[Opini] Digimon Story: Cyber Sleuth Lebih Baik dari Game-Game Pokemon Saat Ini

Cs3

Di tahun 1996, Pokemon Red dan Pokemon Blue dirilis untuk Game Boy. Game ini mencapai kesuksesan yang fenomenal, dan sampai dengan detik ini, Pokemon masih menjadi salah satu franchise game tersukses di dunia, dan menjadi suatu fenomena budaya.

Dengan suksesnya Pokemon, datanglah sejumlah franchise baru dengan konsep koleksi dan pertarungan monster. Franchise-franchise ini bertujuan untuk berkompetisi dengan Pokemon. Namun, di antara para kompetitor, ada satu franchise yang menjadi pesaing terbesar bagi Pokemon: Digimon.

Digimon pertama kali rilis di tahun 1997. Tidak seperti Pokemon yang rilis sebagai game, rilisan pertama Digimon adalah produk virtual pet, seperti Tamagotchi. Dengan banyaknya rilis kartun dan game dari kedua franchise, Digimon terus menjadi pesaing terbesar Pokemon, dengan masing-masing franchise yang memiliki penggemarnya sendiri.

Namun, rilisan game Pokemon akhir-akhir ini bisa dibilang kurang memuaskan. Pokemon Let’s Go, Pikachu! dan Let’s Go, Eevee!, rilisan 2018, dikritik karena memiliki terlalu banyak unsur handholding, dan tidak menantang seperti game-game wilayah Kanto sebelumnya. Pokemon Sword dan Shield, rilisan terakhir dalam seri utama Pokemon, juga mendapat banyak kritikan dari banyaknya Pokemon lama yang tidak bisa dimiliki.

Game-game Pokemon yang dibawah standar ini menjadi hal yang sangat mengecewakan bagi penggemar Pokemon. Dalam situasi yang kekeringan seperti ini, beberapa penggemar Pokemon mungkin ingin mencari game alternatif yang lebih berkualitas, termasuk saya sendiri. Oleh karena itu, tentu saja alternatif pertama dalam benak saya adalah Digimon.

Lebih tepatnya dari game Digimon RPG terkini seperti Digimon Story: Cyber Sleuth.

Digimon Story: Cyber Sleuth adalah game turn-based RPG dimana pemain bertualang sebagai hacker di dalam dunia digital. Pemain menggunakan Digimon (digital monsters) untuk bertarung melawan Digimon liar atau hacker lain. Pemain melakukan scan terhadap Digimon liar secara otomatis. Pemain dapat menggunakan data hasil scan untuk mendapatkan Digimon baru dengan spesies yang sama. Pemain juga bisa melakukan evolusi, de-evolusi, dan juga menyimpan Digimon di dalam DigiFarm yang bisa didekorasi sesuka hati.

Namun, Digimon dan Pokemon juga memiliki perbedaan yang cukup jelas. Bagi saya, hal utama yang membedakan Digimon Story: Cyber Sleuth dengan Pokemon dan game koleksi monster lainnya adalah nuansa anime yang dibawakan.

Jadi, apakah Digimon Story: Cyber Sleuth cocok untuk kalian? Yuk, kita bahas perbedaannya!

Gaya visual

Ya… begitu…

Pandangan pertama kita terhadap sesuatu seringkali menjadi kesan pertama, dan prinsip yang sama berlaku dengan game. Dan, untuk Digimon, salah satu dari hal pertama yang kita bisa lihat adalah desain visual para Digimon sendiri. Jika dibandingkan dengan Pokemon, desain Pokemon seringkali lebih menyerupai hewan, atau makhluk fantasi sederhana lainnya. Di sisi lain, Digimon lebih condong menggunakan desain yang lebih imajinatif, meskipun tidak terlihat logis.

Selain itu, gaya visual karakter dalam Digimon Story: Cyber Sleuth juga memiliki nuansa yang lebih anime. Dalam Pokemon, desain karakter dan environment seringkali terinspirasi dari budaya yang bervariasi. Misalnya, wilayah Unova dalam Pokemon terinspirasi berat oleh New York City.

Sedangkan, desain karakter dalam Digimon Story: Cyber Sleuth mengambil banyak dari fashion Jepang modern, mirip dengan desain dalam franchise seperti Persona atau Caligula Effect. Digimon Story: Cyber Sleuth juga banyak menggunakan dunia virtual sebagai setting, dimana desain environment memiliki gaya visual yang sangat sci-fi, mirip dengan game seperti Mega Man Battle Network.

Jalan cerita

Dalam game Pokemon, jalan cerita biasanya dimulai dengan pacing yang lebih lambat. Cerita di awal game seringkali bersifat lebih santai dan kasual. Kemunculan karakter antagonis atau kenaikan plot lainnya seringkali datang belakangan. Namun, tidak begitu bagi Digimon Story: Cyber Sleuth.

Plot dari Digimon Story: Cyber Sleuth dimulai dengan titik yang lebih tinggi dan taruhan yang lebih besar. Di awal-awal permainan, ketiga karakter utama sudah mulai dihadapkan dengan masalah yang besar, dengan munculnya Digimon misterius yang jauh lebih kuat daripada ketiga karakter dan Digimon mereka. Semua ini terjadi dalam tiga puluh menit pertama dari Cyber Sleuth, menyerupai banyak anime dimana krisis dan masalah pertama mulai terjadi dalam kurun episode pertama.

Tema keseluruhan dari penceritaan kedua game juga sangat berbeda. Pokemon memiliki fokus yang tajam terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari tokoh utama. Penceritaan dari Pokemon menyoroti faktor-faktor seperti tokoh utama yang menjadi semakin kuat dan mengalahkan Gym Leader yang lebih banyak.

Di sisi lain, penceritaan Digimon lebih fokus terhadap misteri dan investigasi. Ketika game dimulai, banyak hal yang terjadi dalam dunia Digimon yang tidak diketahui, oleh tokoh utama dan oleh pemain. Seiring majunya jalan cerita, misteri dalam cerita akan terbongkar, dan informasi baru dapat mengubah sifat dari cerita tersebut secara utuh.

Digimon Story: Cyber Sleuth juga memiliki satu game sekuel, yaitu Digimon Story: Cyber Sleuth Hacker’s Memory. Dalam Hacker’s Memory, pemain bisa mengalami jalan cerita yang sama, namun dari sudut pandang karakter utama yang berbeda. Dengan karakter yang berbeda, pemain bisa mengenal lebih banyak hal baru mengenai cerita kedua game.

Digimon Story: Cyber Sleuth juga menggunakan cutscene dengan gaya anime dalam pembawaan cerita, mirip dengan game seperti Persona 3, 4, dan 5.

Gameplay

Sama seperti Pokemon, Digimon Story: Cyber Sleuth adalah game RPG dimana pemain bertarung menggunakan monster, melawan monster lain. Bedanya, dalam game ini, pemain menggunakan 3 Digimon sekaligus.

Perbedaan terbesar di antara Pokemon dan Digimon Story: Cyber Sleuth adalah cara pemain mendapatkan Digimon baru. Berbeda dengan Pokemon, Digimon liar tidak bisa ditangkap. Namun, setiap memasuki pertarungan, spesies Digimon yang muncul akan ter-scan. Ketika scan bagi spesies tersebut sudah komplit, maka Digimon baru dengan spesies yang sama dapat diciptakan. Ini adalah sistem koleksi monster yang dicocokkan dengan setting sci-fi dalam Digimon.

Kebanyakan Pokemon hanya memiliki satu cabang evolusi, dengan beberapa pengecualian, seperti Eevee yang bisa berevolusi menjadi 8 Pokemon lain. Tapi, kasus seperti ini lebih umum dalam Digimon. Tiap Digimon dasar umumnya memiliki empat atau lima cabang evolusi, yang masing-masing bisa dipilih secara manual ketika kriteria untuk evolusi sudah dicapai. Evolusi me-reset level dari Digimon, namun dengan stats dasar yang lebih tinggi.

Digimon yang sudah berevolusi juga bisa di de-evolusi, sehingga mundur ke fase Digimon yang lebih awal. Hal ini dilakukan untuk mencapai stats yang lebih tinggi lagi ketika Digimon berevolusi untuk kedua kalinya. Dengan gameplay loop di antara evolusi dan de-evolusi ini, Digimon Story: Cyber Sleuth bisa menjadi game yang sangat grindy dibandingkan dengan Pokemon, apalagi jika pemain ingin mengumpulkan semua Digimon.

Digimon Story: Cyber Sleuth Hacker’s Memory memiliki gameplay inti dan sistem evolusi yang sama. Namun, Hacker’s Memory membawakan 92 Digimon baru ke dalam Cyber Sleuth, dengan total sebanyak 341 Digimon.

Penutup

Game RPG koleksi monster adalah genre game yang akan selalu memiliki penggemarnya. Dan di antara game-game koleksi monster yang tersedia, masing-masing game memiliki keunikan masing-masing. Digimon Story: Cyber Sleuth menjadi game yang istimewa di antara kompetitornya, dengan nuansa anime yang dibawakan oleh desain visual dan gaya penceritaan dari game tersebut. Jika kalian menyukai aspek anime di dalam game kalian, Digimon Story: Cyber Sleuth bisa menjadi pilihan yang tepat.

Digimon Story: Cyber Sleuth Complete Edition tersedia di Steam, PlayStation 4, dan PlayStation Vita. Complete Edition membawakan Cyber Sleuth pertama dan Hacker’s Memory dalam satu paket, sehingga dengan Complete Edition, kalian bisa langsung memainkan keduanya.


Untuk membaca panduan, ulasan, dan konten-konten menarik lainnya, silakan baca artikel-artikel lain dari saya, Jothias Edbert. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version