Industri Game sempat digegerkan dengan hasil penghargaan Golden Joystick Award yang akhirnya memilih Fortnite sebagai Ultimate Game of the Year 2018 menggeser judul-judul besar seperti RDR 2 dan juga God of War. Hal ini nampaknya menimbulkan banyak kontroversi, selain karena memang Fortnite merupakan game 2017 juga apakah Fortnite dirasa pantas menggeser game AAA selevel RDR 2 milik Rockstar.
Daftar isi
1. Fornite Is Not a Bad Game
Yup ketika kita membicarakan bagus atau tidaknya sebuah game kita juga pasti membicarakan keadaan atau status dari game tersebut. Apakah game tersebut sudah rilis secara penuh atau masih dalam early access, toleransi kedua game terebut tentu berbeda, masih banyak perbaikan dari segi core game ataupun engine yang akan diperbaiki selama masa early access.
Disisi lain Fortnite sendiri masih dan akan menyandang gelar Early Access sampai kemungkinan tahun 2019 nanti. Untuk level game yang masih Early Access sendiri Fortnite masih jauh lebih stabil jika dibandingkan dengan Paladin full rilis ataupun Realm Royale. Servernya yang sudah menjangkau SEA dengan Ping normal, adanya update secara berkala, penambahan konten game yang terus menerus, membuat game ini terasa diurus dan juga masih sangat nyaman dimainkan. Banyak mode dihadirkan, mulai dari explosion only, golden gun, 50 VS 50 dan masih banyak mode gila lainnya yang tentu tak akan terasa cepat bosan.
2. Bukan Kali Pertama Award “Seperti Ini” Terjadi
Mungkin banyak dari kalian yang mempertanyakan bagaimana game rilisan 2017 bisa memenangkan atau bahkan sampai dinominasikan pada Golden Joystick Award 2018 ? Terdengar tak masuk akal memang. Namun momen ini nampaknya bukan kali pertama sebuah game yang bukan tahunnya berhasil memenangkan penghargaan pada award ini.
If its Half-Life 2 No one bats an eye.
Pada Golden Joy Stick Award tahun 2005 gelar Ultimate Game of the Year dipegang oleh Grand Theft Auto: San Andreas yang rilis pada tahun Oktober 2004. Pada award yang sama juga Half-Life 2 berhasil memenangkan gelar PC-Game of the Year 2005 meski game tersebut rilis di tahun 2004. Penghargaan ini juga pernah menghadiahkan gelar Ultimate Game of the Year pada Gears of Wars di tahun 2007 meski game tersebut pertama kali rilis pada tahun 2006.
Jika kita berbicara game-game diatas yang memenangkan award yang “bukan pada tahun kelahirannya” tentu tak akan ada yang bermasalah. Namun hipokrasi orang-orang malah muncul ketika tahun ini fortnite memenangkan Ultimate Game of the Year, entah kenapa?
3. Vote Based System + Free To Play = Win
Hasilnya sebenarnya udah jelas sih, melihat sistem award pada penghargaan ini menggunakan Vote Based System dimana kalian bisa memvoting game mana yang akan memenangkan awards ini, sebenarnya kita sudah bisa menerka hasil akhir dari penghargaan ini. Mengingat Fortnite merupakan game Free To Play tentu tak sedikit orang yang akan memainkan game ini. Gap harga suatu game sangat jelas membatasi fan based suatu game, RDR dengan Full Pricenya tentu hanya segelintir orang yang dapat jatuh hati bahkan sampai ingin memvoting. Disisi lain Fortnite yang mematok harga gratis, dapat dimainkan semua orang dan pasti lebih mudah membuat orang rela untuk memvote game milik mereka.
4. Konsep Battle Royale yang Unik
Elemen unik sepertinya memang sudah dibawa Fortnite sedari awal penciptaan gamenya, bahkan dengan menghadirkan mode Battle Royale yang terbilang baru pada gamenya, ia tidak serta merta mengikuti alur kebanyakan game Battle Royale di “pasaran”. Dimana banyak game Battle Royale berbondong-bondong mengejar grafik serta gameplay yang realistis.
Fortnite justru merasa bahwa mereka bisa maju dengan Battle Royale gaya mereka sendiri, dengan menghadirkan sistem building, pencarian resource, serta senjata-senjata yang notabene tidak lazim diadaptasi pada kebanyakan game battle royale. Jika kalian melihat banyaknya Battle Royale yang beredar sekarang seperti PUBG, ROS, Free Fire, H1Z1, Ring of Elysium dan masih banyak lagi, hampir seluruh game Battle Royale tersebut terasa mirip mekanismenya. Bersembunyi > mencari senjata bagus > Pertandingan Aim > Win , thats it guys !.
5. Ekslusivitas Itu Bodoh
Yup RDR 2 dan God of War memang menjadi game-game dengan grafik dan juga core gameplay yang sangat ciamik dan terasah maksimal. Namun kembali lagi, kedua game tersebut tak mencangkup banyak platform. Hanya PS4 saja berbeda dengan fortnite yang hampir men-support seluruh konsole next-gen plus PC. Sehingga lebih mudah mereka menggaet banyak audience, karena akui saja tak semua orang mampu membeli PS4.
Console exclusivity is a bit dumb guys, dengan pola perusahaan yang terkesan sangat anti konsumen, ya gw setuju bahwa Fortnite adalah Game of the Year tahun ini. At least Fortnite mengajarkan bahwa seluruh game dapat dimainkan oleh siapapun kapanpun. Karena menurutku adalah Game of the Year memang perlu diakui oleh banyak orang, jika setiap orang bahkan sangat kesulitan untuk merasakan bagaimana briliantnya game tersebut karena dibatasi konsol tertentu, maka menurutku Fortnite memang tetap pantas !.
Kesimpulan Fortnite memang secara grafis dan gameplay tak sebagus game-game yang menjadi pesaingnya di Golden Joystick Awards, namun disisi lain Sebuah game tentu tak serta merta dinilai dari beberapa elemen saja. Fortnite sendiri mampu menunjukan kepada para pemilihnya/ fansnya keyakinan terhadap gamenya.