Bayangkan ketika kamu sedang sibuk bercocok tanam seperti layaknya bermain Harvest Moon, kamu juga akan disibukkan dengan kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya, yakni memelihara monster. Premis tersebut ingin coba dibuka oleh satu game yang berjudul Re:Legend ini. Terlihat memuat konsep yang cukup menjanjikan, game buatan Magnus Games Studio tersebut baru saja telah rilis secara Early Access di Steam sejak tanggal 30 Agustus kemarin.
Secara umum, game ini memang masih belum cukup pantas untuk disejajarkan dengan game-game populer sejenis yang sudah ada mengingat statusnya yang masih berada di tahap Early Access. Akan tetapi, Re:Legend menariknya menawarkan suatu keunikan yang bisa saja mengkaptivasi perhatianmu. Keunikan yang seperti apakah itu ? Berikut adalah hasil ulasan serta impresi yang bisa kalian simak di bawah.
Daftar isi
Bawakan artstyle Chibi
Dari segi visual, secara pribadi saya tidak terlalu menggemari gaya karakter chibi yang dihadirkan oleh Re:Legend. Tapi saya cukup memberikan kredit positif terhadap desain dunianya. Dimana Re:Legend punya penggambaran detail lingkup area yang tergolong menarik sekaligus fresh untuk ukuran game RPG dan simulasi. Desain dari kumpulan monsternya pun juga boleh dibilang demikian. Sama sekali tidak meniru secara mentah-mentah desain monster milik Pokemon maupun Digimon walau sebagian konsep monster dari game ini nampak diinspirasikan dari sana.
Gameplay semi topdown yang statis
Seolah ingin mengadaptasi pesona yang dimiliki oleh game Harvest Moon Back to nature, sudut pandang gameplay yang dimiliki oleh Re:Legend agaknya cukup serupa. Kamu tak akan punya opsi untuk memutar kamera hingga mendekatkannya secara zoom-in di sepanjang game (kecuali dalam cutscene tertentu). Ada kalanya bahwa format kamera yang paten ini bisa menyulitkan pandanganmu dalam mengumpulkan item drop. Begitu pula ketika kamu ingin lebih menikmati “sisi-sisi” lain dari pengalamanmu saat menjelajah atau beraktivitas.
Implementasi mode single player dan multiplayer yang mengejutkan
Selain dikenal menawarkan pengalaman bercocok tanam sembari membudidayakan monster, Re:Legend juga kerap digemborkan sebagai game yang bisa dimainkan secara co-op atau multiplayer. Yang cukup mengagetkan, mode multiplayer dan single-player di dalam game ini sayangnya benar-benar tidak disatukan secara lebih praktis. Keduanya memiliki save data yang terpisah dalam sebuah mode yang ironisnya sama persis.
Untungnya, kamu masih dapat mengimpor data save dari mode singleplayer ke multiplayer dengan sedikit sibuk menelusuri data file yang ada di komputermu dan merenamenya. Tapi sekali lagi, ini tetap bukanlah hal yang cukup praktis untuk dijalankan. Pada mode multiplayernya pun, kamu tidak bisa bermain bersama dengan banyak pemain secara random. Tanpa diperlengkapi fitur matchmaking, kamu wajib memasukkan semacam nomor ID dari para teman-temanmu yang sudah membeli game ini demi bisa ikut bermain secara party.
Sejauh ini saya masih belum bisa memainkan mode multiplayer dari Re:Legend. Namun dari banyak info yang diberikan dalam forum diskusinya, banyak yang mengeluhkan bila mode multiplayer game ini masih tergolong belum begitu stabil. Terutama dari munculnya sejumlah bug bersifat “game breaking” seperti progress quest sebagian pemain yang stuck, NPC yang tak terlihat, hingga masalah blackscreen. Memainkan Re:Legend secara single player untuk sementara nampak jauh lebih aman, meski gangguan bug dan glitch bukanlah barang yang jarang ditemui.
Konsep gameplay yang cukup menjanjikan walau minim arahan
Sebelum memulai game, Re:Legend menghadirkan opsi untuk menciptakan karakter originalmu sendiri dengan bentuk kustomisasi yang tidaklah terlalu luas dan banyak. Setelahnya, kamu akan langusng dihadapkan pada sebuah scene yang menunjukan bahwa game ini sebenarnya menyimpan suatu cerita atau lore.
Game ini sayangnya tidak memberikanmu banyak petunjuk dalam bermain meski konsep bermain yang ditawarkan tergolong lumayan padat. mengkoleksi beragam item sendiri menjadi hal yang cukup penting di dalam game ini. Dimana hal itu terbagi langsung ke dalam banyak sub-sub aktivitas yang dapat kamu lakukan seperti bercocok tanam (yang paling utama), memancing, menebang, menambang, hingga memasak. Semuanya pun memiliki banyak kegunaan yang penting itu untuk dijualkan kembali sebagai uang hingga menjadi bentuk makanan yang secara khusus disukai oleh sejumlah monster yang dalam game ini dinamai sebagai “Magnus”.
Para Magnus sendiri juga memegang peranan yang tidak kalah krusial dalam membuatmu untuk bisa cukup menikmati atau tidaknya game ini. Karena apa ? Re:Legend menawarkan banyak kumpulan monster dengan beragam karakteristik ditambah dengan rantai evolusinya yang berbeda-beda. Jumlahnya untuk saat ini memang masih terkesan terbatas, namun sang developer cukup berdedikasi dalam mengkategorikan para magnus-magnus ini ke dalam berbagai tipe ekosistem yang mereka tinggali.
Selain bisa membuat para monster bertarung untukmu, kamu pun juga dibekali kemampuan utuk bertarung selayaknya karakter game MMORPG. Ada sejumlah pilihan senjata hingga armor yang bisa kamu sekaligus pakai, beserta dengan opsi crafting yang memerlukan bahan-bahan yang harus kamu cari plus kumpulkan.
Sistem combat yang serba basic dengan hasil pemaparan yang menarik
Gameplay combat game ini boleh dibilang cukup simpel dan hadir dengan tingkat kesulitan yang terkadang bisa membuatmu frustasi atau justru malah sebaliknya. Karena semuanya benar-benar lebih banyak bergantung dari bagaimana kesiapan level para karakter dan monster-monstermu. Dalam hal leveling, setiap kamu berhasil memperoleh level, Re:Legend menerapkan suatu proses peningkatkan statistik kekuatan yang agaknya lebih bebas. Dimana rupanya kamu harus secara manual menambahkan atribut kekuatan mana saja yang ingin kamu fokuskan untuk karakter dan juga para Magnus kesayangan.
Sistem bertarungnya sendiri bisa terasa agak membosankan. Dengan hanya memunculkan satu tombol untuk menyerang dan juga mengindar (dodge), kehadiran para monster yang ikut bertarung serta dikendalikan oleh AI untungnya masih bisa sedikit memberikan semacam dimensi baru di dalam gameplay. Namun hasil pengaplikasiannya pun akan lebih banyak diuji lewat seberapa menantangnya konten game ini di masa yang akan datang. Dalam menghadapi boss pertamanya saja, saya cukup bisa merasakan pengalaman bertarung yang tergolong cukup sulit, namun masih tetap bisa dinikmati dengan penuh semangat dan gairah demi mengalahkannya.
Berbicara tentang monster, Re:Legend boleh dibilang punya suatu mekanisme menangkap magnus yang cukup simpel. Yakni dengan berusaha untuk memberi seekor Magnus item atau makanan yang paling mereka sukai lalu menaikinya. Cara mengetahuinya pun sebenarnya tidaklah terlalu rumit. Dengan mengalahkan 1 jenis spesiesnya sekali saja, game ini akan memberitahukanmu biodata lengkap dari Magnus tersebut. Di sana tentu akan tertera pula kumpulan makanan apa yang paling perlu kamu perhatikan untuk mereka beserta pula dengan syarat evolusi yang harus ditempuh.
NPC dan Quest masih terasa mentah
Lewat statusnya sebagai game early access, Re:Legend memang masih terasa sebagai game yang masih belum selesai. Salah satu hal yang ingin paling saya sorot adalah keberadaan para NPC di game ini. Saya merasa bila desa hub yang saya tempati meski tergolong indah, suasananya justru malah terkesan hening alias sepi. Jumlah karakter NPC yang dihadirkan di game ini nampak tidak berbanding lurus dengan lapangnya area hub.
Dimana kebetulan hal itu nampak bisa cukup mengurangi imersi yang kamu dapat ketika bermain. Sementara untuk questnya pun juga demikian. Hampir keseluruhan quest tidak menghadirkan sedikitpun insentif atau reward seolah terkesan sia-sia dalam mengerjakannya. Opsi untuk bersosialisasi dengan para NPC juga seolah masih belum begitu digali dengan secara lebih komplit.
Tingkat gangguan bug tergolong parah
Sekali lagi, meski bermain mode single player terkesan agak lebih aman, ada sejumlah hal yang memang patut diwaspadai ketika memainkan game yang satu ini. Dari pengalaman saya bermain, mensave permainan sebelum hendak tidur (berganti hari) nampak menjadi satu hal yang sebaiknya setiap waktu dilakukan. Karena terkadang akan muncul semacam bug dimana game tidak terloading secara semestinya dengan layar permainan yang stuck dalam keadaan black screen.
Tidak hanya soal black screen, gejala karakter yang “freeze” juga kerap saya alami ketika sedang memetik hasil panen. Karaktermu dibuat tidak bisa sekalipun bergerak sampai kamu mengulang save atau menunggu karaktermu pingsan pada malam hari (kehabisan stamina). Lalu ada pula bug konyol lain yang dapat menyebabkan si karakter bisa keluar dari batas permainan, dan juga efek animasi serangan kotak-kotak yang ahhh sudahlah. Setidaknya pihak developer terlihat cukup aktif untuk memperbaiki game ini dengan menurunkan beragam patch meski masalah utamanya sendiri masih belum bisa diperbaiki hingga kini.
Berharap bisa “jadi” dengan lebih baik
Disamping uniknya konsep untuk mengumpulkan item, memelihara monster, hingga memperkuat karaktermu, singkatnya game ini harus dikatakan sangat sangat sangat belum selesai. Masalah bug yang dimiliki oleh Re:Legend sendiri masih tetap berasa cukup krusial dalam merusak kenyamanan bermainmu.
Dengan banderol harga Rp 109.000 dan statusnya sebagai game Early Access di Steam, masih cukup sulit rasanya bagi saya untuk secara umum merekomendasikan game Re:Legend kepada kalian, terutama untuk yang sudah lama mencintai game-game dengan genre sejenis ala Harvest Moon ataupun Digimon yang notabenenya sudah sukses dirilis sebagai produk jadi. Sebaiknya simpan saja dulu niatmu untuk membeli game ini. Kecuali, apabila kamu rela membuang ego dalam memberi pihak developer sejumlah feedback yang telah kamu sendiri rasakan ketika bermain.
Secara pribadi, saya cukup mengharapkan bahwa premis untuk bisa memelihara dan membudidayakan monster dalam game ini nantinya bisa diimplementasikan tidak hanya secara multiplayer co-op saja dengan konten-konten quest yang relevan sekaligus lebih menantang, namun juga bisa ikut diolah secara PvP demi menambahkan aroma keseruan untuk sama-sama mengadu kekuatan monster yang dimiliki para pemain. Begitu pula dengan suasana hub yang nampak perlu untuk ikut disempurnakan lagi dengan hadirnya tambahan-tambahan NPC yang lebih mendukung.
Sejauh ini, saya tidak bisa memberikan nilai skor apapun sampai Magnus Games Studio merasa cukup berani untuk mementaskan Re:Legends dari masa Early Access. Karena saya sendiri pun merasa bersedia untuk kembali menghadirkan sebuah impressi review yang kedua ketika game ini benar-benar “bisa rilis” nantinya. Akhir kata, tetap semangat ya untuk Magnus Games Studio !
Baca pula hasil ulasan-ulasan menarik kami yang lain, beserta pula dengan beragam informasi-informasi terkini seputar dunia video game dari saya, Ido Limando.