Menjajal Beta Call of Duty Modern Warfare 2019 – Kebangkitan CoD? (Updated)

cod modern warfare base
Update 22/09/2019

Mode Ground War dengan 64 player Call of Duty Modern Warfare mungkin akan terasa baru bagi mereka yang hanya memainkan Call of Duty. Namun pada dasarnya mode ini hanyalah copy-paste dari mode Conquest seri Battlefield namun dengan killstreak rewards ala Call of Duty. Kamu akan bertempur dalam sebuah map yang cukup luas untuk merebut poin yang telah disediakan. Saat tulisan ini turun, Infinity Ward hanya merilis empat poin saja untuk direbut kala beta. Belum ada kejelasan apakah mereka akan menambah poin atau variasi mode baru dengan banyak player seperti Quick Play.

Sayang, tak seperti Cyber Attack, kamu tak bisa menghidupkan kembali rekan satu timmu. Yang membuat saya kecewa adalah killstreak yang membuat mode ini menjadi tak seimbang sama sekali dan terkesan broken. Bayangkan saja jika musuh berhasil mendapatkan 3 kill berturut-turut dan mereka mengeluarkan UAV terus-menerus, atau bahkan yang paling parah adalah Counter UAV. Dijamin, kamu akan buta total karena map/radar adalah satu-satunya cara untuk membaca keadaan di game ini. Semua hanya akan tergantung dengan kemampuanmu, doa, dan berharap timmu tidak berisi sekumpulan orang yang baru bermain Call of Duty. Terlebih, jika satu dari mereka mengeluarkan helikopter atau harrier/v-tol, dijamin kamu hanya akan ingin berdiam diri di dalam bangunan. Sangat amat tidak balance sama sekali. Namun sudah seharusnya mereka bisa memberlakukan class-based khusus untuk mode Ground War saja tanpa killstreak reward.

Ya, seperti yang telah saya katakan sebelumnya untuk “berharap timmu tidak berisi orang yang baru memainkan gamenya”. Di atas kertas, gamenya kini telah berubah menjadi lebih “team-based” shooter dibanding YOLO All-the-Way. Kamu tidak bisa asal maju karena dengan bekerjasama bersama rekan-rekan satu timmu, maka kamu akan bisa memenangkan pertandingan dengan lebih memuaskan.

Saya juga kecewa dengan tanknya yang sangat empuk untuk dihancurkan. Ia hanya membutuhkan dua roket untuk menghancurkannya. Membuat tank tak bisa menjadi pilihanmu saat ini. Terlebih kamu hanya bisa mengendalikannya dari perspektif orang ketiga saja dan tidak bisa melihat ke cockpit.

Sayang, saya menemukan berbagai masalah dalam masa betanya. Server, khususnya server Asia Tenggara (America kalau battlenet) punya delay yang sangat parah. Saya tidak bisa melakukan pre-fire dan terpaksa harus mati di setiap duel yang saya lakukan. Ketika saya melihat kill cam, terlihat bahwa saya masih belum menembak sama sekali atau terlambat menembak musuh. Ini sangat disayangkan untuk game yang seharusnya miliki server yang baik karena cepatnya pace permainan. Meskipun saya sebelumnya menemukan bahwa crossplay yang dilakukan akan sebatas satu device saja yakni keyboard dan keyboard, rupanya dalam test selanjutnya saya menemukan bahwa semua user baik PlayStation 4 dan Xbox One yang menggunakan controller masih dicampurkan dengan user PC yang menggunakan keyboard. Membuat permainan sama sekali tidak balance mengingat tim kawan dan lawan akan tergantung dengan kemampuan masing-masing playernya meskipun menggunakan controller yang berbeda. Sudah seharusnya Infinity Ward berlakukan crossplay device saat beta agar tidak terjadi hal seperti ini. Oke, mungkin banyak sekali kekecewaan untuk masalah teknis yang saya rasakan. Tapi karena ini masih dalam masa beta, maka tentunya kita bisa berharap bahwa servernya akan menjadi lebih baik saat dirilis nanti.

Sekarang, mari kita bicarakan tentang hal positif lain yang saya temukan. Bahwasanya Activision kini menepati janjinya, dan Infinity Ward tak main-main untuk membuat gamenya. Jika tampilan visual sudah membuatmu terkesima, maka kamu akan merasakan bahwa suara senapan kini menjadi jauh lebih baik. Ia akan berubah sesuai tempat di mana ia ditembakkan. Dalam ruangan, maupun luar ruangan akan hasilkan suara yang lebih otentik dan bebas. Selain itu, recoil yang diberikan menjadi lebih realistis dibanding seri sebelumnya. Beberapa map terasa revolusioner, namun terdapat berbagai sisi yang mana membuatnya tak seimbang, salah satunya adalah tempat-tempat gelap yang mungkin akan paksamu untuk meningkatkan brightness maupun contrast monitormu agar sudut-sudut tersebut terlihat dengan jelas.

Original

Dari sekian banyak game military shooter di luar sana, Call of Duty menjadi “pembunuh” game serupa yang menekankan pada unsur cerita yang diusungnya. Sayang, selama beberapa tahun terakhir, beberapa judulnya yang ambil tema perang futuristik mengecewakan beberapa fans lamanya termasuk saya. Protesnya ditunjukkan dengan downvote pada Infinite Warfare yang jumlahnya lebih dari 200 ribu dislike saat perilisan trailernya. Buatnya “mati suri” selama beberapa tahun terakhir di kalangan fans lawasnya.


Game yang berakhir biasa saja tersebut tak bisa mengalahkan atau setara dengan seri Modern Warfare. Buat kekhasan Call of Duty menghilang begitu saja. Sadar akan hal tersebut, Activison kemudian meredamnya dengan WWII yang janjikan pengalaman “boots on the ground” yang sontak dapatkan respon cukup positif dari para fansnya. Sayang, Black Ops 4 menjadi kelinci percobaan untuk mengikuti tren battle royale yang sedang marak dengan menghilangkan total mode campaign yang menjadi ciri khasnya.

Kini, Infinity Ward berusaha untuk melakukan branding ulang franchise Modern Warfare dengan wajah dan mekanik baru. Tak tanggung-tanggung, mereka rupanya telah rampung mengembangkan engine baru yang terlihat jauh lebih baik dibanding engine lamanya. Namun, bagaimana ia bisa ditransisikan ke pengalaman bermain mode multiplayernya?

Sekilas, penampakan gamenya sendiri telah diubah dengan sedemikian rupa menjadi lebih baik. Semua cahaya, warna, dan tekstur menjadi lebih detil, dengan perpaduan warna yang terasa berbeda dari seri Call of Duty sebelumnya. Berikan atmosfir horror mencekam dari peperangan penuh ketakutan dan kengerian yang kemungkinan besar akan diaplikasikan di single-playernya.

Mekanik gameplaynya sendiri bisa dibilang cukup sama namun juga berbeda dalam waktu yang bersamaan. Gerakannya memang cepat khas Call of Duty, namun menjadi lebih smooth jika dibandingkan dari seri terdahulu. Sementara gunfightnya terasa lebih otentik dengan tambahan elemen realisme yang ada. Meskipun begitu, mereka tak menggenjotnya dengan full realisme layaknya game sebelah, mengingat beberapa elemen arcade shooter masih tetap ada dari dulu hingga sekarang. Jadikannya lebih menyenangkan untuk dimainkan.

Dalam betanya, kami baru bisa menikmati tiga mode: Quickplay, Cyber Attack, dan Gunfight. Quickplay akan berisi standar game multiplayer Call of Duty seperti Team Deathmatch, Domination, Headquarters dan Domination maupun Headquarters dengan jumlah 20 player. Sementara Cyber Attack akan berlaku seperti bomb mission namun diganti dengan EMP. Hal lain yang membuatnya berbeda adalah sistem revive yang mungkinkanmu untuk menghidupkan kembali rekan satu timmu. Mode lain yakni Gunfight akan menjadi 2 vs 2 yang setiap rondenya akan berimu senjata secara acak. Buatmu mau tak mau harus menguasai nyaris semua senjata.

Fitur crossplaynya juga berjalan dengan sangat baik. Tidak, kamu tidak akan ditempatkan bersama player yang menggunakan joystick, namun dengan pengguna keyboard dan mouse jika kamu memainkannya di PC. Begitu pula dengan mereka yang memainkan gamenya di PlayStation 4. Buatnya menjadi lebih seimbang karena telah ditentukan oleh sistem.

Sama seperti game mereka sebelumnya, mode multiplayer Call of Duty Modern Warfare juga berimu kesempatan untuk mengkustomisasi senjata, perk, dan killstreak rewards yang mana akan berimu beberapa hadiah ketika kamu berhasil membunuh beberapa player lain.

Sejauh ini, saya menemukan bahwa gamenya sangat menyenangkan dan buat saya ketagihan untuk memainkannya. Kini, kita tinggal menunggu Infinity Ward untuk merilis mode 64 playernya akhir pekan nanti. Saya akan mengupdate artikel berikut jika modenya telah dirilis.

Exit mobile version