Mereka jelaskan alasan utamanya.
Meskipun kadang jadi bahan bercanda, terdapat beberapa bug dalam video game yang memang cukup mengganggu jalannya permainanmu. Namun, tak semua developer bisa hapuskan eksistensinya dari game karena masalah tertentu. Sebuah hal yang juga diamini oleh Obsidian Entertainment.
Programmer senior, Roby Atadero dari Obsidian Entertainment menjelaskan kenapa kebanyakan game masih miliki bug meski telah dirilis dan berlakukan day-one patch untuk memperbaikinya. Ia mengatakan bahwa kebanyakan developer harus mengejar deadline dari publisher untuk segera merampungkan perbaikan bug.
Menurutnya, bug terbagi atas tiga tingkatan: A, B, dan C. Tingkat A adalah bug yang harus segera mereka perbaiki, misalnya karakter yang menghilang saat menjalankan quest, atau game yang otomatis crash saat memainkan quest tertentu. Sementara tingkat B yang harus mereka perbaiki saat gamenya dirilis, bug seperti ini takkan mengganggu gamenya sama sekali. Tingkat C adalah tipe paling menjengkelkan atau hanya terjadi pada kosmetik seperti pedang yang hilang separuh saat kamu membuka inventory.
Kamu masih tetap ingin memperbaikinya, namun ketika sudah tidak ada waktu lagi, yang harus kamu lakukan ialah mengkategorikannya menjadi A, B, dan C. Jadikan bug tingkat A prioritas utama diikuti tingkat B yang mana kamu takkan bisa menyelesaikannya tepat waktu karena kamu akan temui lebih banyak bug dibandingkan yang bisa kamu perbaiki.
Ini menjelaskan kenapa kita menemui bug lain setelah day one patch. Atadero mengatakan bahwa memperbaiki satu bug akan hasilkan banyak bug lain. “Pada dasarnya gamemu akan miliki banyak bug. Tak semua bug merugikan. Misalnya saja bug tingkat C yang terjadi saat kamu menekan alt+tab yang buat musiknya berhenti. Kami tak miliki banyak waktu untuk memperbaikinya, oleh karena itu mau tak mau harus kami abaikan. Setiap game yang telah kami rampungkan miliki banyak bug. Tak cuman 10 tapi ratusan.” paparnya.
Baca juga tentang Obsidian Entertainment melalui link berikut.
