[Review] Coffee Talk – Bukan Sekedar Ngopi Sampai Pagi

Cover Coffee Talk

Budaya ngopi tentunya sudah menjadi tradisi lama yang sudah ada di Indonesia, meskipun kini para penikmat mudanya mulai bergeser dari warung kopi atau angkringan ke yang lebih modern dan nyaman di dalam kafe. Namun sejatinya, esensi utama dari warkop maupun kafe kopi bukan pada tempatnya, namun dari interaksi-interaksi yang ada di dalamnya.

Dan hal itulah yang ingin diceritakan kembali dengan bumbu fantasi oleh pengembang lokal Toge Productions dalam game Coffee Talk ini. Mengambil latar di kota Seattle, Amerika Serikat namun dalam dunia fantasi alternatif di tahun ini (2020), dimana manusia hidup berdampingan dengan berbagai bangsa ras lainnya yang sering kalian temui dalam game RPG seperti Elf, Werewolf, dan bahkan Succubus.

Dalam Coffee Talk, manusia telah hidup berdampingan dengan ras lain

Kamu sendiri akan berperan sebagai bartender sebuah kafe kopi tengah malam yang tentunya akan menjamu tamu-tamumu, memenuhi pesanan minuman yang mereka inginkan, sembari mendengarkan kisah, keluh-kesah, atau sekedar perbincangan ringan sepulang rutinitas mereka yang sibuk.

Ada beberapa karakter yang muncul dalam demo yang kami mainkan, dan kesemuanya memiliki kepribadian dan image yang berbeda-beda disamping ras mereka yang memang cukup beragam seperti yang kami bilang sebelumnya. Hampir masing-masing atau setidaknya sekelompok karakter ini mempunyai problem yang tengah terjadi dan membawanya untuk dibicarakan di kafe milikmu tersebut.


Visual piksel yang menyenangkan

Meskipun mengusung visual piksel, gamenya masih terasa hidup

Visual yang diusung oleh Coffee Talk ini adalah pixel art dan kami merasa visual ini sangat cocok diimplementasikan ke dalam game ini. Atmosfer kafe yang hangat, dengan siluet pemandangan kota yang sering hujan di latar belakang membuat gamenya terasa hidup dan tidak statis. Semua karakter yang ada pun digambarkan dalam bentuk pixel art, namun tetap terasa dinamis dengan sedikit animasi dan perubahan eskpresi yang cukup menggambarkan apa yang tengah mereka bicarakan.

Setiap karakter yang muncul didesain dengan penampilan yang berbeda secara komikal untuk merepresentasikan bagaimana kepribadian mereka, atau bagaimana ras mereka berada dalam strata sosial dunia tersebut. Hal ini sendiri membawa karakter-karakter yang ada cukup mudah diingat dan dipahami motivasinya dalam cerita yang berjalan.

Karakter yang dihadirkan sangat beragam baik penampilan maupun kepribadiannya

Bervariasinya karakter yang ada juga membuat para pemain mungkin menaruh perhatian lebih ke salah satu atau beberapa karakter saja yang disukai dan penasaran tentang bagaimana kelanjutan cerita dari karakter tersebut, atau setidaknya akan terasa menyenangkan saat karakter tersebut muncul ke kedai kopimu.

Untuk menambah kesan indie dalam gamenya, Toge Production juga melengkapi game Coffee Shop ini dengan alunan musik lo-fi dan jazz yang bisa kamu mainkan sembari menyiapkan kopi dan berbincang dengan para pelanggan yang ada. Musik yang dipilih sendiri cukup baik untuk memperkuat atmosfer dari gamenya tanpa mengganggu fokusmu dalam mengikuti setiap percakapan yang tengah berjalan.


Titik berat pada kisah ketimbang gameplay

Tugas menjadi barista diimplementasikan dalam sebuah mini game yang cukup simpel

Masuk ke dalam gameplay, Coffee Talk sendiri lebih cocok disebut visual novel ketimbang sebuah simulator. Karena memang gamenya akan memintamu untuk belajar “meramu” minuman sesuai keinginan dari para pelanggan (dengan cara yang cukup sederhana tentunya), membuat latte art, mengingat apa minuman kesukaan setiap pelangganmu, serta menemukan resep-resep baru dari kombinasi bahan-bahan yang kamu miliki. Bahkan kamu bisa menemui minuman khas Indonesia seperti Teh Tarik, Kopi Tubruk, dan bahkan STMJ.

Namun hanya sekedar itulah aspek simulasi yang dibawa oleh Coffee Talk, karena berikutnya sebagian porsi dari gamenya akan kamu habiskan dengan mengamati percakapan yang terjadi antar pelanggan yang ada. Percakapan yang mengarah padamu pun dijawab sesuai cerita, tanpa ada pilihan yang mungkin bisa membuat alur ceritanya berubah. Singkatnya kamu hanya akan mengikuti alur yang telah disediakan oleh game ini tanpa resiko dan tanpa konsekuensi. Karena bahkan ketika kamu salah memberikan minumanmu, mereka tidak akan ambil pusing dan kamu tidak mendapat hukuman apa-apa.

Cerita narasi yang diangkat mengambil isu-isu yang sedang hangat

Namun bukan berarti kami tidak menyukai cerita yang dibawakan oleh Coffee Talk, nyatanya topik-topik dalam cerita game ini berani menyinggung banyak problematika yang tengah banyak terjadi di kehidupan sosial kita saat ini. Mulai dari rasisme, orang tua yang overprotektif, depresi, social anxiety, hingga isu-isu yang menyangkut pekerjaan bahkan ke isu lingkungan.

Semuanya dituturkan dalam bentuk dialog dari karakter-karakter yang ada. Yang sayangnya hanya kita bisa sadari dan ketahui tanpa dapat membahasnya lebih dalam seiring dengan berjalannya cerita. Namun bisa dimaklumi karena demo ini sendiri tidak berdurasi terlalu lama, sedangkan isu yang ingin diangkat sangat banyak.


Fitur minimalis namun membuat penasaran

Dari bahan yang kamu miliki kamu bisa membuat banyak sekali minuman sekaligus memenuhi katalog minumanmu

Sebagai game indie Coffee Talk mungkin tidak menawarkan sebuah kisah yang terlalu panjang dan komplek. Juga tidak menawarkan sebuah gameplay yang beragam, namun setidaknya ketika kamu sudah menamatkan cerita utama dari game ini kamu masih bisa memainkan beberapa mode lain yang disediakan.

Yang pertama adalah “Free Brew” dimana kamu bisa berkesperimen untuk menemukan resep-resep minuman baru untuk koleksi resepmu. Serta “Challenge” dimana kamu akan berlomba dengan waktu untuk memenuhi pesanan pelangganmu, dimana waktu akan ditambahkan ketika kamu memberikan pesanan yang benar.

Fitur terakhir yang bisa dinikmati adalah fitur gallery, yang mungkin bukan sesuatu yang kamu bisa mainkan. Namun setidaknya kamu bisa menikmati beberapa art dari gamenya dari karakter-karakter yang kamu sukai dalam style diluar piksel atau bahkan konsep art dari para artis dari Toge Productions.


Waktunya cangkir terakhir

Membuat latte art tidak semudah kelihatannya, setidaknya kami berusaha

Lalu bagaimana kesimpulan dari Coffee Talk ini? Sebagai game yang dimainkan untuk dinikmati kisahnya, Coffee Talk menghadirkan cerita yang cukup padat serta menarik karena berani membawa isu-isu yang sekarang sedang hangat ke dalam narasinya. Gameplay “barista simulator” yang dibawa pun cukup sederhana dan cukup menyenangkan untuk dimainkan. Terlebih bila kamu termasuk pecinta minuman hangat dan penasaran minuman apa saja yang bisa dibuat dari kombinasi bahan-bahan yang kamu miliki. Apalagi ada banyak minuman lokal Indonesia yang bisa kamu temukan dalam game ini.

Mengambil tema yang cukup berbeda dari game indie lokal yang ada, Coffee Talk menawarkan sesuatu yang ringan dan nyaman. Namun dari situasi yang aman itulah kamu diminta untuk memperhatikan hal-hal yang ada di sekitarmu, pelanggan yang datang, serta percakapan yang tengah terjadi. Karena percayalah pada kami, hal-hal kecil yang tersebar di sepanjang game ini akan terbayar di akhir ceritanya.

Kehidupan para karakter fiktif yang ternyata sangat dekat dengan kehidupan nyata

Game ini sangat cocok bila kamu menginginkan sebuah game yang bisa dinikmati secara santai, dan layaknya menonton sebuah film atau drama kamu dapat menikmati intrik cerita yang lumayan berbobot dan karakter-karakter unik yang kamu harapkan kehadirannya di kafe kopimu setiap malamnya. Coffee Talk sendiri akan dirilis pada 30 Januari 2020 besok untuk semua platform. Dan buat kamu yang ingin mencobanya sendiri, kamu bisa menjajal demonya yang ada di halaman SteamPlaystation Store, dan Nintendo Store mereka.

Jangan lupa baca juga info-info menarik lainnya tentang Review Game atau artikel-artikel gak umum lainnya dari Galih K.A.

For press release and further collaboratin, Contact me at galihka@gamebrott.com

Exit mobile version