Memiliki lebih dari 15 judul yang telah dirilis dipasaran dan telah melalang buana di industri game selama lebih dari 1 dekade, nama Assassin’s Creed tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tak dapat pungkiri bahwa Assassin’s Creed merupakan “salah satu” franchise tersukses pada saat ini, sekaligus menjadi aset paling berharga bagi Ubisoft.
Franchise Assassin’s Creed juga selalu memberikan daya tarik yang berbeda di setiap serinya, walaupun di beberapa seri ia pernah berakhir kurang matang dan solid. Dan kali ini Assassin’s Creed Odyssey hadir dengan berbagai perombakan dan segudang hal baru, yang disatu sisi terlihat sangat mengagumkan, namun di sisi lain terlihat mengecewakan.
Bagi kalian yang mengikuti berbagai berita seputar seri Assassin’s Creed terbaru ini tentunya paham bahwa sebelum resmi dirilis ke pasaran, Assassin’s Creed Odyssey telah mendapatkan berbagai kritikan. Terutama karena hadirnya berbagai perombakan yang dirasa terlalu jauh menyimpang dari berbagai judul Assassin’s Creed yang telah dirilis sebelumnya, benarkah demikian? review ini akan mengupasnya secara tuntas.
Daftar isi
Storyline
Diposisikan sebagai sebuah sequel sekaligus prequel, kalian akan melanjutkan petualangan Layla Hassan yang sebelumnya tampil dalam Assassin’s Creed Origins. Kini Layla akan menyelami memori dari Alexios/Kassandra, yang merupakan cucu dari raja sekaligus pahlawan Sparta yang sangat melegenda – Leonidas. Bersetting pada masa Yunani kuno, kalian akan dibawa ke tahun 400-an sebelum masehi, jauh sebelum ordo Assassin ada, itulah mengapa seri ini disebut juga sebagai sebuah prequel.
Coba suntikan elemen baru, kini kalian bebas memilih peran sebagai kakak beradik – Alexios ataupun Kassandra, siapapun yang kalian pilih, nantinya tetap akan memiliki cerita yang sama. Jika kalian berperan sebagai Kassandra, maka Alexios akan menjadi adik, begitu sebaliknya, bila kalian berperan sebagai Alexios, maka Kassandra akan berperan sebagai adik.
Agar tidak membingungkan, kami akan mengambil Kassandra sebagai tokoh utama, sementara Alexios diposisikan sebagai adik Kassandra.
Alexios/Kassandra yang lahir sebagai keturunan langsung dari Leonidas sebenarnya hidup damai di tengah lingkungan yang tak lagi dijajah oleh bangsa Persia, karena bangsa Persia sendiri telah terusir pasca pengorbanan sang kakek – Leonidas. Tetapi sayangnya, karena sebuah ramalan dari sekte terlarang bernama Cult of Kosmos, keluarga Alexios/Kassandra menjadi terpecah belah. Ramalan tersebut membuat ayah Kassandra – Nikolaos terpaksa mengikuti sebuah ritual pengorbanan yang harus mengorbankan Alexios. Parahnya lagi, karena suatu insiden, Kassandra juga turut dikorbankan oleh sang ayah, namun Kassandra berhasil selamat dan mengungsi ke pulau lain bernama Kephallonia.
Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, Kassandra akhirnya menjadi seroang Misthios atau Mercenary, dan akhirnya takdir membuat Kassandra bertemu kembali dengan ayahnya. Dengan dendam yang begitu mendalam, Kassandra akan dihadapkan dengan 2 pilihan, membunuh ayahnya tersebut atau memaafkannya. Pilihan yang kalian ambil nantinya akan mempengaruhi jalan cerita, kami akan membahas hal tersebut nantinya melalui fitur choice matters yang tersedia. Pilihan apapun yang Kassandra ambil, ia tetap mendapatkan kebenaran dari Nikolaos, bahwa ternyata ibunya masih hidup, dan ternyata Nikolaos bukanlah merupakan ayah kandung dari Kassandra.
Mengetahui bahwa ibunya masih hidup, Kassandra akhirnya memutuskan melakukan perjalanan untuk mencari ibunya tersebut sekaligus menuntut balas kepada Kult of Cosmos yang telah menghancurkan keluarganya. Perjalanan Kassandra tak akan mudah karena ia juga harus terlibat dalam pertempuran antara bangsa Sparta & Athena. Tak cukup dihadapkan dengan berbagai persoalan yang ada, Kassandra juga menemukan fakta lain bahwa ternyata Alexios berhasil selamat dan telah tumbuh dewasa sebagai orang lain.
Lantas mampukah Kassandra menghancurkan Cult of Kosmos & menyatukan kembali keluarganya yang telah terpecah belah? jawaban tersebut hanya dapat kalian temukan dengan memainkan Assassin’s Creed Odyssey!
3 Cerita Utama Terasa Epik Sekaligus mengecewakan
Ada 3 cerita utama yang berperan sebagai pilar pemersatu seluruh rangkaian cerita dalam Assassin’s Creed Odyssey. Cerita utama pertama seputar perjalanan Kassandra dalam menghancurkan Cult of Kosmos & menyatukan kembali keluarganya, cerita tersebut terasa sangat epik & menyentuh, bahkan kami tak ragu menyebutnya sebagai “salah satu” cerita paling menarik dalam seri Assassin’s Creed. Lalu ada cerita tentang pencarian ayah kandungnya yang juga berhubungan dengan berbagai pusaka first civillization, cerita tersebut terasa cukup menarik, namun terasa kurang masuk akal bagi para penikmat seri Assassin’s Creed lain selain Odyssey. lalu yang terakhir cerita mengenai modern day dengan Layla Hassan yang terasa sangat kurang dan dipenuhi dengan segudang plot hole.
Sebenarnya keseluruhan cerita Assassin’s Creed Odyssey ini terlihat kurang masuk akal bila disambungkan dengan cerita Assassin’s Creed lainnya. Pertama karena adanya fitur choice matters yang bisa menghadirkan butterfly effect, artinya tiap keputusan yang kalian pilih akan mempengaruhi jalan cerita, yang pada akhirnya membuat Odyssey dengan seri Assassin’s Creed lainnya terasa tak 100% relevan.
Yang kedua adalah karena berbagai plot hole yang ada dalam modern daynya, kami mengira awalnya modern day dari Assassin’s Creed Odyssey ini akan melanjutkan kisah Layla Hassan yang akhirnya bertemu dengan William Miles – ayah dari Desmond Miles, protagonis utama dari 5 seri awal Assassin’s Creed. Tapi nyatanya tidak, Layla malah dikisahkan menjalani petualangan barunya dalam menelusuri memori cucu dari Leonidas, dan akhirnya modern day ditutup dengan cerita yang sangat mengambang dan tanpa arah.
Yang ketiga adalah hadirnya para mahkluk mitologi dalam cerita utama Kassandra yang mencari kebenaran tentang ayah kandungnya, hal ini sebenarnya terlihat epik & menarik. Namun terasa tak masuk akal bila disandingnkan dengan kisah Assassin’s Creed yang lain, tak seperti Assassin’s Creed Origins yang menghadirkan pertarungan dengan mahkluk mitologi melalui mimpi, ilusi, atau cerita alternatif. Kini mahkluk mitologi muncul dalam cerita utama melalui Assassin’s Creed Odyssey ini, mereka hadir dengan artefak semacam Apple of Eden. Intinya Assassin’s Creed Odyssey akan terasa sangat epik bila kalian tak peduli dengan berbagai plot hole & beberapa kekurangan lainnya tersebut, namun cerita Odyssey akan terasa kurang “sreg” bagi kalian yang telah mengikuti seluruh kisah seri Assassin’s Creed.
Grafis
AnvilNext Engine 2.0 yang telah dipakai Ubisoft sejak Assassin’s Creed Unity faktanya tetap mampu meningkat dan tetap mampu menyuguhkan kualitas grafis yang memukau. Keindahan Yunani kuno dapat terlihat jelas dalam Assassin’s Creed Odyssey ini, berbagai aspek seperti lighting, environment, fog, shadow, hingga texture terlihat ciamik.
Tak hanya itu, Assassin’s Creed Odyssey yang mengimplementasikan fitur choice matters ala Mass Effect tentunya harus mampu menyuguhkan ekspresi muka yang detail. Dan game ini berhasil melakukannya, detail & mimik muka setiap karakter yang ada terlihat sangat natural & meyakinkan, tak jarang karena ekspresi wajah yang detail, sebuah scene emosional yang tersaji mampu membuat kita yang menyaksikannya turut tersentuh.
Gameplay
Dengan berbagai perombakan & fitur baru yang ada, Assassin’s Creed Odyssey terasa bagaikan perpaduan deretan game AAA lainnya. Mulai dari The Witcher, Dragon Age, Shadow of Mordor, hingga God of War. Game ini justru tak terasa sebagai seri Assassin’s Creed yang selama ini telah kita kenal.
Fitur Choice Matters yang Dilematis
Salah satu kontroversi terbesar Assassin’s Creed Odyssey saat pertama kali diumumkan adalah mengenai adanya fitur choice matters. Melalui seri ini, Assassin’s Creed tak hadir lagi dengan cerita linear, kali ini kalian dapat menentukan jalan cerita melalui berbagai pilihan yang kalian ambil. Berbagai keputusan yang kalian ambil ini akan memberikan dampak butterfly effect yang akan menimbulkan konsekuensi tersendiri.
Misalnya seperti yang kami jelaskan tadi, jika kalian sebagai Kassandra/Alexios memilih untuk membunuh Nikolaos, maka kematian Nikolaos akan berdampak pada jalan cerita. Tetap relevan, namun dalam cerita utama, fitur choice matters ini membuat kesinambungan cerita Assassin’s Creed yang selama ini telah terangkai menjadi terasa tak “100%” relevan.
Fitur choice matters ini tak hanya hadir dalam cerita utama saja, berbagai side mission yang menarik juga mengedepankan fitur ini. Menariknya, fitur choice matters dalam side mission ini akan mendorong rasa moralitas pada diri kalian, contohnya, apakah kalian akan membantu penduduk dengan ikhlas, atau membantu dengan timbal balik uang. Atau, terkadang kalian akan dihadapkan dengan pilihan yang keduanya terdengar tak menyenangkan, namun kalian harus memilih salah satu secara bijak.
Contohnya seperti sebuah side quest dimana ada sebuah keluarga yang telah terinfeksi sebuah penyakit menular yang tak dapat disembuhkan, dan para pemuka agama setempat berniat membunuh keluarga tak berdosa tersebut agar penyakit tersebut tak menular. Kassandra/Alexios dihadapkan dengan 2 pilihan, membunuh pemuka agama tersebut, atau membiarkan keluarga tersebut mati. Tentunya keputusan yang kalian ambil akan memberikan dampak, selamatkan keluarga tersebut, dan penduduk lainnya akan terinfeksi, membuarkan keluarga itu dibunuh, maka akan ada dampak rasa kemanusiaan yang hilang.
Tak hanya itu, fitur romansa yang dihadirkan mengandalkan mekanisme fitur choice matters ini, kalian bebas melakukan hubungan terhadap siapapun, baik lain maupun sama jenis, atau bahkan keduanya. Namun untungnya fitur romansa ini hanya sebagai fan service belaka dan tak akan hadir mempengaruhi cerita utama, yang artinya Ubisoft bermain aman dengan elemen ini.
Fitur choice matters yang dihadrikan ini berujung sebagai fitur yang terasa dilematis, disis lain, fitur ini merupakan hal yang terasa sangat menarik. Namun disisi lainnya ia juga berakibat membuat cerita Assassin’s Creed Odyssey tak terasa 100% relevan dengan cerita Assassin’s Creed yang lainnya.
Dunia Super Luas Namun Terasa Hampa
Assassin’s Creed Odyssey menjadi seri Assassin’s Creed dengan map terluas, berbagai kota, pegunungan, lautan, hutan, hingga pedesaan hadir di dalamnya. Untuk sekedar menelusuri seluruh map dalam Assassin’s Creed Odyssey diperlukan waktu selama berjam-jam, tempat pada map Yunani kuno yang memiliki peradaban seperti desa & kota terlihat hidup.
Namun keluar dari itu, kita akan lebih sering melihat hutan & air lautan, karena memang, dalam banyak misi kita akan dituntut untuk selalu berpergian ke jarak yang sangat jauh. Memang kita akan dihadapkan dengan berbagai pemandangan yang terlihat indah, namun berbagai pemandangan tersebut terasa sama pada satu titik dengan titik lainnya, pada akhirnya map super luas ini terkesan hampa. Namun untungnya berbagai ancaman yang ada seperti binatang buas & kapal musuh membuat perjalanan yang kita lakukan dalam map hampa ini akan terasa lebih menantang.
Tak Terasa Seperti Assassin’s Creed yang Selama Ini Kita Kenal
Seperti yang telah kami jelaskan diatas tadi, Assassin’s Creed Odyssey terasa seperti kombinasi dari berbagai game, dan malah tak terasa seperti game Assassin’s Creed yang selama ini kita kenal. Tak lagi mengedepankan elemen stealth, Assassin’s Creed Odyssey lebih memperkental elemen RPGnya, sama seperti Assassin’s Creed Origins, bila kalian melakukan stealth terhadap musuh yang lebih kuat, musuh tersebut tak bisa langsung mati dan akhirnya membuat kalian terpaksa melawannya secara face to face dan barbar. Game ini terasa sangat challenging dengan sistem RPG ini, karena sering kali musuh yang hadir dengan level atau gelar yang lebih tinggi terasa sangat over power. Butuh puluhan kali sabetan untuk menundukan mereka, sedangkan mereka dapat menghabisi kita dalam beberapa kali sabetan saja.
Berbagai upgrade yang ada juga akan membuat Kassandra/Alexios semakin kuat, berbagai ability yang dapat diunlock memungkinkan Kassandra/Alexios memiliki kekuatan yang tak masuk akal. Mulai dari melakukan hujan panah, lompat dari tebing tanpa terluka sedikitpun, menggunakan senjata berselimutkan api, hingga melempar broken spear yang bisa menghabisi musuh secara teleport (berpindah tempat secara instan). Jika dipikir secara logis, dengan kekuatan sesakti itu, kenapa menghabisi musuh secara stealth terkadang tak bisa langsung dilakukan? Berbagai hal diatas membuat kalian terlihat over power sekaligus lemah disaat yang sama.
Kembali hadir dengan fitur taming seperti dalam Assassin’s Creed Origins, kalian dapat memanfaatkan hewan sebagai kawan yang siap membantu kalian. Dengan melakukan knock out terhadap hewan liar, seperti singa, serigala, hingga beruang, kalian dapat menggunakan skill taming untuk menjinakan mereka. Hewan yang telah kalian jinakan ini nantinya dapat membantu kalian saat sedang berhadapan dengan musuh, bahkan mereka akan siap melindungi kalian dengan taruhan nyawa sekalipun.
Seperti game RPG pada umumnya, fitur kostumisasi yang dihadrikan terasa cukup menarik dengan deretan armor yang tersedia. Armor disini dapat dipilih secara bebas dan dapat dikombinasikan sesuai selera kalian, bukan hal baru sebenarnya, mengingat Assassin’s Creed Unity juga menerapkan fitur kostumisasi seperti ini.
Menerapkan fitur level scaling ala The Witcher, bila kalian semakin sakti dengan level yang semakin tinggi, maka para musuh juga akan turut menjadi kuat. Misal, bila kalian telah menginjak level 27, maka para musuh yang hadir akan memiliki level antara 25-29, ini yang membuat game ini selalu menantang, karena kalian tak akan pernah menjadi over power dihadapan para musuh
Fitur perburuan para mercenary dengan level & jabatan tertentu ala Shadow of Mordor juga hadir dalam Assassin’s Creed Odyssey ini, namun fitur ini tak sekompleks nemesis system yang ada dalam Shadow of Mordor. Kalian hanya dapat melakukan perburuan terhadap para mercenary, tiap mercenary ini nantinya memiliki berbagai level & tier yang berbeda. Tentunya kalian harus melakukan grinding terlebih dahulu untuk meningkatkan level bila ingin memburu mercenary dengan level tinggi, dan ini merupakan salah satu peningkatan yang terasa cukup segar.
Dalam cerita utama kita akan dihadapkan dengan para anggota Cult of Kosmos, para anggota Cult of Kosmos ini berjumlah banyak sekali. Tiap anggota memiliki ceritanya tersendiri, tak hanya itu, masing-masing dari mereka memiliki cara-cara yang berbeda untuk diburu dan dihabisi. Misalnya kalian perlu melakukan misi tertentu dulu sebelum dapat menemukan target, atau menemukan berbagai clue tertentu dulu untuk dapat mengungkap jati diri si target, sistem ini berakhir cukup manis dan membuat sesi permainan terasa jauh lebih lama.
Fitur naval battle juga kembali lagi di seri ini, namun sayangnya, ia tak terasa sebaik naval battle yang ada dalam Assassin’s Creed IV: Black Flag & Rogue. Tetap menyenangkan memang, tetapi pertarungan antara kapal hingga pertarungan saat melakukan boarding terasa tak se-epik seperti yang ada didalam kedua seri tersebut.
Hadirnya boss fight non-human yang berupa para mahkluk mitologi terlihat unik & membuat game ini justru terasa seperti God of War terbaru. Tiap boss fight mythical creature ini dihadirkan dengan berbagai ability berbeda dan sangat menantang, tiap boss ini memerlukan taktik yang berbeda-beda untuk ditundukan.
Salah satu fitur yang paling digembor-gemborkan ketika Assassin’s Creed Odyssey pertama kali diumumkan? tentunya adalah fitur conquest battle. Dimana kalian akan berperang 150 vs 150 secara real time, fitur yang satu ini terasa cukup epik, dimana selain menjadi tempat farming, suasana pertarungan yang dihadirkan juga terasa intens & padat. Kalian akan dituntut sebagai seorang dewa perang yang siap menghabisi banyak musuh dalam sebuah peperangan, mirip seperti game mosou, namun conquest battle ini terasa jauh lebih menegangkan karena sistem pertarungan RPGnya. Tak sekedar hanya harus tebas semata, kalian memerlukan taktik untuk dapat menghabisi banyak musuh dan membawa kemenangan bagi faksi yang kalian dukung.
Separah Apa Microtransaction?
Sistem microtransaction memang kerap kali menimbulkan kontroversi, karena membuat gamer mengeluarkan uang tambahan untuk suatu item didalam game. Namun apakah sistem microtransaction dalam Assassin’s Creed Odyssey ini terlihat parah? jawabannya tidak, mengapa demikian? Berbagai item & kebutuhan dalam game yang dijual oleh Ubisoft terasa sebagai sebuah hal yang optional, seperti kosmetik & time savers bagi para gamer yang malas grinding.
Berbagai item seperti kosmetik tak mempengaruhi gameplay, lagi pula, berbagai kosmetik armor & kuda yang telah ada didalam gamenya kami rasa sudah cukup banyak & keren tanpa harus lagi membeli kosmetik berbayar. namun tentunya bila kalian mengharapkan kosmetik yang lebih keren dan tak segan menggelontorkan uang tambahan, silahkan beli, tapi sekali lagi, ini tak diwajibkan dan bersifat optional saja.
Lalu time savers, konten ini diperuntukan bagi para gamer yang malas grinding, seperti yang kita ketahui, game ini memerlukan banyak waktu untuk memperkuat karakter kalian. Namun sebenarnya, sensasi grinding itulah yang membuat game RPG asik lama dimainkan, akan jadi suatu kepuasan tersendiri bila kita berhasil memperkuat karakter kita tanpa bantuan apapun, termasuk time savers, jadi hal yang satu ini juga bersifat optional.
Punya Beberapa Masalah yang Harus Ditangani
Assassin’s Creed Odyssey memiliki berbagai masalah yang harus segera ditangani oleh Ubisoft, mulai dari masalah performa yang membuat game ini terasa berat di platform PC. Lalu ada berbagai masalah teknis seperti bug & glitch yang cukup banyak & cukup mengganggu, mulai dari glitch yang biasa, hingga bug yang membuat permainan berakhir menjadi menyebalkan. Disaat kalian sedang lewat, secara tiba-tiba sekumpulan warga yang entah dari mana datangnya malah menyerang kalian tanpa alasan yang jelas. Entah apakah Ubisoft sengaja menyematkan perintah NPC tak waras seperti ini atau memang benar jika ini adalah bug.
Sound
Soundtrack yang Ciamik!
Seperti yang telah kita ketahui, salah satu daya tarik utama pada seri Assassin’s Creed adalah melalui soundtrack yang dihadirkan. Dan pada kali ini Assassin’s Creed Odyssey berhasil menyuguhkan deretan soundtrack yang sangat ciamik, soundtrack yang ia hadirkan mampu merepresentasikan kehidupan Yunani pada masa lampau.
Berbagai soundtrack yang dihadirkan juga mampu memperkuat atmosfir permainan, mulai dari scene epik, hingga scene intens masing-masing memiliki soundtrack yang match. Tiap soundtrack yang dihadirkan dalam seri Assassin’s Creed biasanya memiliki ciri khas berdasarkan setting tempat yang diusung, dalam Assassin’s Creed Odyssey ini memiliki deretan soundtrack yang terasa “Yunani banget”.
Soundtrack “Ezio’s Family” yang telah melegenda dan mendapatkan berbagai versi aransemen ulang berbeda di tiap seri Assassin’s Creed lainnya. Kali ini juga hadir dalam Assassin’s Creed Odyssey, tentunya dengan aransemen khas musik Yunani yang terdengar epik.
https://www.youtube.com/watch?v=ldkF8p_Mjtg
Voice Acting Natural & Terasa Hidup
Mengedepankan fitur choice matters seperti yang telah dibahas sebelumnya, selain detail wajah, suara dari tiap karakter terasa hidup. Beragam voice acting mulai dari Kassandra/Alexios hingga para NPC terlihat sangat natural dan mampu memperdalam kesan imersif terhadap game ini. Dan tentunya jadi salah satu motor pendorong paling efisien dalam menunjang berbagai scene yang tersaji agar terasa lebih hidup.
Verdict
Assassin’s Creed Odyssey hadir bagaikan perpaduan deretan game raksasa lainnya, ia juga terasa sangat berbeda bila dibandingkan dengan seri Assassin’s Creed lainnya (kecuali Origins). Berbagai perombakan & fitur baru yang dihadirkan terasa fresh, namun hal tersebut juga membuat kalian harus mengesampingkan logika untuk menikmati game ini. Banyak perombakan & fitur baru yang membuat seri ini terlalu berbeda jauh dengan seri-seri Assassin’s Creed lawas.
Bagi kalian yang tak peduli dengan berbagai perombakan ekstrim pada seri kali ini, maka Assassin’s Creed Odyssey akan terlihat sebagai game yang lengkap & epik bagi kalian. Namun bagi kalian yang telah memainkan seluruh seri Assassin’s Creed yang telah dirilis sebelumnya, kalian akan mempertanyakan berbagai hal tentang perombakan tersebut. Kalian memang akan tetap menikmati seri kali ini, namun tetap akan ada perasaan bahwa Assassin’s Creed Odyssey ini terasa kurang “sreg” di beberapa sisi. Nikmati cerita, konten, grafis, gameplay, namun kesampingkan logika, maka seri ini akan terasa sebagai sebuah game yang terasa padat & gila dimata kalian.