Pengguna Steam dengan 10.000 Game Mencoba Jelaskan Khilaf Berlebihan Mereka

steam community tf2 scout money

Seluruh gamer PC pasti pernah setidaknya satu kali khilaf membeli game di Steam, khususnya saat Steam Sale. Tak perlu malu untuk akui hal tersebut karena kita semua pernah melakukannya. Dari semua game yang dimiliki di library pun, mungkin hanya 10% yang benar-benar dimainkan sampai selesai. Hal tersebut menimbulkan satu pertanyaan besar: “kenapa dibeli jika tidak dipakai sama sekali?”

Jalan terbaik untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan mendengar langsung alasan kenapa pengguna Steam dengan koleksi 10000 game atau lebih bisa rela habiskan uangnya untuk koleksi virtual mereka. Lewat artikel yang ditulis PC gamer, kita dapat cerita menarik dari kolektor obesitas game Steam ini.


Hyptronic – Telah jadi bagian penggemar Steam sejak awal rilis

Kita mulai dari user dengan nama Hyptronic, pria satu ini telah menjadi pelanggan dari Steam sejak pertama kali Steam dirilis. Dia dapatkan Half-Life 2 sebagai bonus dari graphic card yang dia beli. 13 tahun kemudian, koleksinya kini menyentuh 9600 dan akunnya kini bisa dihargai $83,208.

Dengan koleksi sebanyak ini, dia akui tak tahu bagaimana bisa dia habiskan uang sebanyak itu. Namun dengan seiring berjalannya waktu, dia sadar dia lakukan demikian hanya sekedar karena dia menikmatinya dan dia punya kebebasan untuk lakukan demikian. Apakah dia menyesali sedikitpun perbuatannya ini? Tidak sama sekali.


PhrostB – Dari gamer bajakan, menjadi kolektor 10.000 game Steam

Semua orang terkadang mulai dari sesuatu yang buruk, salah satunya adalah user dengan nama PhrostB. Sudah menjadi PC gamer sejak kecil, disaat umur 24 tahun dia tak pernah membeli game satupun dan lebih memilih untuk membajak game yang ingin dia mainkan hingga dia menemukan Humble Bundle Origin.

Humble Bundle Origin yang berisikan game EA mulai dari Battlefield 3, Mirror’s Edge, Dead Space dan game-game ternama EA lainnya pada saat itu hanya dihargai sekitar $10. Dari sini PhrostB mengenal Steam, dan dari sini juga muncul rasa untuk membantu developer dan juga mengoleksi game sebagai untuk “museum PC gaming”-nya sebelum semua copy yang beredar musnah dan tidak dijual lagi.

Alasan dia lebih memilih koleksi game digital adalah karena dia pemalas untuk menyusun game fisik serta dia tahu jika versi fisik bisa rusak kapan saja tanpa disentuh sama sekali. Terkadang apabila game lama tidak compatible lagi dengan mesin modern, developer mungkin telah berikan patch lewat Steam. Inilah alasan PhrostB lebih beralih ke digital, meski dia tahu digital juga tentu punya banyak kelemahan tersendiri.


Reapermadness – Senang akan koleksi yang bisa dibawa kemana saja

Meskipun hanya 30% dari koleksinya yang dia mainkan, hal yang paling menyenangkan bagi user dengan nama Reaper Madness adalah mencari cara untuk dapatkan game dengan diskon besar atau sebagai giveaway. Mengoleksi game Steam menurutnya juga lebih memuaskan baginya ketimbang koleksi yang lain.

Sebagai contohnya adalah buku, ketika kamu punya buku hingga 10.000 lebih, kamu telah membangun perpustakaan super besar yang pada akhirnya kamu yakin kamu tak mungkin dapat baca seluruh buku yang kamu koleksi dan terlalu makan tempat. Dengan koleksi gams Steam, dia temukan sesuatu yang memuaskan untuk bisa mengoleksi belasan ribu item tapi bisa dia akses kapan saja dan dibawa kemana saja dia mau.

Pria ini akui sudah menjadi gamer sejak era pertama console gaming dirilis ketika Atari, Coleco Vision, dan Intellevision masih jadi rajanya saat itu. Membandingkan masa kecilnya yang dimana dia hanya punya beberapa game saja untuk dimainkan dengan saat dewasa dimana semua koleksi game PC berada ditangannya serasa seperti berada di surga dunia baginya.

Uang yang dia habiskan di Steam bisa saja dia gunakkan untuk membeli mobil baru, tapi dia bertanya “berapa banyak yang bisa katakan mobil baru yang mereka beli itu bisa bertahan seumur hidup?” Kini tantangan terbesarnya adalah memilih game mana yang ingin dia mainkan, karena pilihan yang terlalu banyak ini dia panggil dirinya terkenal “Netflix syndrome”.

Selain dari kepuasan bisa mengoleksi banyak game, hal lain yang dia begitu senangi dari koleksinya ini adalah bisa menemui banyak teman baru yang banyak dari mereka sudah menjadi teman dekat di dunia nyata.


Seph.au – Khilaf yang berkelanjutan

Berawal dari game MMO, user dengan nama seph,au selalu ketagihan untuk selesaikan seluruh konten yang ditawarkan game. Tak disangka jika ketagihannya tersebut akan beralih menjadi ketagihan mengoleksi game digital lewat Steam.

Pria yang kini miliki 9600 game di library-nya akui semuanya terjadi begitu saja. Tiba-tiba koleksinya capai 1000, lalu 2000 dan seterusnya. Dia ungkap ingin berhenti koleksi game setelah capai 10.000, tapi hal serupa pernah dia tanamkan dalam hati saat capai 4000, 6000 dan 8000.

“Saya tak pernah tahu kenapa saya terus-terusan membeli game, aku pernah bercanda kepada temanku akan Steam perlu store lock agar aku tidak bisa lihat game rilisan terbaru,” ungkap seph.au.

Pada akhirnya dia sadari jika khilafnya ini tak bisa diatasi karena sudah mendarah daging. Tapi dia akui tak terganggu oleh itu, karena dia bisa jual akunnya untuk mobil baru atau barang lainnya atau setidaknya jadi hiburan untuk anak, cucu dan lain-lain asalkan Valve tidak ikut mati terlebih dahulu.


Source: PC gamer

Exit mobile version