Pesatnya perkembangan industri video game baik di console maupun PC selama beberapa tahun terakhir, tentunya tak buat beberapa perusahaan video game di luar sana untuk tak melihat platform mobile. Selain sifatnya yang portable, developer tak perlu gelontorkan banyak uang untuk membuat gamenya. Terlebih dengan kehadiran Android milik google yang kini bahkan mampu menyaingi iOS buatan Apple.
Kebanyakan game mobile, didesain dengan model bisnis free-to-play dengan microtransaction atau in-game item purchase dengan berbagai keuntungan. Namun, berbeda dengan game mobile kebanyakan, game mobile atau game gratisan Jepang lebih suka menggunakan sistem Gacha.
Daftar isi
Apa itu Gacha?
Sebelum kita bahas lebih lanjut, alangkah baiknya kita mengenal Gacha terlebih dahulu. Nama Gacha sebenarnya berasal dari mesin keberuntungan bernama Gashapon milik Bandai sejak tahun 1977. Mesin tersebut berisi kapsul hadiah sesuai tema yang diangkatnya. Namanya diambil dari onomatope bahasa Jepang ketika mesin tersebut mengeluarkan kapsul yang berbunyi “Gacha”. Kamu perlu membayar setidaknya 100 yen atau sekitar 14 ribu rupiah untuk mendapatkan hadiah acak dari mesin tersebut.
Jenis Gacha
Seiring berkembangnya teknologi, Gacha juga diadaptasi di beberapa media. Mulai dari Pachinko, hingga game free-to-play baik mobile maupun PC. Kepopulerannya hingga luar Jepang, buat sistem yang satu ini dikenal sebagai “sistem Gacha”.
Sistem ini terus berkembang pesat dan melahirkan beberapa varian model bisnis Gacha di video game digital seperti berikut:
1. Beli 1 dapat Random Gacha
Ini adalah dasar sistem Gacha. Kamu perlu membeli 1 kesempatan untuk dapatkan hadiah acak.
2. Beli Banyak Dapat Kesempatan Super Rare Item
Trik kedua merupakan trik psikologis yang biasa dipakai di marketing, di mana kamu akan ditawari untuk membeli sejumlah gacha dalam bentuk bundle untuk menghemat uangmu. Bedanya, dengan jaminan dapat item langka. Sebuah cara curang yang legal karena dengan cara ini kamu bisa melanggar peraturan yang ditetapkan.
3. Consolation atau Hiburan
Misalnya membeli mata uang cash virtual 10 ribu akan mungkinkanmu miliki kesempatan lebih tinggi untuk dapatkan gacha super langka yang umumnya punya drop rate super rendah. Menurut Medium.com yang telah mencoba Love Live, membeli mata uang loveca sebesar 250 atau seharga 18,000 yen (sekitar 2 jutaan rupiah, red), kamu akan dapatkan kesempatan ultra rare gacha. Sementara Granblue Fantasy akan berikanmu item yang kamu mau setelah habiskan kurang lebih 90,000 yen atau sekitar 10 juta rupiah. Sistem ini rupanya merupakan buah dari kontroversi, di mana developer lakukan pengalihan/mislead tentang drop rate pada sistem sebelumnya. Hal ini disebabkan karena player yang telah menghabiskan ribuan yen tak mendapatkan hadiah yang mereka inginkan.
4. Setiap Login Dapatkan Uang Cash Virtual Gratis
Mengumpulkannya dengan hanya login saja setiap hari bisa buatmu untuk mencoba gacha termahal sekalipun. Kuncinya adalah sabar. Sayang, kalo kamu ga dapet yang kamu inginkan, keinginan untuk menghabiskan kocekmu demi hal tersebut kemungkinan akan semakin bertambah besar.
5. Limited Gacha
Sistem ini merupakan sistem marketing yang biasa digunakan, di mana kamu harus ngegacha dalam batas waktu tertentu untuk dapatkan hadiah. Hal yang sama seperti diskon yang hanya terjadi dalam waktu tiga hari saja atau lebih.
Dari contoh di atas, Gacha memang terlihat cukup adil, tapi tetap menjadi “bentuk lain” dari perjudian yang masih dalam ranah abu-abu. Ia juga pernah jadi kontroversi di tahun 2012 di mana developer Jepang mengeluarkan Kompu Gacha atau “Complete Gacha”. Sistem ini akan paksa kamu untuk ngegacha beberapa pecahan item kecil terlebih dahulu, untuk dapatkan item yang kamu inginkan. Model bisnis ini sudah dilarang di Jepang dan tak digunakan lagi karena lebih condong pada perjudian.
Kenapa Orang Jepang Suka Gacha?
Saya pribadi tak begitu menyukai sistem yang telah dijelaskan di atas. Karena bagaimanapun bentuknya, ia lebih mengacu pada sistem judi atau peruntungan yang ujung-ujungnya tak begitu menguntungkanmu dari segi finansial. Di sisi lain, pada kenyataannya perjudian sangat dilarang di Jepang menurut undang-undang kriminal atau Keihou pada ayat 23. Perjudian hanya diperbolehkan untuk bidang tertentu saja, seperti balap kuda atau olah raga demi menambah devisa negara. Lalu, kenapa sih sistem yang mirip judi tersebut sangat populer di kalangan gamer Jepang?
Sebelum industri video game didominasi oleh game Smartphone, orang Jepang telah terbiasa dengan game on-the-go dari telepon genggamnya masing-masing. Mereka bahkan ciptakan Tamagotchi yang terkadang miliki sistem Gacha tersebut di beberapa jenisnya. Beberapa situs luar negeri yang berdedikasi untuk membahas dan mencari tahu hal tersebut menyebutkan bahwa kemungkinan hal tersebut adalah budaya orang Jepang sendiri selama turun-temurun. Hal ini diamini oleh video channel Abroad in Japan di bawah, saat ia bertanya pada teman baiknya di Jepang.
Menurut mantan pemain veteran Pachinko, Natsuki menjelaskan bahwa orang Jepang menyukainya karena budaya orang Jepang yang menyukai pengaduan nasib. Mereka menikmati rasa berdebar-debar untuk mendapatkan sesuatu yang acak. Blunder memang, karena di sisi lain, pemerintah justru melarang keras adanya perjudian secara umum. Pachinko yang tempat penukaran hadiahnya terpisah seperti yang dijelaskan di video di atas, menjadi salah satu bukti bahwa mereka benar-benar menyukainya.
Lalu, apakah benar mereka menyukainya dari dulu sehingga menjadi budaya hingga saat ini? Mari kita tengok Omikuji di budaya kepercayaan Shinto yang telah dibudayakan selama turun-temurun. Omikuji adalah kertas acak bertuliskan “ramalan” dan “doa” apakah kamu akan beruntung tahun ini atau tidak. Ia miliki beberapa tingkatan mulai dari beruntung, lumayan beruntung, sedikit beruntung, hingga nasib buruk. Ia juga dipecah menjadi beberapa hal mulai masalah cinta, kesehatan, hingga anak.
Selain Omikuji, sebuah permainan tradisional yang miliki hubungan tak langsung dengan sistem gacha adalah Ou-sama Game atau King Game. Di mana permainan ini akan paksa pemain, untuk mengambil salah satu stik yang sudah ditandai dan disusun secara acak yang dikumpulkan di sebuah wadah. Mereka yang mendapatkan stik bertanda tersebut, akan menjadi “raja” dan bebas menyuruh pemain lain untuk melakukan perintahnya.
Gacha Dilihat dari Sisi Industri
Lalu, bagaimana jika dilihat dari sisi industri? CEO dan Pendiri dari salah satu perusahaan konsultan industri video game Kantan Games Inc. yang berada di Tokyo, Dr. Serkan Toto sebutkan bahwa gacha miliki dua tujuan: 1. Buat user ketagihan 2. Untuk boosting angka login (semacam viewer jika diblog/video youtube).
Meskipun banyak dikritik oleh beberapa jurnalis dan media, nyatanya Gacha bekerja dengan sangat baik. Menurut Dr. Serkan Toto, keuntungan yang mereka dapatkan dari mesin gacha bisa capai 50% baik dari mesin asli maupun virtual melalui game mobile. Hal inilah yang mungkin buat mereka tetap meneruskan bisnis tersebut.
Salah satu contoh budaya fans yang kuat di Jepang
Beberapa orang Jepang mendeskripsikan bahwa industri game Jepang bertumpu pada fans, mereka selalu upayakan usaha kecil-menengah yang fokus pada ketenaran karakter atau franchisenya. Oleh karena itu, mereka sering melakukan kolaborasi agar dapatkan banyak player dari franchise lain.
Budaya ini telah mendarah-daging, membuat fans rela membeli apapun yang berhubungan dengan karakter atau media yang dikolaborasikan dengan game ber-gacha. Bagi mereka, uang yang mereka belanjakan tersebut akan jadi investasi yang sangat berharga baginya. Jadi, rasanya bukan jadi sebuah pemandangan yang asing lagi di Jepang apabila kamu melihat bahwa kebanyakan fans dari video game, komik, atau bahkan anime rela habiskan ribuan yen demi memiliki hal yang berhubungan langsung dengan yang mereka senangi.
Kesimpulan
Gacha merupakan fenomena dan obsesi yang unik dari gamer Jepang. Keterlibatan dan kepopulerannya dalam industri video game tak bisa dideskripsikan dengan sebuah teori. Namun, menurut saya jika dikaitkan dengan budayanya, maka kepopulerannya tak pernah lepas dari kebiasaan orang Jepang selama turun temurun. Budaya fandom yang menggelora, juga menjadi salah satu alasan kenapa gacha tetap bisa memberikan kesenangan baik untuk fans maupun lintas-fans. Dan mungkin, yang dikatakan oleh Natsuki sebelumnya memang telah mendarah-daging dan akan diteruskan hingga keturunan Jepang di masa mendatang. Bagaimana menurutmu? Kenapa gacha sangat populer di kalangan gamer Jepang?