Microtransaction: Yang Baik, Yang Buruk, dan Yang Salah Tempat

game microtransaction

Microtransaction bukanlah lagi hal yang baru untuk gamer, khususnya pada game free to play. Dengan microtransaction kamu bisa membeli item virtual di game dengan uang asli. Beberapa dari mereka bersifat optional, beberapa juga membuat karaktermu lebih kuat dibanding mereka yang tidak membayar.

Maka dari itu, keberadaan microtransaction wajar saja dibenci banyak orang, namun di waktu yang sama wajar saja untuk ada di game. Yang penting adalah cara developer tersebut mengusung model bisnis ini, apakah sudah baik ? Apakah dieksekusi dengan buruk ? Atau apakah developer malah salah tempatkan keberadaan fitur ini ? Inilah yang saya ingin bahas.

Microtransaction yang baik

Microtransaction yang baik adalah microtransaction yang dibuat benar-benar terlihat optional, atau hanya harus dibeli jika gamer tersebut tertarik. Keberadaan microtransaction ini tak akan mempengaruhi gameplay sama sekali dan kamu selalu bisa mainkan game tersebut tanpa harus mengeluarkan sepeser pun.

Contoh terbaik dari sistem ini adalah game-game yang dirilis oleh Valve mulai dari Team Fortress 2, CS : GO dan DOTA 2. Microtransaction di ketiga game tersebut hanyalah sekedar kosmetik yang takkan memberikan pemain kelebihan apa – apa selain membuat penampilan senjata atau karakter mereka berbeda. Dan jika suatu saat ada skin terbaru yang kamu ingin tapi kamu tak punya uang untuk membelinya, kamu bisa selalu mencoba untuk menukarkan skin yang kalian punya dengan orang lain, atau bahkan menjualnya ke community store untuk harga tertentu. Belum lagi kesempatan dimana seluruh pemain bisa saja dapatkan random drop setelah match selesai yang membuat para pemain tambah tak harus mengeluarkan apa-apa untuk item kosmetik. Skin ini juga kebanyakan dibuat oleh community, jadi para artist pembuat skin tersebut bisa mendapatkan sepeser keuntungan juga dari kerja keras mereka.

Sistem ini sangatlah jenius dan dieksekusi dengan baik oleh Valve. karena tidak hanya saja mereka yang untung tanpa harus berbuat banyak, namun juga pembeli serta pembuat skin tersebut mendapatkan keuntungan sendiri dari sistem ini. Bravo Valve.

Sistem yang sama baiknya juga digunakkan oleh League Of Legends, Heartstone dan Overwatch. Pada league Of Legends, tidak semua champion bisa dimainkan dan punya rotasi playable champions yang berbeda tiap minggunya. Untuk bisa memainkan champion tertentu secara permanen, pemain harus membeli champion tersebut. Walau terkesan pelit, sebenarnya dengan sistem ini, overused meta akan sedikit teratasi sedikit. Pernahkah kamu bermain DOTA 2 dan mulai merasa bosan karena hero yang dipilih musuh atau team di tiap match selalu yang itu – itu saja karena meta ? Sistem yang diusung LoL ini mengatasi sedikit masalah tersebut. Dan kamu bisa memainkan game tersebut tanpa mengeluarkan sepeser pun karena kamu mendapatkan gold sendiri tiap matchnya yang bisa dihabiskan nanti untuk hero yang kamu suka serta skin. Hal yang hampir sama terjadi pada Heartstone, maka dari itu tampaknya tak perlu saya jelaskan.

Dan untuk Overwatch, walau game tersebut bukan free to play dan harus dibeli seharga $40, keberadaan microtransaction pada game tersebut tidak menganggu sama sekali. Kamu bisa selalu dapatkan loot crate setiap kali naik level dan loot crate tersebut juga hanya berisikan skin, monolog serta spray yang ketiganya tak mempengaruhi gameplay sama sekali. Game ini bahkan dalam perspektif First Person, maka dari itu skin yang kamu dapatkan bahkan tak sering kamu lihat sendiri dan lebih banyak dilihat orang lain.

Microtransaction yang buruk

Microtransaction yang buruk adalah microtransaction yang melakukan kebalikan dari yang diatas, dan membuat keberadaan microtransaction ini mempengaruhi gameplay. Mulai dari senjata premium, item dengan atribut lebih besar dibandingkan yang gratis, stamina recharge, XP boost, dan lainnya. Hal seperti ini sering terjadi di game mobile atau game online lokal terkenal yang terkesan memaksa pemain untuk membayar item – item premium ini untuk membuat karakter mereka lebih kuat dibanding yang lain.

Pada game mobile, makin lama kamu memainkan game tersebut, semakin besar juga tantangan yang akan diterima. Mulai dari waktu menunggu stamina recharge yang lebih lama, dan level dibikin lebih susah dan kamu terpaksa bermain dengan item-item gratisanmu yang tak sekuat yang premium. Masalah seperti ini mengingatkanku kepada sequel game strategi favorit game, Plants VS Zombies 2. Pada game tersebut, walau memang dimungkinkan untuk menyelesaikan game tanpa membayar sepeser pun, namun kesempatan tersebut sangatlah kecil karena level dibikin mustahil untuk dikalahkan tanpa bantuan power-up atau item lainnya untuk pasukan arsenal-mu.

Hal buruk lainnya yang sering terjadi dengan microtransaction adalah Expirable Item. Dimana item premium tersebut ternyata tak selamanya bisa dipakai pemain dan harus dibeli lagi atau diperpanjang masa waktunya kalau masih ingin menggunakan item tersebut, game online lokal banyak yang mengusung hal seperti ini. Sistem seperti ini harus saya bilang menyebalkan, dipaksa untuk membayar kembali item yang sudah susah payah dibayar itu tidaklah menyenangkan sama sekali. Dimana reward saya yang telah membayar item tersebut dengan susah payah ?

Microtransaction yang salah tempat

Jenis microtransaction yang paling dibenci dan dikhawatirkan gamer adalah pada game full-price $60 tapi dibuat seakan-akan seperti mobile game gratisan. Sayangnya hal ini makin lama makin menjadi trend bagi para perusahaan besar Game seperti EA, Activision dan Square Enix. Disaat setiap game membuat season pass yang harganya bisa mencapai setengah dari harga game. Adakah alasan lain untuk publisher memaksa developer untuk menaruh sistem bisnis seperti ini selain alasan “rakus uang”? Kurasa tidak.

Lalu kenapa saya memuji Overwatch sebelumnya? Karena seperti yang saya jelaskan sebelumnya, microtransaction pada Overwatch tidak memberikan kelebihan apapun kepada pemain, loot crate bisa dengan mudah didapatkan dan isinya hanya sekedar skin dan item lain yang belum tentu kamu pedulikan karena skin juga tidak bisa kamu lihat sendiri seluruhnya karena perspektif First Person pada game.

Microtransaction yang saya ingin bahas disini adalah microtransaction pada game AAA yang akan memberikanmu akses senjata, mobil, atau item penting lainnya yang membuat game menjadi lebih mudah bagi mereka yang membayar.

Saya mulai dari Destiny, game $60 ditambah dengan $40 expansion pack. Pada awalnya microtransaction ini hanya sekedar kosmetik semata seperti mask dan emote, walau mungkin tak terlalu penting dan bisa didapatkan lewat grinding, jika kamu ingin memiliki mask tersebut secara permanen, kamu harus membelinya langsung lewat store in-game. Ok … mungkin masih terdengar biasa saja dan melihat game tersebut menjadi game dengan budget termahal, tentu harus dapatkan uang tambahan lain untuk biaya server. Tapi tidak, Activision belum selesai sampai disana saja, mereka ambil satu langkah lagi dan membuat “level booster pack” yang membuat karakter pembeli microtransaction ini naik ke level 25 langsung seharga $30. Ya … persetan mereka yang main belasan jam untuk mencapai level tersebut, jika kamu terlalu malas untuk bermain selama itu, berikan kami uang kalian!

Well … itu game multiplayer, jadi mungkin masih wajar mungkin untuk beberapa dari kalian biar servernya bisa selalu aktif dengan jumlah pemain game tersebut yang masih banyak. Lalu bagaimana jika game tersebut game single player? Inilah yang terjadi pada Dead Space 3 dan Deus Ex Mankind Divided. Dead Space 3 mungkin bisa dimainkan secara co-op bersama teman, namun untuk full experiencenya bisa saya bilang lebih menyenangkan di saat dimainkan sendiri. Pada game tersebut kamu harus mencari bahan-bahan ingredient tertentu untuk bisa membuat upgrade senjatamu. Yang jadi masalah adalah mencari bahan-bahan ini bisa jadi sulit ditemukan terkadang dan apa cara mudahnya? Microtransaction tentu saja, karena kenapa harus habiskan waktu berjam-jam mencari item tersebut kalau bisa habiskan uang dan membuat game tersebut jadi mudah?

Hal yang sama terjadi pada Deus Ex Mankind Divided. Game seri stealth legendaris ini memiliki microtransaction yang menawarkan Praxis kit yang merupakan item untuk upgrade augmentantion karaktermu atau bahkan cash in-game. Walau bisa selalu kamu hindari store ini, keberadaannya telah merusak citra dari game itu sendiri dan membuat Square Enix terkesan rakus ingin meraup dompetmu lebih dalam dengan usaha lebih sedikit dibandingkan membuat DLC.

Jadi, bagaimana pendapat brott sendiri soal microtransaction? Jelaskan pendapatmu di kolom komentar

Exit mobile version