Ketika game-game eSports seperti LoL, Starcraft, AOV dapat membuktikan bahwa game-game tersebut dapat memposisikan dirinya ke dalam ajang turnamen yang lebih serius sekelas Asian Games yang menarik banyak perhatian. International Olympic Committee atau IOC sepertinya tidak memandang serius pencapaian tersebut sebagai hal yang membuat mereka mempertimbangkan untuk memasukkan cabang eSport ke olimpiade nantinya.
Presiden IOC – Thomas Bach bahkan memberikan pernyataan resminya pada konferensi pers di Asian Games Sabtu lalu di Jakarta. Dikutip dari APnews Bach mengeluarkan pernyataan “Kami tidak bisa memasukkan cabang baru dalam Olimpiade dengan video game yang mempromosikan kekerasan atau diskriminasi,” Katanya kepada AP. “Game-game pembunuh tersebut, dari sudut pandang kami, bertentangan dengan nilai-nilai Olimpiade dan karena itu tidak dapat diterima. ”
Bach pun memberikan contoh dari cabang-cabang dalam Olimpiade yang mengandung kekerasan seperti Anggar dan Judo, bahwa kedua cabang tersebut memang memiliki latar belakang sejarah mengandung kekerasan, namun ketika memasuki ranah olimpiade keduanya dibuat lebih beradab. Ia menyebut bahwa sebelum video games dapat menghindari konsep “membunuh seseorang” maka video game tidak akan pernah dapat masuk ke dalam olimpiade karena tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Olimpiade.
Kelihatannya pihak IOC sendiri tetap bersikukuh dengan pandangan “tradisional” terhadap konsep kekerasan dimana video game yang tidak menyertakan kontak fisik dalam “membunuh” tetap lebih berbahaya daripada olah raga dengan kontak fisik keras seperti tinju atau martial art lainnya. Dunia eSports sendiri kelihatannya harus menyusaikan hal tersebut dengan menyediakan sebuah game kompetitif yang dapat mengalahkan satu sama lain tanpa harus membunuh atau setidaknya terlihat membunuh. Konsep game seperti apa yang kira-kira dapat cocok ya?