Memahami autisme adalah kunci
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Rasanya siapapun (atau sebagian besar, jika ‘siapapun’ dirasa terlalu berlebihan) akan setuju dengan pernyataan tersebut. Salah satu contoh nyata dari pernyataan itu adalah orang dengan autisme.
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah sebuah kondisi yang membuat penderitanya kesulitan untuk berkomunikasi. Ini berbeda dengan orang pemalu atau introvert yang merasa tidak nyaman ketika berada di tempat ramai. Autis lebih kepada individu yang tidak tau sama sekali cara berkomunikasi. Mereka tidak mengenali gestur, sehingga seringnya penderita autis cenderung menghindari kontak mata dan sebagian besar dari mereka juga tidak menggunakan ucapan ketika berkomunikasi.
Dengan memahami hal itu, berarti memahami pula bahwa penderita autis tidak melakukan komunikasi yang sama dengan yang selama ini digunakan oleh orang kebanyakan. Stuart Duncan memahami hal itu. Ia lalu membuat sebuah server Minecraft yang dikhususkan bagi penderita autis. Bukan berarti orang dengan keadaan normal tak diperbolehkan memasuki server miliknya, siapapun boleh masuk. Hanya saja, tujuan utamanya membuat server tersebut memang untuk orang-orang autis agar mereka bisa merasa diterima.
Awalnya ia melihat percakapan antar orangtua di internet yang menanyakan apakah salah satu anaknya (yang merupakan penderita autis) dapat bermain bersama anak orang tersebut. Orangtua dengan anak autis itu khawatir jika anaknya mengalami bullying ketika dibiarkan bermain dengan orang lain di tempat umum.
Kembali ke tahun 2013, Minecraft masih menjadi primadona. Tak peduli usia, siapapun memainkannya. Duncan sendiri juga penderita autis, anak tertuanya juga. Dari sana perjalanannya dimulai.
Dia menyebarkan informasi tersebut melalui Facebook. Berselang 48 jam, sebanyak 715 email ia dapatkan. Sekarang, lebih dari 8 ribu orang di selulruh dunia telah terhubunga dalam server miliknya itu yang dinamai Autcraft.
Dalam sebuah sesi presentasi di TED, ia menuturkan bahwa yang diutamakan dalam server miliknya adalah komunikasi. Sudah disebutkan sebelumnya bahwa Duncan memahami orang dengan autisme mengalami kesulitan berinteraksi. Oleh karena itu, Autcraft selalu berusaha melakukan komunikasi agar penderita autis itu dapat merasa diterima.
“Sembilan dari sepuluh anak dengan autisme mengamuk di dalam server karena hal-hal yang dialami di kehidupan kesehariannya. Di sekolah, di rumah, mungkin juga karena peliharaan yang meninggal. Itu hanya masalah miskomunikasi anak-anak saja dan mereka tidak tau apa yang harus mereka lakukan.” Begitu ucap Duncan dalam salah satu presentasinya.
Selain mengutamakan komunikasi, ia juga mengatakan bahwa Autcraft menerapkan sistem reward yang berbeda dengan kebanyakan game di luaran sana. Ia menyebutnya CBA atau Caught Being Awesome (ketahuan berbuat baik -red). Sistem reward player of the week itu ia ciptakan agar anggota dalam server miliknya merasa memenangkan seseuatu karena menjadi diri sendiri dan bukan karena apa yang mereka lakukan (menyelesaikan misi –red).
Duncan juga sangat menjunjung kesetaraan dalam Autcraft. Ia tau bahwa kesetaraan tidak selalu berarti setara untuk setiap orang. Sehingga ia berusaha sebisa mungkin memperlakukan setiap orang sesuai kapasitasnya. Ia mencontohkan sebuah kejadian ketika seorang anggota mengetikkan banyak tanda strip (dash) setiap kali melakukan chat. Anggota lain telah mengingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut karena mengganggu, namun hal tersebut terus dilakukan. Duncan mendapat laporan tersebut dan diminta untuk mem-ban pemain yang dianggap mengganggu itu. Namun yang dilakukan malah mengajak komunikasi anggota tersebut dan dari sana ia mengetahui bahwa anak tersebut mengalami kebutaan di salah satu matanya dan ia kesulitan untuk melihat.
Duncan lalu menghubungi temannya dan meminta untuk dibuatkan plug-in khusus yang memungkinkan chat ditampilkan dengan banyak strip.
“Ini hanya satu contoh bagaimana (saya) melakukan hal ekstra, sebuah modifikasi kecil, untuk memastikan semua pemain mendapatkan hal setara meskipun (saya) harus melakukan hal lebih untuk satu anak itu.” Begitu yang diucapkan Duncan
Autcraft setidaknya berhasil membuat penderita autis berani untuk berkomunikasi di luar game. Para orang tua menuturkan pada Duncan bahwa anak mereka yang jarang berbicara kini mulai berbicara meskipun yang dibahas hanya Minecraft. Kemudian ada juga yang di sekolah mulai berinteraksi dengan teman-teman lainnya.
Perubahan itu, walaupun secara perlahan, tentunya menjadi sebuah bukti bahwa video game dapat dimanfaatkan untuk hal-hal bermanfaat. Kali ini Minecraft yang berhasil menjadi medium bagi pendertia autisme untuk berkomunikasi. Ke depannya, mungkin akan ada lebih banyak lagi video game yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu.