MOBA sudah dikenal lama, Genre satu ini sempat menjadi Primadona, redup, samar-samar dan kembali menjadi Primadona, pokoknya pasang surut yang bersangkutan dengan Genre game satu ini memang tidak perlu ditanya lagi. Mungkin tahun ini bisa dibilang menjadi tahun kembali meredupnya Genre satu ini.
Namun apakah benar? seberapa jauh redupnya?, banyak sekali pertanyaan dan pernyataan menarik terkait MOBA, terutama dikala surut, seperti suatu yang ‘Menyenangkan’ bagi beberapa pihak, istilahnya seperti “Mampus lu MOBA udah gak jaman”. Seolah-olah banyak orang yang menanti Genre satu ini redup, biarpun tidak diketahui juga motifnya apa, mungkin karena tidak suka, mungkin juga karena sudah bosan.
Namun seredup-redupnya MOBA, apakah hingga menimbulkan fakta bahwa Genre satu ini akan Dead? seperti banyaknya orang tahun ini yang menganggap bahwa ‘Dead akan menghampiri MOBA’. Mari kita bahas dibeberapa poin dibawah ya brott.
Daftar isi
Genre Lawas Selalu Membekas
MOBA (MultiPlayer Online Battle Arena) sebenarnya memiliki nama lain, yaitu action real-time strategy (ARTS), diperkenalkan dipenghujung tahun 80-an yaitu tepatnya 1989 pada Platform SEGA Genesis/Mega Drive, Genre ini berhasil ditandemkan dengan Game yang bernama Herzog Zwei pada masa itu, sebelum kita mengenalnya dengan nama-nama Legendaris (Namun Mainstream) seperti Dota 2, League of Legends dan Moba Mobile seperti AOV dan Mobile Legends pada saat ini, jadi seolah-olah semuanya sudah dalam rencana matang para Developer hingga berujung menghadirkan Genre yang dapat membuat pengalaman bermain semakin nyata.
Terbukti pada tahun 1998 Game berjudul StarCraft buatan Blizzard menjadi game terlaku sepanjang masa saat itu, ditambah Blizzard juga punya nama lain seperti Warcraft dan Dota generasi pertama yang tidak kalah legendaris yang dikenal luas pada tahun 90an hingga 2000an. Dengan hadirnya Genre ini benar-benar membuat pengalaman bermain semakin mendekati apa yang banyak Gamer mau, kesenangan digabungkan dengan sensasi kompetitif karena berinteraksi langsung dengan pemain lain secara Online, menjadi yang pertama memang selalu berkesan.
Jadi sungguh tidak mungkin MOBA dapat bertahan hingga kini jika memang Genre satu ini tidak menghadirkan suatu kesan yang tak mudah dilupakan.
Sensasi Mabar Adalah Bumbu
Dengan sudah diperkenalkan Genre MOBA ini, seolah membuat banyak mata Developer semakin terbuka, dari segi Gameplay Multi-Player yang dijadikan ujung tombak, dengan embel-embel ‘Pengalaman bermain Next Level’, hingga satu hal yang tidak boleh kita lupakan, yaitu Bisnis. Seolah Mabar (Main Bareng) hanyalah sekedar bumbu pada masa kini agar game tetap laku, tanpa melupakan tujuan sebenarnya yaitu meraup keuntungan demi atas nama keberlangsungan game itu sendiri, namun menurut kami selama kedua pihak (Player dan Developer) mendapatkan kepentinganya masing-masing hal tersebut bukanlah masalah. Bagaimana menurut kalian?
Namun apakah selama ini kita sebagai Player merasakan Mabar adalah suatu fitur yang sangat penting? menurut kami tentu Iya! Kesenangan lain saat bermain game tentu saja adalah ‘Bermain Bersama’, dengan bermain rame-rame sangat banyak moment yang tercipta, hingga kadang Game dan Moment itu sendiri sangat tak imbang, tak sedikit orang yang bermain yang sebenarnya game ‘Biasa saja’ tapi tetap betah bermain suatu game berkat sensasi ‘Main bareng’ yang seolah adalah Bumbu dalam resep Krabby Patty, yang menjadi sebuah Core dalam Cita rasa sebuah resep rahasia.
Katanya Mati? Buktinya?
Dalam bahasan ini sebenarnya kami juga bingung, jika dilihat dari kacamata sekitar (lingkungan kami berada) memang bisa dibilang MOBA saat ini dalam masa redup, namun untuk ukuran ‘Dead’ sepertinya masih sangatlah jauh, karena ada beberapa fakta yang dapat kami beberkan lewat Grafik yang dibuat oleh Streamhatchet dibawah:
Dalam konteks ‘Sepi’ dimainkan dan ‘Sepi’ ditonton mungkin memang dua hal yang berbeda, namun tentu saja kolerasi dalam kedua hal tersebut tetap ada, yaitu ‘Minat’, Minat orang-orang dalam menyaksikan MOBA bisa dibilang secara tidak langsung masihlah besar, jadi bisa dibilang juga bahwa ‘Mungkin’ Moba sudah agak redup dan Sepi yang memainkanya, namun tidak dengan ‘Minat’ orang-orang terhadap MOBA, dengan fakta diatas bahwa LOL dan DOTA2 masihlah menjadi 10 Game yang paling banyak ditonton di Twitch hingga saat Grafik itu dibuat yaiut 10 November 2019.
Masih Jadi Genre Andalan eSports
Berbicara tentang eSports, tidak mungkin jika MOBA tidak dilibatkan didalamnya, dalam semakin luasnya eSports diseluruh dunia, masih menjad suatu patokan jika DOTA2 dan LOL adalah salah satu Game yang memiliki nilai Kompetitif yang besar, bukan semata-mata karena nama besar kedua game tersebut saja, tetapi juga Hadiah utama yang tidak sedikit.
Setidaknya setahun sekali kita dapat melihat Kompetisi LOL dan DOTA2 yang berskala Internasional lewat beberapa nama kompetisi. Contoh kasus lainya adalah, Asian Games dan SEA Games juga selalu melibatkan Genre MOBA, Tahun ini saja dalam SEA Games di Filipina nanti, DOTA2, Mobile Legends dan AOV masuk kedalam kategori Game eSports yang dilombakan, dan ketiga nama tersebut bergenre MOBA.
Fakta-fakta tersebut tetap tidak bisa ditepis lagi, karena memang Genre tersebut sangat memenuhi syarat-syarat akan kompetisi selain memiliki daya tarik lain seperti pengalaman bermain yang asyik.
Salah Satu Genre Game Terbaik Yang Pernah Ada
Dengan banyaknya tetek bengek dan pembahasan tentang MOBA, kami berani bilang bahwa Genre MOBA adalah salah satu Genre terbaik yang pernah ada dari sekian banyak jumlah Genre Game yang sudah hadir dalam dunia Video Games. Bayangkan jika MOBA adalah seorang artis, mungkin MOBA adalah Michael Jackson menurut kami, tidak termakan jaman biarpun sosoknya sudah bukan hal baru dalam dunia persilatan, namun berkat sepak terjang apik selama ini membuat MOBA tetaplah salah satu Genre yang tak bisa dilupakan, dan satu lage aspek yang tidak bisa dilupakan adalah dampaknya yang tetap memberikan Inspirasi.
Karena kami percaya dengan konsep awal yang bertajuk (Multi-Player Online Battle Arena) inilah yang jika diartikan secara harfiah adalah ‘Mabar Sama Orang lain via Online’, memicu banyak Developer untuk terus berkembang hingga muncul Genre-genre baru yang menerapkan konsep yang pada dasarnya sama, hanya dikemas secara berbeda seperti contohnya Battle Royale (Online) dengan khas FPS nya dan bahkan MMORPG dengan khas game RPG nya, berbeda dengan MOBA yang kita kenal ibarat DOTA2 atau LOL, yang bermain beradu taktik dalam satu Field yang mengandalkan kerja sama tim.
Sensasi apalagi yang lebih menyenangkan dari Main bareng dan senang-senang bareng? biarpun hal ini pastinya menimbulkan Kontra, kami tetap Optimis bahwa kebanyakan Gamer tetap merasa ‘Mabar Online’ adalah salah satu fitur terbaik yang pernah ada. Bahkan beradu Strategi dan keahlian bermain dengan Player dari segala belahan dunia secara Online tetaplah menjadi Motivasi tersendiri dalam melengkapi pengalaman bermain, sampai-sampai muncul turnamen Profesional yang diperlombakan dengan hadiah tidak sedikit, atau kita kenal saat ini dengan sebutan eSports.
Tren Yang Pasang Surut Itu Biasa
Semua tidak ada yang selalu diatas, bahkan sebuah tren saja teruslah berputar seperti Fashion, Musik dan Gaya Hidup saja terus berputar seiring berjalanya sebuah jaman. Hanya Seorang Raja pada Pemerintahan Monarki saja yang akan selamanya diatas, memang tetap berganti, namun digantikan dengan keturunan-keturunanya saja bukan? biarpun tahun dan jaman terus berganti.
Jadi jelas kasus Raja Monarki diatas tidak bisa dikaitkan dengan sebuah Tren yang sedang kita bahas, kami memiliki analogi yang mungkin sedikit menyerempet terkait Tren MOBA yang dinilai sedang redup ini, yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Mungkin saat ini MOBA sedang dalam tahap Recycle ke arah Reduce berkat anggapan penurunanya dalam beberapa tahun terakhir. Dengan munculnya beberapa Format MOBA baru bukan suatu yang mengagetkan jika MOBA akan kembali bersinar.
Contohnya tahap Recycle yang sedang marak adalah dengan munculnya MOBA dengan Platform baru seperti Mobile:
Kemunculan judul baru dan daur ulang judul game lama sedang dalam tahap pantauan, seperti Lokapala yang dikembangkan oleh Developer Lokal Indonesia dan Upaya penghidupan kembali LOL dengan League of Legends: Wild Rift pada Platform Mobile.
Dengan kedua tahap Recycle dan Reduce ini, bukan hal baru jika nanti MOBA kembali ke tahap Reuse seperti sediakala, kembali ke puncak Hype dalam Tren sebuah Video Games.
Jadi bisa dibilang sebuah Pasang Surut sebuah Tren adalah hal yang biasa terjadi dalam semua aspek kehidupan, termasuk Video Games.
Sekian Opini dari Saya, Sampai jumpa lagi di Tulisan-tulisan lain dari saya, dan jangan lupa untuk baca Artikel dan Berita menarik lainya seputar AOV, Game, dan Tech dari Mohammad Abdul Fatah