Baru-baru ini di New Zealand pemerintah disana telah memblokir operator telekomunikasi besar dari China dan membuat larangan atas menggunakan segala produk Huawei dalam proyek jaringan seluler 5G yang akan datang, dilansir dari New York Times, Spark, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Direktur Keamanan Komunikasi Pemerintah New Zealand percaya bahwa menggunakan perangkat Huawei akan “meningkatkan risiko keamanan nasional yang signifikan,” dimana sebuah “sentimen” serupa juga telah diungkapkan oleh pemerintah AS dan Australia. Pemerintah AS khususnya telah vokal tentang kecurigaan dankekhawatirannya bahwa Huawei memiliki koneksi ke pemerintah China yang membuat produknya menjadi risiko keamanan nasional yang besar.
Dalam konteks ini Huawei dicurigai menjadi perantara dari suatu “penyadapan informasi” negara pengguna, kepada pemerintah China.
Huawei telah berulang kali membantah klaim tersebut, dan sebagai tanggapan atas keputusan terbaru ini, mengatakan bahwa proses di New Zealand sedang berlangsung dan akan “secara aktif menangani setiap masalah dan bekerja sama untuk menemukan solusi ke depan.” Kedutaan Besar AS di Australia merilis sebuah pernyataan yang mengatakan, “AS mendukung jaringan telekomunikasi aman dan rantai pasokan yang bebas dari pemasok yang tunduk pada kontrol pemerintah asing atau pengaruh yang tidak semestinya (penyadapan informasi). Kami secara rutin mendesak sekutu dan teman untuk mempertimbangkan risiko tersebut dan melakukan kewaspadaan serupa dalam memastikan keamanan jaringan telekom dan rantai pasokan mereka sendiri. “
Di AS, anggota parlemen telah melarang pegawai pemerintah, kontraktor dan agen dari menggunakan peralatan tertentu yang dibuat oleh Huawei dan perusahaan Cina lainnya seperti ZTE, sementara Pentagon mengeluarkan keputusan sebelumnya yang melarang Huawei dan telepon ZTE digunakan di area pangkalan militer. Sejumlah lembaga pemerintah, termasuk FBI, CIA dan NSA, telah memperingatkan orang Amerika tentang penggunaan produk Huawei. Peringatan serupa juga telah dikeluarkan ke negara lain, termasuk Kanada, Jerman, Jepang dan Italia.
Source: Engadget dan New York Times
Baca juga Artikel menarik lainya seputar Tech dan Game dari Mohammad Abdul Fatah