[REVIEW] Code Vein – Souls-like Ringan Pemuas Nafsu Wibu!

1530672978167 1

“Wibu-souls”, mungkin sepintas kata tersebutlah yang tersemat di benak kalian, ketika untuk pertama kalinya Bandai Namco memperkenalkan Code Vein dua tahun silam. Peleburan nuansa anime yang kental dengan genre souls-like yang terkenal akan kebrutalannya tentu jadi sesuatu yang baru dan unik. Tanpa campur tangan From Software selaku pionir genre tersebut, Bandai Namco hendak menghadirkan sesuatu yang baru dan segar melalui Code Vein.

Bagi kalian yang telah sempat membaca first impression dari kami sebelumnya, tentu sudah akan sedikit memperoleh gambaran tentang apa yang Bandai Namco tawarkan melalui Code Vein. Dan sesuai janji kami sebelumnya, kini tiba bagi kami untuk memberikan ulasan penuh terkait game souls-like perdana yang ditangani langsung oleh Bandai Namco sendiri ini.

Story

Dunia kini bukan lagi tempat hangat penuh kenyamanan, para monster mulai terlahir diantara kabut merah misterius dan siap untuk menguasai seisi dunia. Para pejuang tak berkutik, akhir dari era manusia telah dimulai, semua terjadi karena sebuah bencana yang melahirkan para monster tersebut.

Akhir dunia telah ada didepan mata.

Untuk menghadapi situasi kritis tersebut, para pejuang yang gugur dibangkitkan menggunakan parasit sehingga terlahir kembali sebagai “Revenant”. Spesies baru yang punya kekuatan khusus untuk menghadapi tiap ancaman yang ada, namun walaupun begitu, mereka tampil bagaikan sosok Vampire. Dimana mereka membutuhkan darah untuk tetap bertahan hidup, jika tidak maka mereka akan hilang kendali dan justru jadi ancaman baru.

Revenant sebagai spesies bak Vampire diharapkan bisa menghentikan masalah yang melanda dunia.

Bukannya jadi bala bantuan bagi para manusia yang masih tersisa, para Revenant yang haus terkadang justru malah memburu para manusia. Dilain sisi, para tokoh jahat juga punya agendanya sendiri untuk menguasai dunia, yakni dengan cara membangkitkan seorang ratu dengan kekuatan luar biasa. Disini kalian akan berperan sebagai sosok Revenant berjuluk “Queenslayer”, dimana dalam kondisi awal, sang Queenslayer terluka parah dan tak bisa mengingat apapun.

Disini kalian akan berperan sebagai sosok Revenant spesial berjuluk “Queenslayer”.

Ia lantas ditolong seorang Revenant lain bernama IO, Queenslayer yang melihat dunia tengah kacau dihadapannya tentu ingin membuatnya kembali kondusif. Melalui petualangan tanpa ingatan, sang Queenslayer akan menemukan banyak Revenant lain yang sejalan dengan visinya menyelamatkan dunia. Perlahan ia juga menyadari bahwa dirinya ternyata bukanlah Revenant biasa, Quenslayer dapat menyerap kekuatan Revenant lain dan bahkan melihat ingatan orang lain yang hilang.

Qeenslayer dan para Revenant lainnya bertekad memastikan kembalinya kedamaian di muka bumi?

Dengan kekuatannya tersebut, Queenslayer dan kawan-kawan memulai misi sucinya dalam menyelamatkan dunia, sembari mencari identitasnya sendiri dan mencari dalang dibalik kekacauan yang tengah terjadi. Lantas, mampukah sang Queenslayer menyelamatkan dunia? tantangan seperti apa sajakah yang akan ia hadapi? bagaimana semuanya akan berakhir? Semua pertanyaan tersebut hanya akan terjawab dengan memainkan Code Vein ini!

Mampukah sang Queenslayer dan kawan-kawan menuntaskan misi sucinya?

Cerita Menarik Khas Anime Banget!

Tidak seperti seri Soulsborne yang menghadirkan cerita implisit sudah dicerna, cerita Code Vein jauh lebih eksplisit dan terbuka. Tak hanya desain para karakter saja, namun cerita yang tersaji juga terasa “anime” banget, ini tentu merupakan hal yang segar dalam dunia souls-like. Dan harus kami akui, presentasi cerita dan karakter yang ada terbangun dengan sangat menarik.

Latar belakang cerita para karakter sangat menarik dan tak jarang mampu menguras emosi.

Tiap karakter yang ada punya backstory tragisnya masing-masing, yang kesemuanya tak jarang menggugah rasa emosional. Seperti Luis dengan kakanya, Yakumo dengan adiknya, hingga Mia dengan adiknya, tiap latar belakang karakter terasa selalu saja menarik untuk digali lebih jauh. Ini membuat Code Vein tak hanya berfokus pada misi kedamaian dunia semata, namun juga kisah persahabatan, percintaan, dan kekeluargaan.

Sayangnya karakter yang kita gunakan merupakan silent protagonist.

Tak hanya para protagonis, antagonis sekalipun punya latar belakang cerita yang kuat atas tindakannya di dalam cerita. Namun sayangnya, meskipun para NPC punya latar belakang menariknya masing-masing, tokoh utama yang kita gunakan justru merupakan silent protagonist. Dimana ia tak punya latar belakang yang menarik, tak bisa berbicara, dan tak punya kepribadian. Sangat disayangkan, tentnya akan menarik bila tokoh utama juga punya kepribadian dan latar belakang yang tak kalah menarik dengan para NPC.

Gameplay

Familiar, Namun Terasa Jauh Lebih Bersahabat

Secara keseluruhan, mekanik gameplay yang hendak ditawarkan oleh Code Vein terlihat sangat familiar dengan seri Soulsborne, terutama Dark Souls. Mengingat ini adalah game bergenre souls-like, pertanyaan pertama yang muncul dalam benar tentu adalah “sebrutal apakah game ini?”. Dan bagi kalian yang pernah terjun dalam dunia Soulsborne sebelumnya, mungkin juga bertanya, “apakah game ini lebih brutal dari Dark Souls?”.

Melalui berbagai pertanyaan tersebut kami menyimpulkan bahwa Code Vein merupakan sebuah judul souls-like ringan yang terasa jauh lebih bersahabat dengan pendatang yang baru mulai terjun di genre ini. Bagi kalian yang familiar dan pernah mencicipi seri Soulsborne sebelumnya, tentu tak butuh banyak penyesuaian lagi.

Bagi kalian yang mengenal seri Soulsborne, tentu tak akan butuh banyak adaptasi.

Pertama kita hendak membicarakan mekanik dasarnya, disini mata uang ala souls berjuluk “haze”. Menghabisi tiap musuh yang ada ataupun meredeem item lost haze akan memberikan kalian tambahan mata uang tersebut. Tentu, jika kalian terbunuh, semua haze akan tergeletak di tempat terakhir kalian mati. Disini juga ada mekanisme ala bornfire yang berjuluk “mistle”, fungsingya hampir sepenuhnya sama. Dimana setelah diaktifkan, mistle dapat menjadi tempat checkpoint, revive, fast travel, dan memanage item.

Mistle punya peranan serupa ala bornfire dalam Dark Souls.

Item penyembuhan ala estus flask juga hadir disini dan juga punya mekanisme serupa pula, item tersebut berjuluk “regeneration”. Jika estus flask membutuhkan bone shard dan estus shard untuk meningkatkan kemampuan penyembuhan dan menambah kapasitas, regeneration membutuhkan regen extension dan regen activator untuk diupgrade. Tentunya regen extension dan regen activator tersebar di sepanjang map petualangan dan menunggu untuk ditemukan.

Mekanisme dasar lainnya adalah sistem pertarungannya yang juga berjalan taktis, ini tetaplah sebuah judul souls-like, dimana kalian tetap dituntut untuk selalu berhati-hati dalam menghadapi musuh. Alih-alih hanya sekedar menyerang membabi buta, kalian harus sering kali menjaga jarak dan menghindari serangan. Mekanisme backstab juga hadir dalam game ini, jika kalian berhasil memberikan sebuah serangan presisi di belakang musuh, maka akan memberikan daya damage yang cukup masif. Tak hanya itu, gerakan seperti parry juga hadir, seperti backstab, gerakan tersebut akan memberikan animasi khusus yang diikuti damage super masif pada musuh.

Backstab dan parry juga akan memicu serangan dengan damage masif.

Untuk sistem pertarungannya sendiri, kami merasa game ini lebih dominan ke perpaduan gaya Bloodborne. dengan sedikit bumbu ala God Eater. Kalian tak bisa mengakses perisai sebagai alat bantu defensif, namun sebagai gantinya, kalian tetap bisa menangkis serangan dengan senjata yang kalian gunakan. Selain itu, tiap pertarungan yang hadir terasa lebih cepat, lengkap dengan berbagai ability khusus yang dapat kalian gunakan. Mulai dari menembakan proyektil, membangun pelindung, hingga memerikan buff, kesemua ability terlihat menarik dan menunggu digali dalam sistem class.

Aspek pertarungannya sendiri cukup mengingatkan kami pada Bloodborne dan God Eater.

Akan ada banyak class yang menyimpan banyak ability menarik yang bisa kalian sesuaikan dengan gaya bermain. Setidaknya ada 34 class yang bisa kalian gunakan, class tersebut disini disebut sebagai Blood Codes, dan kesemua Blood Codes tersebut harus kalian unlock satu persatu. Ada banyak cara untuk mengunlocknya, mulai dari sekedar menemukannya tergeletak sebagai item di jalan, meminta pada rekan seperjuangan, hingga mengalahkan boss fight.

Ada super banyak class yang bisa disesuaikan dengan gaya bermain kalian.

Selain ability khusus, tentu senjata utama jadi equipment yang labih penting, dan variasinya sendiri bisa dibilang cukup banyak, mulai dari One-Handed Swords, Two-Handed Swords, Spears, Halberds, Hammers, hingga Bayonet Rifles. Kesemuanya tersebut dapat diupgrade dengan material-material tertentu, mulai dari sekedar menaikan rank hingga menyematkan elemen. Tak hanya senjata, pakaian pun juga dapat mendapatkan upgrade serupa.

Namun yang cukup membedakan adalah, dimana peran pakaian tidaklah berbentuk “part”, tetapi langsung dalam bentuk outfit. Kalian tak akan menemukan aksesoris, sepatu, pelindung lengan, dan armor sebagai equipment secara terpisah, karena equipment pakaian yang tersedia langsung dalam bentuk sebuah outfit. Cukup disayangkan mengingat banyak yang cukup antisipasi dengan trend “fashion souls”. Dimana dalam menghadapi berbagai tantangan player bisa menentukan seperti apa equipment pakaian unik yang akan mereka kenakan.

Equipment armor sayangnya langsung berbentuk outfit.

Namun sebagai gantinya, saat berada di base utama, kalian bisa tampil dengan berbagai aksesoris maupun pakaian yang kalian inginkan. Hal tersebut juga semakin ditunjang dengan sistem kustomisasi karakter yang dapat kalian akses kapanpun juga. Tentunya cukup menyenangkan untuk mengkreasikan “waifu” yang paling sesuai dengan selera kalian. Bisa dibilang, sistem kustomisasi ini terlihat sangat beragam dan tak pernah terlihat membosankan untuk selalu kembali diakses.

Menciptakan waifu idaman? bisa!

Berbicara tentang souls-like, tentu tak lengkap rasanya bila tak membicarakan tentang tingkat kesulitannya sendiri. Saat pertama kali diumumkan, salah satu pertanyaan terbesar pada Code Vein adalah, “Apakah game ini bisa menyaingi tingkat kesulitan Soulsborne?”. Dengan pertanyaan tersebut, sayangnya kami harus menjawab “tidak”, Code Vein terasa jauh lebih ringan dan bersahabat jika harus dibandingkan dengan franchise racikan From Software tersebut.

Code Vein terasa bagaikan souls-like yang lebih “ringan”.

Ada beberapa alasan yang membuat Code Vein terasa labih bersahabat untuk gamer yang baru terjun di dunia souls-like. Pertama, disini aksi kalian tak akan sendirian, dimana kalian nantinya akan ditemani seorang AI yang bisa kalian pilih di home base. Tak bisa diremehkan, kekuatan dan kecerdasan para AI yang ada sering kali menolong kalian dalam keadaan genting. Bahkan saat kalian telah terbunuh, AI dapat mengorbankan sebagian healthnya untuk bisa membangkitkan kalian kembali.

AI bisa diandalkan, bahkan bisa membangkitkan kalian dari kematian.

Masih belum cukup mudah? ada pilihan co-op dimana kalian dapat memanggil player lain untuk membantu kalian menyelesaikan misi di dunia kalian sendiri. Lalu yang kedua, para musuh non-boss dapat dengan mudah terkena efek stager, artinya, disaat kalian terlebih dulu melakukan serangan pada musuh, maka secara otomatis serangan musuh yang hendak terpicu akan langsung terbatalkan. Bahkan musuh yang berukuran cukup besar pun juga dapat terkena efek stagger dengan mudah.

Efek stagger dapat dengan mudahnya menghentikan pergerakan musuh.

Dan yang terakhir, datang dari aspek krusial seperti boss fight, salah satu daya tarik utama seri souls-borne memang berasal dari boss fight yang menantang. Namun sayangnya Code Vein tak cukup mampu memuaskan hasrat para pemain yang haus akan tantangan melalui aspek krusialnya tersebut. Deretan boss fight yang ada harus diakui tampil dengan desain keren dan sangat “mengintimidasi”, namun tetap tak cukup tangguh untuk membuat kami bertekuk lutut, menggaruk-garuk kepala, dan mengeluhkan rasa frustasi.

Deretan boss fight yang ada mungkin akan terasa mudah dihadapan kalian yang sudah terbiasa dengan seri Soulsborne.

Harus diakui memang tiap boss fight yang hadir masih punya tantangan, namun hanya membutuhkan satu sampai tujuh kali percobaan saja untuk ditundukan. Beberapa boss bahkan hanya membutuhkan sekali percobaan atau “first try” saja untuk ditundukan. Patern yang mudah ditebak dan kesempatan grinding yang cukup cepat serta beberapa alasan yang kami sebutkan diatas tadi jadi faktor utama mengapa boss fight terasa kurang “menyiksa”. Namun tetap saja, bagi kalian yang baru pertama kali terjun ke dunia souls-like, maka Code Vein akan tetap memberikan tantangan yang cukup menggugah.

Selalu dihadapkan dengan pertarungan yang membentang di sepanjang cerita, tentu cukup melelahkan rasanya. Oleh sebab itu Bandai Namco sedikit menyuntikan elemen “fan service” pada game racikannya ini. Dimana kalian dapat berendam air panas bersama dengan para companion dan Revenant lainnya. Menariknya lagi, fitur berendam tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk mengambil kembali setengah haze kalian yang tergeletak entah dimana setelah kalian mati.

Bersantai sejenak menikmati “fan service”.

Soundtrack yang Epic, Indah, dan Menggugah!

Soundtrack tentu merupakan salah satu aspek paling krusial dari sebuah game, apalagi bila itu merupakan fantasy RPG. Untuk membalut tiap atmosfir yang ada tentu dibutuhkan soundtrack yang apik didalamnya. Dan untungnya, melalui Code Vein Bandai Namco berhasil mewujudkan hal tersebut.


https://www.youtube.com/watch?v=_HV5PtZy4Vo


Ada deretan soundtrack keren yang akan mengiringi petualangan kalian, dan harus diakui, kesemuanya tampil sangat pas dan menggugah. Tiap momen yang ada mampu dibalut dengan soundtrack yang pas, aksi intens melawan boss battle yang ada, kalian akan dihadapkan dengan soundtrack menggugah yang siap memacu adrenalin ke tingkat tertinggi. Bagitu pula dengan ragam scene emosional dalam cerita yang ada, juga akan dibalut dengan soundtrack sendu penuh emosi yang akan menggugah hati.


https://www.youtube.com/watch?v=CNWX5y0B6Ss


Memang tak sebanyak dan se-epik apa yang dihadirkan From Software melalui seri Soulsbornenya. Namun dalam Code Vein ini Bandai Namco tetap mampu menunjukan bahwa salah satu daya tarik utama dari souls-like tetaplah pada deretan soundtracknya yang menggugah. Dan beberapa soundtrack yang paling kami favoritkan, telah kami sematkan melalui review kali ini.


https://www.youtube.com/watch?v=4ClRhvs7tTU


Visualisasi Unreal Engine Yang Apik!

Tampaknya sudah jadi rahasia umum bila Unreal Engine memang jadi senjata utama Bandai Namco untuk membangun deretan gamenya. Basis visual Unreal Engine memang terasa lebih fleksibel untuk diaplikasikan, mulai dari 2,5d, kartunis, hingga realis bisa diciptakan melalui Engine tersebut. Dan dengan pondasi Unreal Engine, Bandai Namco mampu mempresentasikan visual khas anime yang terlihat sesuai.

Perpaduan visual 2D anime plus 3D mampu dipresentasikan dengan sangat matang. Tiap aspek visual yang tersaji, mulai dari texture, environment, shadow, lighting, fog, reflection dan lain sebagainya mampu disuguhkan dengan indah. Segala  atmosfir dan keindahan dunia yang tersaji mampu dibalut dengan presentasi visual yang apik. Sebagai buktinya? kalian bisa melihat deretan screenshot yang telah kami abadikan dalam review kali ini.

Salah satu yang juga cukup kami apresiasi adalah, dimana Bandai Namco telah belajar di beberapa gamenya yang gagal dengan pondasi Unreal Engine. Seperti Jump Force dan One Piece World Seeker di tahun ini misalnya, dimana keduanya menghadirkan para karakter dengan mimik muka bak robot yang tak punya ekspresi. Dan melalui Code Vein, mereka mampu memberikan yang jauh lebih baik, bersama dengan ekspresi tiap karakter kini terlihat “lebih manusiawi” melalui presentasi visual yang ada. Texture dan mimik muka para karakter tak jarang mampu membawa kami jatuh pada rasa emosional di tiap scene yang tersaji.

Keluahan visual dari mimik muka tak lagi berlaku pada Code Vein.

Conclusion

Peleburan tema anime dengan genre souls-like, menjadikan Code Vein tampil beda dan segar diantara game souls-like lainnya. Pondasi khas anime yang unik, cerita super menarik, desain para karakter yang keren, hingga gameplay yang solid menjadikan Code Vein punya identitasnya sendiri. Penundaan perilisan selama lebih dari setahun terbayar manis, Code Vein mampu tiba di genggaman dengan kualitas terbaik jika dibandingkan dengan beberapa game Bandai Namco lainnya yang juga hadir di tahun ini.

Tentu tak sepenuhnya sempurna, Code Vein masih punya beberapa kekurangan yang tak bisa diabaikan begitu saja. Mulai dari masalah framerate yang seringkali dijumpai, hingga masalah terhadap predikat “souls-like”nya sendiri. Kurangnya tantangan yang siap mendorong rasa frustasi ke tingkat tertinggi memang terlihat seperti pedang bermata dua. Tak mampu memuaskan para gamer yang haus akan siksaan, namun disisi lain, hal tersebut membuatnya lebih terasa lebih”bersahabat” dengan para gamer yang lebih casual.

Namun dibalik beberapa kekurangan tersebut, Code Vein tetaplah sebuah souls-like yang fresh dan harus kalian cicipi sendiri. Terlepas dari kalian yang memang sudah “veteran”, maupun yang baru terjun di dunia souls-like sekalipun. Tentunya bagi kalian Wibu yang gemar akan unsur anime kental yang dibalut dengan unsur souls-like yang lebih ringan dan tak terlalu menyiksa, maka Code Vein adalah jawaban pasti akan pertanyaan tersebut.


Baca juga berita atau artikel menarik lainnya dari Author.

Exit mobile version