Mencoba Demo Far Cry 6 – Sensasi RPG dalam Balutan Diktatorisme

Far Cry 6 Cover

Perkenalkan diktatorisme sebagai sebuah tema, Far Cry 6 masih sama seperti game sebelumnya yang fokus pada karakter antagonis ikonik yang selalu mereka hadirkan. Kini player akan dihadapkan dengan Diktator Anton Castillo di sebuah negara fiksi bernama Yara.

Seri keenam franchisenya tersebut seperti mulai berubah untuk sentuh elemen RPG menjadi lebih dalam. Bukan, bukan dalam alur yang tradisional, melainkan sedikit ubah segala yang pernah mereka capai di masa lalu dalam kemasan baru.

Kami mendapat kesempatan untuk mencoba demonya dan merasakan bahwa gamenya jauh lebih komplit jika dibandingkan iterasi kelima dan sebelumnya. Ubisoft juga tahu betul untuk membuang beberapa hal yang sudah tak diperlukan. Seperti apa?

Far Cry 6 akan ajak player memainkan Dani Rojas yang bisa dipilih gendernya baik laki-laki maupun perempuan. Menariknya, berbeda dengan iterasi sebelumnya yang “kebanyakan” hadirkan protagonis bisu maupun dalam adegan first-person, Rojas kini ditampilkan dalam perspektif orang ketiga saat adegan sinematik.

Kamu bisa memilih Dani Rojas pria maupun wanita.

Implementasinya tersebut membuat kita bisa melihat semua kustomisasi yang telah diberikan pada Rojas saat berinteraksi dengan tokoh lain.

Bagi saya pribadi, hal ini menjadi lebih oke karena bisa menikmati cerita Far Cry 6 layaknya film. Sementara dari sisi mekanik, seri ini tak hanya memberikan sentuhan simple, namun menambah hal yang lebih fungsional.

Berbeda dari iterasi sebelumnya yang telah implementasikan skill tree, Far Cry 6 hapuskannya dan menggantinya dengan kustomisasi armor dan senjata. Player tak lagi menggunakan skill untuk mengurangi recoil, melainkan memasang attachment senjata seperti grip, scope, dan yang lain.

Terdapat armor yang miliki efek menarik.

Sementara armor akan miliki upgrade tambahan seperti menambah recovery stamina, bonus speed, hingga sarung tangan yang bisa padamkan api saat terbakar.

Player masih bisa mengupgrade senjatanya di sebuah workshop meja yang mana tiap material akan bisa didapatkan seiring perjalanannya menginfiltrasi markas musuh. Beberapa di antaranya seperti peluru bakar, peluru beracun, dan lain sebagainya.

Tak ada yang berubah dari segi handling senjata, Ubisoft masih hadirkan rasa yang sama jika harus dibandingkan iterasi sebelumnya. Namun terdapat senjata baru bernama Resolver Weapon yang bisa dibilang spesial.

Resolver weapon sebagian akan membantumu sesuai gaya permainanmu.

Player bisa memilih antara flamethrower, nail gun, hingga crossbow. Sayangnya bagi saya pribadi senjata tersebut tak begitu efektif untuk stealth, sebuah metode penyusupan yang saya sukai di setiap game Ubisoft.

Perubahan skill yang digantikan oleh spesial bernama Supremo memberikan rasa bar-bar saat pertempuran dimulai. Tak hanya hadir dengan daya hancur luar biasa, namun juga membantu di saat genting.

Supremo miliki banyak jenis, dari peluncur misil, gas beracun, hingga EMP yang membantu player melumpuhkan alat elektronik musuh.

Sayangnya, rechargenya yang lama membuatnya tak bisa menjadi senjata alternatif yang oke ketika player salah loadout. Meskipun begitu, player bisa menurunkan cooldown timenya dengan membunuh lebih banyak musuh.

Kini kamu punya supremo bagi kamu yang berjiwa bar-bar.

Ohya, kini kita akan ditemani oleh buaya bernama Guapo yang akan mengikutimu kemanapun kamu pergi. Kamu bisa menyuruhnya untuk diam atau menyerang musuh. Membawanya akan hindari strategimu untuk stealth, jadi akan lebih baik meninggalnya di luar jika kamu ingin stealth.

Desain Yara memang bukan yang terbaik jika kamu tak suka rawa-rawa dan hutan, namun jelas berikan suasana yang sangat bikin betah untuk mengeksplorasi hal baru. Ragam aktivitas seperti treasure hunt dengan puzzle menantang kerap menjadi salah satu hal yang bisa mengusik rasa ingin tahumu.

Saya pribadi cukup betah dengan dunianya yang proyeksikan keadaan negara fiksi Yara. Ia juga sangat amat luas jika dibandingkan iterasi kelima. Menariknya? Ragam tempat kini tak terbuang sia-sia dengan jalan panjang dan mudah diingat berkat beberapa spot unik di sepanjang jalannya.

Yara seperti gabungan desain level Far Cry 4 dengan ragam pengalaman vertikal dan horisontal yang seimbang. Kamu bisa menikmati keindahan dunianya dari atas bukit dan merencanakan cara untuk menginfiltrasi markas musuh.

Saya tak bisa bercerita banyak soal ceritanya karena saat demonya ditunjukkan, beberapa cerita telah dibagikan Ubisoft via trailer. Namun satu yang pasti bahwa perkenalan Anton Castillo saat demo terasa kurang intimidatif sebagai seorang diktator menurut saya. Tentu saja ini karena hanya bagian ceritanya saja yang hanya ditunjukkan saat demo dan akan berubah saat gamenya dirilis nanti.

Kuda akan jadi teman sejatimu bertualang.

Ohya, saya belum ceritakan bagaimana kamu bisa melihat karaktermu di camp. Kamera akan berubah ke perspektif orang ketiga saat berada di camp pemberontak. Sayangnya saya merasakan transisi cukup kaku yang terasa dipaksakan untuk mengubah perspektifnya.

Saya paham mereka menambahkannya demi menunjukkan sejauh mana kustomisasi karaktermu. Namun bagi saya pribadi fitur tersebut justru membuat gamenya kurang imersif.

Sejauh ini, Far Cry 6 sudah berada di jalan yang benar. Tentu saja kamu yang pernah memainkan serinya di masa lalu terutama iterasi kelima takkan merasakan perubahan yang begitu signifikan.

Pengarahan Ubisoft untuk menjadikannya lebih RPG juga terasa lebih oke dengan membuang skill-tree yang merepotkan itu. Memang tak terlalu fokus RPG seperti game mereka kebanyakan, tapi masih jauh lebih baik jika dibandingin iterasi kelima bahkan New Dawn.

Sekarang, kita tinggal menunggu apakah mereka berhasil bawa teror diktatorisme saat gamenya diluncurkan nanti.

Exit mobile version