Motion blur mungkin menjadi efek visual video game paling dibenci dari dulu hingga sekarang. Apabila ada kesempatan untuk matikan efek visual tersebut, gamer pasti akan selalu mematikannya. Bahkan gamer PC dengan hardware terbaik pun selalu meninggalkan opsi ini sendirian disaat bermain dengan kualitas grafis “rata kanan” alias ultra. Seburuk itulah reputasi motion blur di mata gamer, dan hingga saat ini gamer PC selalu protesi developer apabila port master race mereka tidak miliki opsi terpisah untuk efek ini.
Apabila efek visual ini begitu dibenci oleh gamer, mengapa hingga sekarang developer masih implementasikan efek ini di game mereka? Ada beberapa alasan teknis dan desain yang ada dari keputusan tersebut, dan mari kita telusuri kenapa lewat artikel ini.
Kenapa Motion Blur dibenci?
Mari kita mulai dengan motion blur dapat pengaruhi performa game karena motion blur menambah kerja graphic card untuk hasilkan efek tersebut. Selanjutnya adalah gamer inginkan gambar tajam dari game yang mereka mainkan. Bermain dengan motion blur memberikan efek kabur non-realistik yang terlalu memancing mata dan merusak keindahan dari tiap tekstur dan detil yang dimiliki game setiap kali mereka memutarkan kamera.
Pada game kompetitif efek ini tidak ada guna dan justru membuat pemain rugi besar. Musuh ataupun item penting bisa saja tidak terlihat karena tertutupi blur saat membelokkan kamera. Dan alasan paling besar mengapa efek ini sangat dibenci ialah ia dapat membuat pemainnya merasa mabuk seakan kepalanya diputar-putar.
Mengapa Motion blur masih digunakan saat ini?
1. Membangun simulasi pergerakan mata di dunia nyata
Motion blur pada dasarnya ada di matamu, hanya saja tidak seperti apa yang kamu lihat di video game. Setiap kamu menggelengkan kepala atau melambaikan tangan dengan cepat, maka kamu sadar jika ada motion blur. Game developer mencoba untuk ciptakan nuansa realistic tersebut, hanya saja impelementasinya hingga saat ini masih hit-or-miss. Kebanyakan game, bahkan hingga saat ini masih mempergunakkan teknik motion blur lama dari generasi PS2 yang dimana seluruh objek yang diluar focus mata pemain dalam satu frame terlihat kabur setiap kali ada semacam pergerakan, membuat game terlihat seakan dari perspektif orang mabuk.
Camera motion blur tergolong memicu perhatian mata gamer, terlihat artificial¸ dan tidak realistis. Namun developer masih menggunakan efek ini sebagai solusi termudah untuk stimulasikan pergerakan cepat atau juga pergerakan dari mata manusia. Untungnya dengan perkembangan teknologi visual game saat ini, jenis motion blur baru mulai diimplementasikan. Motion blur terbaik yang ada saat ini ialah per-object motion blur yang dimana gambar yang dikaburkan hanyalah per objek semata dan tidak keseluruhan gambar dalam suatu frame. Sayangnya implementasi dari motion blur ini terkadang masih disatukan dengan camera motion blur, membuat reputasi dari efek ini dipandang buruk oleh gamer.
2. “Sinematik”
Ketika bicara motion blur, kata sinematik selalu menemani. Akan tetapi apa yang sinematik dari penambahan efek ini? Seperti yang kamu tahu, kebanyakan film ditayangkan dengan framerate 24 FPS dari dulu hingga sekarang. Banyak adegan film terlihat blurry tak hanya karena efek tersebut terlihat keren tetapi juga itu cara kerja dari sebuah kamera ketika merekam aksi dengan pergerakan yang cepat. Beberapa sutradara seperti Peter Jackson mencoba untuk menayangkan film dengan framerate diatas dari 24 FPS, namun banyak yang berpendapat bahwa film terlihat murahan dan seperti soap opera ketika dijalankan dengan framerate tinggi. Bisa dibilang bahwa kita hingga saat ini sudah terlalu terbiasa dengan 24 FPS ketika menonton sebuah film.
Sayangnya video game tidaklah sama seperti film. Mayoritas game setidaknya membutuhkan 30 FPS agar terlihat mulus. Hal ini dikarenkan kamu mengontrol video game ketimbang hanya duduk melihati apa yang terjadi di layar. Setiap frame yang ada di game berpengaruh penting pada perintah yang kamu lakukan via tombol. Ketika game miliki framerate rendah, kamu akan rasakan betapa besar delay dari perintahmu dan aksi yang dilkukan dilayar. Penambahan motion blur membuat kamera game miliki kesan camerawork dan fotografi ala film, yang otomatis akan membuat cutscene dan bahkan sesi gameplay seakan miliki nuansa “sinematik” tersendiri meski dengan framerate yang lebih tinggi dari film.
3. Membuat ilusi pergerakan mulus saat framerate rendah (khususnya pada console)
Game console dibuat dengan target framerate seminimalnya 30 FPS, khususnya di generasi game modern saat ini. Apabila dibawah dari target tersebut, developer seakan ditodong pistol di kepala mereka oleh gamer di internet. Namun kenyataannya adalah tidak 100% game akan berjalan dengan target framerate tersebut. Ada beberapa saat dimana FPS game jatuh dibawah 30 FPS, dan itu biasanya terjadi disaat aksi besar-besaran terjadi dalam game atau disaat kamera diputar ke arah sudut yang miliki banyak detil untuk di-render. Kedua hal tersebut menjadi alasan mengapa motion blur diimplementasikan, yaitu sebagai topeng untuk menutupi jatuhnya FPS yang bisa terjadi kapan saja.
Gambar diatas memperlihatkan kedua objek dengan framerate rendah, satu tanpa motion blur dan satu dengan efek motion blur. Bisa dipastikan jika gambar kanan terlihat lebih mulus dibandingkan gambar kiri. Gambar kiri terlihat choppy karena terbatasnya frame per detik yang terjadi pada satu pergerakan. Motion blur memberikan ilusi bahwa pergerakan tersebut terlihat mulus meskipun dengan framerate rendah. Hal yang sama dilakukan pada video game.
Kebanyakan dari kita mungkin lebih memilih gambar tajam ketimbang efek kabur “sinematik” seperti ini, belum lagi dengan beberapa orang sering merasakan mual ketika efek ini dihidupkan. Namun pada akhirnya, motion blur tidaklah buruk, hanya saja implementasinya bisa dibilang hit-or-miss. Motion blur mungkin tidak efektif untuk mayoritas game, namun yang perlu dikoreksi oleh developer adalah untuk selalu memberikan opsi pada efek ini dan pastikan opsi tersebut lebih dari sekedar on/off. Saya yakin ada beberapa gamer yang dapat apresiasi efek ini, hanya saja tidak senang dengan tiap intrepretasi dari developer dalam menggunakannya. Maka dari itu, opsi seberapa besar intensitas dan kualitas blur layaknya yang ada di Crysis dan Doom (2016) mungkin bisa menjadi catatan untuk developer.
Baca pula informasi lainnya beserta dengan kabar-kabar menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Muhammad Maulana.
For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com