususnya Facebook, di mana tak sedikit orang katakan bahwa dunia mechanical keyboard menarik untuk diuilik. Tentu, sampai akhirnya mereka-mereka tarik garis bahwa Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa, akan selalu dimenangkan oleh mechanical keyboard.
Lontaran pertanyaan “valid kah mint?” kerap diutarakan orang awam (tentunya termasuk penulis karena masih terhitung newbie).
Namun, berdasarkan pengalaman selama mendalami dunia mechanical keyboard, rasanya hal tersebut terlalu didominasi oleh satu kubu. Entah masalah layout, typing feel, yang mana menurut penulis lagi-lagi hanyalah soal preferensi dan tak bisa dipukul rata.
Oke, penulis akui bahwa selama beberapa tahun belakangan ini telah gunakan keebs dengan switch blue yang cukup berisik. Namun, dikarenakan kerasnya suara switch yang cukup distraktif tersebut, akhirnya penulis kembali gunakan keyboard membrane andalnya, MK 240 (bukan promosi).
Penulis merasa bahwa keyboard ‘biasa’ justru bisa lebih ‘ngebut’ ketimbang mechanical keyboard murah meriah di luar sana. Aneh tapi nyata, namun inilah kenyataannya.
Para brott yang budiman kemungkinan sudah melihat komparasi kecepatan ketik-ketik antara Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa milik penulis di sini.
Berbekal pengalaman gunakan keebs ‘biasa’ selama kurang lebih selama dua dekade, penulis merasa jari-jari ini tak rasakan beda secara masif. Untuk kebutuhan ketik-ketik harian, entah untuk gaming atau produktivitas, sensasinya masih ‘sama’, hanya beda di suara.
Kendati demikian, besaran beda tersebut akan dapat berbeda-beda, tergantung preferensi tiap individu. Namun, dari sini penulis dapat simpulkan bahwa keebs tak hanya sekadar sensasi.
Hal yang masih buat penulis heran ialah supremasi dari mechanical keyboard yang entah gimana akan selalu lebih superior. Meski sudah memiliki ‘beberapa’ keebs (termasuk yang otw) dengan bermacam switch, rasanya terlalu bias bila tegaskan bahwa mechanical akan selalu lebih baik dari membrane.
Kehadiran dari mechanical keyboard untuk jangka panjang tentulah valid, namun di lain sisi, kita tak boleh lupakan bahwa kenyamanan harus dimasukkan ke dalam evaluasi. Sama halnya dengan banderol harga, di mana mechanical keyboard bisa tembus Puluhan Juta Rupiah.
Mudahnya Kustomisasi dan Perawatan, Bahkan Mod
Berbekal pernyataan di atas, tentu ada satu hal yang tegaskan bahwa mechanical keyboard bisa lebih superior. Salah satunya adalah kemudahan dalam lakukan kustomisasi dan perawatan, di mana keyboard ‘biasa’ harus berpuas diri dengan kondisi seadanya. Rusak ya rusak, harus beli baru.
Walau demikian, tidak tutup kemungkinan bahwa suatu saat, mechanical keyboard bisa rusak secara tiba-tiba. Yah, yang namanya komponen elektronik, rusaknya tentu bakalan gacha dan tak terduga.
Oke, kita sudahi dulu bahas keebs rusak karena akan membuat kita insecure.
Kembali ke topik utama, penulis merasa bahwa kebanyakan orang merasa Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa terletak pada kustomisasi yang tersedia.
Untuk mechanical keyboard sendiri, kita dapat dengan mudahnya gonta-ganti keycaps atau bahkan switch bila keyboard-nya mendukung. Tentu ini adalah salah satu poin lebih yang mana boleh tekan ongkos tak terduga bila sewaktu-waktu salah satu tombol rusak di kemudian hari tanpa perlu membeli keyboard baru.
Di e-commerce lokalan, ada banyak sekali pilihan keycaps yang disediakan untuk disesuaikan dengan preferensi. Hal ini sudah kita bahas sebelumnya di sini, di mana terdapat bermacam jenis dan ukuran keycaps untuk hasilkan sensasi berbeda.
Selain hal-hal di atas, tentu yang tak boleh luput dari evaluasi kita adalah kemudahan untuk lakukan mod, entah demi tambah kenyamanan maupun hal lainnya.
Di antaranya lubing, stabilizer mod, maupun hal yang masih belum penulis ketahui faedahnya semacam tempest mod. Tentu ini bisa jadi tantangan tersendiri, karena untuk lakukannya butuhkan keberanian, termasuk alokasi waktu.
Sampai detik ini, penulis hanya lakukan beberapa mod yang sekiranya tak sulit, contohnya menambahkan foam di bawah PCB. Yah, sekedar untuk tekan suara supaya tak terlalu berisik, walau saat ini switch yang digunakan tak terlalu urusai.
Bahkan setelah di-mod, beda dari Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa rasanya tak masif, terlebih bila hanya lakukan mod secara kecil-kecilan. Untuk urusan gaming dan produktivitas pun, rasanya keyboard ‘biasa’ masih oke banget, hanya beda usia pemakaian (secara harfiah).
Selain itu, ini lebih mengarah ke efisiensi keuangan karena mayoritas akan lebih setuju untuk investasikan uang mereka untuk sesuatu yang bertahan lama. Tentu ini sesuai dengan pernyataan Collins, di mana manusia adalah mahluk ekonomi.
Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada video editor (Instagram-nya ini) yang mana sampai detik ini masih meracuni bermacam keyboard berikut switch-nya.
Akhir Kata, Mechanical atau Membrane Keyboard
Setelah panjang lebar menjelaskan perseteruan Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa, tentu penulis diharapkan membuat konklusi dari semua ini.
Tentu, agak salah rasanya bila kita hanya disodorkan mechanical keyboard semata karena membrane, atau keyboard ‘biasa’, miliki guna literally sama. Keduanya sama-sama bertugas untuk memasukkan karakter ke dalam bentuk visual, hanya beda di typing feel, suara, dan tampilan.
Untuk pemakaian biasa, di mana satu komputer digunakan secara bergantian, tampaknya akan lebih cocok ketika gunakan keyboard ‘biasa’. Di lapangan, tepatnya pada salah satu minimarket, di mana keebs yang digunakan berada dalam kondisi tragis. Tombol space-nya tak lagi berada pada posisi seharusnya, dan beberapa tombol bahkan sudah copot.
Lain halnya dengan pemakaian pribadi, di mana biasanya hanya satu user yang gunakan komputer tersebut, entah untuk produktivitas maupun gaming. Tentu akan lebih tahan lama karena digunakan oleh satu orang.
Namun penulis takkan banyak bicara tentang hal di atas, karena mungkin ada bahan evaluasi yang terlewat. Jadi, siapa yang menang di bahasan Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa ini?
Semuanya tentu akan kembali ke brott semua (termasuk dompet), apakah lebih menyukai keebs biasa atau mechanical. Untuk itu, penulis akan tutup bahasan Mechanical Keyboard VS Keyboard Biasa, dan kami akan nantikan masukan dari kalian untuk bahasan berikutnya ya, brott!
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Bima. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com