[Review] Luigi’s Mansion 3 – Jatuh Cinta dari Sedotan Pertama

75247373 3238162419544115 1122040380510961664 o

Berbeda dengan saudaranya yang selalu selamatkan tuan putri dan selamatkan dunia ratusan kali dari serangan Bowser, peran Luigi tak lebih dari sekedar sidekick, sosok yang membantu Mario dalam meneyelesaikan misinya. Berbeda juga dari Mario, Luigi dikenal sebagai sosok yang penakut, sedangkan saudaranya yang berpakain merah yang penuh energi dan berani melawan rintangan apapun dalam menyelamatkan tuan putri. Sifat penakut Luigi ini mulai diperkenal luaskan lewat sebuah game spin-off untuk gamecube yaitu Luigi’s Mansion. Berbeda dari game Mario pada umumnya yang fokus pada platform dan gerakan lincah, game dengan “Mario Hijau” sebagai tokoh utama ini miliki gameplay yang terinspirasi dari Ghostbuster, eksplorasi kamar ke kamar, dan kontrol yang bisa dibilang semi-tank control. Meskipun berbanding jauh dari formula lama platformer yang sering dibuat Nintendo, Luigi’s Mansion menjadi game yang cukup sukses serta bangkitkan relevansi Luigi di mata fans.

Seri ini sempat mendapatkan sekuel untuk 3DS pada tahun 2013 silam, namun resepsi fans dapat dibilang campur aduk terhadap game tersebut karena berbagai alasan. 18 tahun setelah game pertama, Luigi kembali dapatkan petualangan serupa lewat Luigi’s Mansion 3 untuk Nintendo Switch. Dibuat oleh developer yang sama seperti game kedua yaitu Next Level Games, developer asal Kanada tersebut terlihat mencoba menebus kesalahan mereka pada game sebelumnya dengan memadukan ide lama dan ide baru kedalam game ketiga ini. Hasilnya? Kita lihat saja langsung.


Presentasi luar biasa

Melihat ini game dari franchise Mario, jangan harap akan dapatkan cerita apik penuh drama dan plot twist. Apa yang kamu dapatkan pada aspek cerita Luigi’s Mansion 3 tak lebih dari cerita kartun ala kartun weekend. Game dimulai dengan Luigi bersama Mario, Peach dan juga 3 Toad sampai ke sebuah hotel mewah yang dimana mereka diundang untuk mendiaminya. Awalnya disambut dengan manis, ekspektasi Luigi untuk bersantai justru tidak terjadi sama sekali usai mengetahui bahwa hotel tersebut ternyata berhantu dan merupakan jebakan dari sang pemilik hotel – Hellen Gravely – yang ingin mengesankan idolanya King Boo yang merupakan musuh bebuyutan Luigi.

Berhasil menangkap Mario, Peach dan Toad kedalam bingkai, King Boo mencoba menangkap Luigi dan membalas dendamnya yang telah dipermalukan pada dua game sebelumnya. Untungnya Luigi berhasil melarikan diri dan tak lama kemudian dirinya menemukan Poltergust G-00 yang merupakan senjata penyedot hantu yang tidak lagi asing baginya. Usai menyelamatkan rekan lamanya, Professor E. Gadd, kini Luigi kembali ditugaskan untuk menyelamatkan teman-temannya serta menangkap kembali King Boo.

Meskipun sangat sederhana, Luigi’s Mansion 3 dipenuhi dengan kesan wholesome yang sulit untuk tidak membuatmu tersenyum melihatnya.  Mulai dari interaksi minim voiceover antara karakter, keimutan para karakter, hingga gerak-gerik Luigi yang sangat ekspresif, semuanya dieksekusi dengan cemerlang. Detil yang ditawarkan di tiap cutscene juga merupakan sesuatu yang patut diacungi jempol. Tak jarang saya salah fokus melihati background atau bahkan menganggumi betapa detil tekstur pakaian dan topi Luigi selama cutscene dimainkan. Cutscene pada game ini terlihat seperti film CGI, dan saya hanya bisa berharap film animasi adaptasi nantinya akan miliki kualitas sekelas ini atau bahkan lebih baik.

Meskipun aspek cutscene menjadi aspek yang paling saya puji pada game ini, harus saya akui bahwa banyak peristiwa yang terkesan monoton. Game terlalu sering menunjukan skenario yang sama berkali-kali tetapi dengan background yang berbeda. Hampir di tiap encounter musuh, mau itu musuh baru atau minor yang telah kamu lawan berkali-kali, game seakan perlu memperlihatkan cutscene dimana Luigi ketakutan melihati mereka. Ya, saya tahu Luigi itu penakut, tetapi apakah harus dipresentasikan puluhan kali kepada hantu biru cupu yang sama? Di luar dari skenario monoton tersebut, Luigi’s Mansion 3 dapat dikatakan menjadi game Mario dengan cerita yang membuatmu serasa menonton satu episode kartun yang panjang.


Aksi Ghostbuster yang kini lebih diperdalam

Gameplay dari Luigi’s Mansion 3 masih berbasis pada Poltergust G-00, kamu dapat menyedot berbagai objek dan juga hantu yang mencoba menghalangi progresmu. Tetapi dibandingkan sekedar membanting analog layaknya game pertama, game ketiga ini lebih meminjam sistem combat dari seri kedua yang ada di 3DS. Membawa kembali flash dan dark light, combat dari Luigi’s Mansion 3 berfokus pada mencari cara membuat stun hantu kemudian menyedotnya hingga HP mereka mencapai angka nol.

Tak hanya fitur lama, Poltergust G-00 juga telah diperbarui dengan berbagai upgrade baru. Dimulai dari Slam, Plunger Shot dan Gooigi. Mekanik slam menjadi fitur yang berpengaruh pada combat, ketika kamu berhasil menyedot hantu dalam waktu cukup lama hingga bar terisi penuh, kamu dapat membanting hantu tersebut ke berbagai arah untuk menghasilkan 20 damage secara instan. Tiap hantu yang terkena imbas bantinganmu juga akan terkena damage serupa dan tak jarang pelindung mereka akan lepas apabila terkena imbas banting. Penambahan mekanik ini membuat combat dari Luigi’s Mansion 3 tak hanya semakin cepat, tetapi juga memuaskan khususnya pada area yang ramai. Mulai dari efek suara hingga efek physic yang dihasilkan apabila hantu tersebut dibanting ke properti hotel, momen bertarung hantu cukup membuat pemainnya merasa nagih untuk terus bertemu dengan hantu selanjutnya.

Suction Shot merupakan tembakan yang mengeluarkan karet plunge menuju objek yang kamu tembaki. Dengan fitur ini, kamu dapat membanting objek yang menghalangi jalanmu dan juga dapat dipergunakan saat combat apabila hantu yang dihadapi menggunakan tameng atau pelindung lainnya.

Upgrade terakhir yang diperkenalkan pada seri ini ialah Gooigi, sebuah replika yang terbuat dari cairan yang dapat melakukan aksi yang sama seperti Luigi tetapi ia juga mampu menembus wilayah-wilayah yang Luigi tidak dapat masuki. Pemain dapat berganti kontrol antara kedua karakter, tetapi ketika kamu memainkan salah satu dari mereka, satunya lagi akan memasuki fase tidak sadar, membuat mereka menjadi sasaran mudah untuk musuh apabila kamu menaruhnya terlalu terbuka. Tetapi untungnya pemain dapat kembali fokus memainkan satu karakter dengan

Gooigi lebih diciptakan sebagai solusi berbagai puzzle yang akan menjadi aktivitas kedua yang paling sering kamu lakukan selama campaign game.  Meskipun puzzle di game ini tidak begitu sulit untuk ditebak, tidak berarti kamu tidak dibuat bingung. Mayoritas bos bahkan pada dasarnya merupakan arena puzzle yang harus kamu tebak agar dapat mengalahkan mereka. Dan bicara soal bos, developer berhasil membuat tiap boss tidaklah sekedar encounter hantu yang lebih lama dari hantu biasa. Tiap bos miliki karakter dan latar unik masing-masing, mewarnai kepribadian mereka yang berbeda-beda, maka berbeda juga tiap solusi yang harus dilakukan untuk mengalahkan mereka. Ya, kamu pada akhirnya harus menyedot mereka menggunakan mesin vakum Ghostbuster-mu, tetapi apa yang dilakukan sebelum aksi tersebut merupakan sebuah teka-teki yang harus kamu tebak.


Perpaduan baru dan lama pada desain level

Luigi’s Mansion pertama di Gamecube dan Luigi’s Mansion: Dark Moon miliki dua direksi yang berbeda pada eksekusi level. Game pertama miliki direksi layaknya game Resident Evil, kamu mengeksplorasi satu rumah besar yang dimana akses ruangan perlahan semakin terbuka dengan semakin banyak item kunci yang kamu temukan. Sedangkan pada game kedua, game memakai sistem seleksi level, maka pemain tak lagi melakukan backtrack ke lokasi lama tetapi lebih fokus pada menyelesaikan misi yang ditugaskan di tiap level.

Ketimbang pusing memuaskan penggemar game satu atau dua, Next Level Games memutuskan untuk memadukan dua elemen game menjadi satu. Melihat kini latar game berada di hotel, tiap lantai kini dibuat layaknya seleksi level, tetapi di waktu yang sama tiap lantai ini menyimpan banyak misteri tersendiri, maka kamu bisa kembali lagi ke level tersebut dan menggunakan pengetahuan barumu untuk membukan wilayah tertentu yang sebelumnya tidak dapat diakses.

Luigi’s Mansion 3 miliki 17 level secara garis besar, angka yang mungkin tidak begitu impresif untuk game modern, tetapi tiap lantai miliki personalitas masing-masing. Tiap lantai tawarkan latar berbeda-beda, bos dengan ciri khas unik satu sama lain, serta puzzle yang selalu perkenalkan tantangan baru meski pada akhirnya kamu akan mengandalkan mekanik yang sama.

Luigi’s Mansion 3 bukanlah game yang panjang, apabila kamu bermain layaknya saya yang tidak terlalu pedulikan collectable, kamu bisa selesaikan game kurang lebih 12 jam. Mungkin dengan durasi singkat tersebut, kamu akan berpikir kembali untuk membeli game ini, tetapi Luigi’s Mansion 3 bisa dikatakan sebagai game yang lebih mempedulikkan kualitas ketimbang kuantitas. 15 jam merupakan durasi yang pas bagi game semacam ini, game selesai sebelum pemainnya dibuat bosan dengan mekanik game yang pada dasarnya tidak begitu kompleks. Tetapi selama durasi tersebut, developer mencoba tawarkan pengalaman bermain yang sebaik mungkin dan terkadang itu ialah hal yang lebih penting ketimbang menambah konten begitu banyak tanpa substance untuk membuat pemain terus bermain.

Meskipun demikian, akan menjadi bohong besar apabila saya tidak mengatakan bahwa game miliki konten filler di sepanjang campaign. Sebelum lanjut ke level selanjutnya, game terkadang melakukan skenario filler dimana tombol elevator penting diambil dari tangan Luigi. Hantu yang mengambilnya ialah Poultercat, kucing peliharaan milik Hellen Gravely. Ketika hal itu terjadi, Luigi harus mengejar kucing tersebut dan melawannya dalam semacam “mini-boss”. Tak hanya sekali atau dua kali kamu melawannya agar dapat mengambil tombol elevator tersebut, tetapi tiga kali. Tak jarang kucing akan melarikan diri ke lantai sebelumnya khususnya apabila kamu gagal menangkap kucing tersebut. Skenario ini terjadi dua kali di sepanjang game, dan meskipun tidak begitu sulit, melewatinya terasa membosankan dan kamu mulai merasa jika skenario ini tak lebih dari sekedar filler untuk memperlama durasi game. Akan lebih baik jika game menambah level baru ketimbang terus bermain cat-and-mouse semacam ini.


Konten multiplayer yang akan dilupakan dalam waktu dekat

Selain dari campaign utama, Luigi’s Mansion 3 juga miliki dua mode multiplayer – Screampark dan ScareScraper. Screampark merupakan mode dimana kamu bersama 3 temanmu menyelesaikan kumpulan minigame. Sedangkan untuk ScareScraper ialah mode dimana kamu bersama 7 pemain lainnya bertarung dalam level yang dibuat secara acak. Keduanya terasa seperti bonus semata dan meskipun cukup menyenangkan untuk dimainkan, kedua mode kemungkinan besar akan terlupakan dalam hitungan minggu melihat tak banyak variasi hal yang dapat dilakukan pada keduanya.


Verdict

Luigi’s Mansion 3 mungkin tidak akan menjadi blockbuster dibandingkan katalog Switch lainnya dan akan sekedar menjadi sleeper-hits untuk tahun ini. Tetapi dengan cutscene, gameplay, dan desain level yang semuanya dieksekusi dengan baik, sulit untuk tidak merekomendasi game ini khususnya untuk penggemar Mario maupun seri sebelumnya. Tentu game jauh dari kata sempurna khususnya dengan skenario sama yang monoton terjadi sepanjang game, tetapi jika kamu punya waktu untuk satu game eksklusif Switch, maka Luigi’s Mansion 3 mungkin akan jadi salah satu target incaranmu.

Exit mobile version