Menurut Riset, Ubisoft Adalah Perusahaan Gaming Paling Dibenci di Dunia (Termasuk di Indonesia)

Ubisoft

Beberapa waktu lalu, RAVE Reviews yang merupakan situs pengulas produk-produk komersil baru saja mengadakan sebuah riset mengenai sejumlah merk dagang yang paling banyak dibenci oleh konsumen di seluruh dunia. Riset dibagi menjadi beberapa kategori produk populer seperti restoran cepat saji, perusahaan teknologi dan industri video game. Hasil penelitian nyatanya menunjukan banyak informasi yang cukup menarik terutama dalam industri video game. Dimana menurut hasil survey, Ubisoft dinobatkan sebagai perusahaan gaming paling dibenci di seluruh dunia.

Survey riset diambil secara spesifik dari Twitter dimana peneliti memanfaatkan sebuah program bernama SentiStrength. Program tersebut dikatakan mampu menganalisa serta mensortir jutaan cuitan di Twitter berdasarkan konten positif dan negatif. Setelah data terkoleksi, nantinya program akan mengkalkulasikan hasil dalam bentuk persentase.

Data survey yang diperoleh dibagi berdasarkan persentase terbanyak di setiap negara. Menurut hasil survey, ternyata Ubisoft mendominasi sebagai perusahaan gaming yang paling banyak mendapat hujatan negatif di 23 negara. Termasuk di Indonesia yang mencapai angka persentase sebesar 83.33%.

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

Sumber: RAVE Reviews

Tak hanya Ubisoft, data survey juga menunjukan bahwa Capcom menduduki peringkat kedua sebagai perusahaan gaming paling dibenci setelah Ubisoft berdasarkan sembilan negara. Kemudian diikuti oleh Game Freak (dibenci di empat negara), Konami (dibenci di tiga negara) dan Activision (dibenci di dua negara).

Meskipun begitu, penelitian ini sebenarnya tidak sepenuhnya akurat karena data yang diambil masih hanya sebatas cuitan di Twitter. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Namun, hal ini setidaknya dapat menjadi pelajaran bagi Ubisoft atau seluruh perusahaan industri video game secara umum agar kedepannya dapat lebih meningkatkan kualitas perusahaan.


Baca juga artikel-artikel lainnya terkait Ubisoft serta berita terkini lainnya dari Lauda Ifram. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version