Source yang cukup besar untuk pengembangan game.
Mereplika bumi dengan segala isinya tentu bukan sesuatu yang mudah untuk Asobo Studio, developer A Plague Tale: Innocence untuk mengembangkan Microsoft Flight Simulator 2020. Mereka membutuhkan banyak data untuk membuat ulang semua pernak-pernik bumi dengan berbagai penghuninya. Hasilnya? Bisa kamu lihat di trailer perdananya yang terlihat benar-benar indah berkat teknologi photogrammetry dan photo-realistic yang mereka gunakan. Lalu, bagaimana dengan proses pembuatan game yang akan didukung selama 10 tahun tersebut?
Melalui video yang hanya bisa diakses oleh akun Windows Insider yang diupload ulang oleh Aquila Simulations, Lead Programmer Asobo Studio, Lionel Fuentes menjelaskan rumitnya membuat ulang bumi seutuhnya dalam game simulasi. Karena bumi sangat luas, mereka mengaku tak mampu membuat ulang semuanya. Oleh karena itulah mereka memilih beberapa negara, daerah, dan bangunan tertentu saja yang akan mereka buat ulang.
Meskipun tak semuanya, namun dalam data yang telah mereka kumpulkan sebesar 2 petabyte/PB atau sekitar 2000 terabyte/TB. Mereka dapat mereplikasi sekitar lebih dari 2 juta kota, lebih dari 45,000 bandara, semua jalan yang ada di bumi, hingga semua gunung yang ada di bumi. Simplenya, nyaris seluruh dunia mereka jadikan replika dalam Microsoft Flight Simulator 2020.
Namun, 2 petabyte rupanya masih belum cukup bagi Asobo Studios untuk membuatnya. Maka dari itu mereka masih membutuhkan lebih banyak data lagi agar replikanya lebih sempurna. Termasuk warna atap rumah, hingga penempatan jalan. Oleh karena itulah mereka dibantu dengan teknologi Azure Cloud yang akan membantu mereka mendeteksi lebih dari 1.5 triliun pepohonan di seluruh belahan dunia. Teknologi ini juga akan membantu memperbaiki bangunan yang hilang, meningkatkan kualitas bangunan, hingga meningkatkan kualitas area map yang dimiliki Bing (note: Bing adalah mesin pencari milik Microsoft yang miliki banyak sekali fitur layaknya Google termasuk maps).
Dengan banyaknya data tersebut yang rencananya akan distream melalui online mode, banyak masalah yang harus dihadapi Asobo agar para fansnya bisa menikmati gamenya baik online maupun offline. Mereka menjelaskan bahwa terdapat tiga tipe yang saat ini menjadi solusi bagi mereka yang tak miliki koneksi internet yang baik hingga tak miliki koneksi internet sama sekali. Pertama adalah Adaptive Streaming, di mana sistem akan mengadaptasi bandwidth masing-masing internet player. Kedua adalah offline mode yang tentunya akan paksamu untuk download semua data yang mereka miliki secara HD. Sayangnya belum ada kejelasan berapa HDD yang kamu butuhkan untuk offline mode. Dan yang terakhir adalah pre-cache, di mana kamu akan bisa me-load beberapa kota tertentu saja yang bisa dinikmati.
Detil dunianya juga mau tak mau harus mereka buat secara procedural generation. Beberapa di antaranya adalah detil lumpur, rumput, aspal, air, lampu di malam hari, hingga detil bangunan. Mempersingkat pengerjaan gamenya agar tak buatmu lama menunggu jika tak dikerjakan menggunakan teknologi tersebut.
Microsoft Flight Simulator 2020 rencananya akan dirilis tahun 2020 mendatang di PC dan Xbox One. Perekrutan alpha testnya akan berakhir tanggal 15 Oktober 2019 nanti, sementara mereka yang dapatkan akses akan bisa memainkannya tanggal 24 Oktober. Asobo berencana melakukan alpha test kedua pertengahan November nanti yang akan diumumkan dalam waktu dekat.
Baca terus tentang Microsoft Flight Simulator agar kamu tak ketinggalan informasi terkini dari salah satu game simulasi ambisius milik Microsoft tersebut.
contact: akbar@gamebrott.com