Mengupas Fenomena “Hangat” Mengenai Channel YouTube Kimi Hime

feat kimi hime

Belakangan ini tengah hangat-hangatnya salah satu channel YouTube berlabel “gaming” di Indonesia menuai kontroversi. Channel bernama Kimi Hime ini baru saja mendapatkan petisi dari netizen akibat video “non-gaming” yang di upload-nya melenceng dan cenderung mengarah ke konten dewasa. Petisi online yang telah ditandatangani lebih dari 60 ribu orang ini juga merespon konten negatif yang mulai terselip di channel tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan adanya konten berbau dewasa tersebut berakibat rusaknya generasi saat ini yang ditakutkan cenderung berpikir “mesum”.

Baiklah, kali ini kita akan sedikit mengupas tentang fenomena yang ramai perbincangan netizen belakangan ini mengenai apa saja yang membuat channel dengan nama Kimi Hime ini mendapat petisi.

Konten yang dikecam bermuatan non-gaming

Benar sekali, petisi tersebut mulai muncul setelah konten di channel tersebut mulai berbau “dewasa”. Beberapa video terakhirnya bahkan memuat judul yang secara blak-blakan mengarah ke konten yang tidak seharusnya berada di channel gaming. Tak heran netizen mulai geram hingga pada akhirnya membuat petisi terhadap muatan yang mungkin ditonton oleh penonton yang mungkin juga masih di bawah umur yang biasa nongkrong di channel tersebut berharap ada video Mobile Legend maupun PUBG Mobile.

Konten tanpa batasan umur

Yang menjadi perhatian disini adalah isi dari konten di channel dan platform YouTube itu sendiri. Di satu sisi, YouTube merupakan salah satu platform video yang bisa diakses oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Mereka bisa membuka berbagai macam video tanpa terkecuali dari channel tersebut. Jika manajemen di channel tersebut paham akan isi konten yang akan di upload setidaknya aturlah video tersebut hanya dapat diakses oleh viewer dengan umur yang telah memenuhi dengan melakukan login terlebih dahulu di YouTube. Namun pada kenyataannya isi dari konten bermuatan dewasa itu masih bisa dinikmati semua kalangan di YouTube tanpa terkecuali.

 

Penggunaan thumbnail dengan “clickbait” yang mengarah ke hal-hal “dewasa”

Thumbnail merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah video di YouTube maupun di platform penyedia video lainnya. Yang menjadi permasalahan adalah channel yang konten-kontennya kebanyakan gaming ini justru menggunakan thumbnail yang sangat “ambigu” dan kalian pun harus berpikir sekian kali untuk mencerna apa yang disampaikan dalam thumbnail tersebut hingga pada akhirnya kalian terpaksa harus menontonnya untuk mengerti apa yang sebenarnya dimaksud dalam thumbnail dan judul video-nya. Mungkin tidak masalah jika thumbnail terlihat biasa saja, namun dengan kondisi yang ada di channel tersebut justru mengundang pikiran-pikiran “liar” para penontonnya di YouTube.

 

YouTube terkesan tebang pilih

Yang dimaksud tebang pilih disini cenderung terhadap channel yang notabene melanggar policies atau aturan-aturan yang harusnya telah disetujui oleh para YouTuber sebelum membuat konten. Pihak YouTube terkesan masih meloloskan konten atau video yang mungkin isinya melanggar beberapa aturan atau kebijakkan yang telah dibuat oleh YouTube itu sendiri masih ber-“sliweran” di timeline maupun channel yang bersangkutan. Padahal tidak seharusnya konten tersebut lolos dikarenakan mengandung muatan yang cukup vulgar dari segi verbal maupun isi video tersebut.

 

Memunculkan paradigma content creator yang cenderung mengejar “adsense” ketimbang memikirkan konten yang berkualitas

Mungkin poin yang akan menjadi penutup ini menjadi keresahan hampir kebanyakan content creator yang telah lama berkecimpung demi membuat konten yang berkualitas justru lebih sedikit dinikmati ketimbang banyak content creator yang mungkin bisa dibilang “asal-asalan” asal “laku” dan banyak “dilihat” demi mengejar “adsense” tanpa memikirkan pengaruhnya terhadap moral para viewers. Namun kembali lagi, semua memiliki hak masing-masing untuk suka dan tidak suka dengan konten-konten yang luar biasa banyaknya di platform berbagi video ini. Bukan hanya YouTube, kita pun terkadang sulit untuk mengontrol konten apa saja yang harus kita terima dan mana yang harus dihindari karena begitu banyaknya.

 

Konklusi

Seperti sebuah perumpaan “bubur telah menjadi nasi”  eh kebalik maaf maksudnya “nasi sudah menjadi bubur” semuanya memang telah terjadi. Namun kembali lagi ke diri kita sebagai manusia yang “dewasa” mengenal dan mengerti perkembangan internet. Ambil hal-hal positifnya kurangi atau mungkin tinggalkan hal yang justru membuat kita semakin terjerumus di jurang internet yang entah seperti apa dalamnya. Untuk kalian yang sudah menjadi orang tua mungkin lebih perhatian lagi terhadap anak-anak yang mulai mengenal gadget agar lebih terkontrol.

Untuk para content creator juga sudah sepantasnya lebih bertanggung jawab dan melakukan filter dengan konten-konten yang telah dan akan dibuat sehingga lebih sesuai dengan kultur dimana kalian berada. Karena apapun itu hasilnya akan dilihat dan dinilai langsung oleh orang-orang di seluruh dunia tanpa terkecuali. Dan pihak YouTube juga memiliki kebijakkan tertentu yang jika dilanggar dan konten tersebut dinilai tidak layak maka akan ditindak lanjuti oleh pihak berwajib (YouTube) dan content creator akan mendapatkan peringatan atau bahkan channel-nya akan di banned.

 

Itulah sedikit opini mimin mengenai fenomena yang cukup ramai belakangan ini, semoga kedepannya baik komunitas hingga penikmat konten bisa lebih baik lagi.

 

Exit mobile version