[Review] Man of Medan : Meninggalkan Banyak Misteri Namun Tetap Mencekam!

The Dark Pictures Anthology Man of Medan 20190901234915

Jika kita berbicara tentang Bandai Namco tentunya kita melekat dengan game-game fighting seperti Tekken, Soulcailbur ataupun beberapa game adaptasi anime seperti Jump Force dan Naruto. Namun publisher asal Jepang tersebut mencoba sebuah langkah besar dengan mencoba keluar dari zona nyaman mereka, dengan menggandeng Supermassive Games, pengembang yang sebelumnuya sukses dengan game Until Dawn, dengan merilis game bergenre Horror Interactive Story, The Dark Pictures: Man of Medan. 

Man of Medan sendiri, menjadi sebuah pembuka dari kumpulan cerita horror “The Dark Pictures Anthology” , yang rencananya akan memiliki delapan cerita yang tidak saling berhubungan, dimana Bandai Namco akan merilisanya setiap enam bulan sekali. Seolah menajdi proyek ambisius Bandai Namco dan Supermassive Games, Man of Medan sendiri merilis game yang satu ini secara mulitpaltfrom  untuk PS4, Xbox One dan PC melalui Steam, dengan menghadirkan berbagai fitur-fitur pembeda dengan game bergenre Interactive Story lainya, serta elemen horror yang siap disajikan lewat petualangan cerita kapal berhantu. 


Story

Seolah ingin mengulang kesuksesan Until Dawn, sang pengembang Supermassive Games sepertinya masih menggunakan elemen yang hampir sama. Jika sebelumnya mereka menggunakan cerita sekumpulan anak muda yang terjebak dalam sebuah cabin didalam hutan, kali ini sang pengembang mengangkat tema kapal hantu sebagai hidangan utamanya. Man of Medan sendiri diadaptasi dari sebuah kisah misteri dari kapal OSS Ourang Medan pada tahun 1940an, dimana kapal tersebut menyimpan begitu banyak misteri setelah hampir semua crew kapalnya ditemukan tewas secara misterius. 

Cerita Man of Medan sendiri akan berfokus dari lima orang karakter, yang terdiri dari Alex, Brad, Julia, Conrad, dan Fliss Sang Kapten Kapal. Tujuan utama mereka sebenernya adalah bersenang-senang, sekaligus menenemukan misteri harta karun yang berada direruntuhan pesawat bekas Perang Dunia II. Sebelum menyelam sang Kapten Fliss sudah mengingatkan bahwa mereka harus mematuhi segala aturan seperti menyentuh ataupun membawa benda apapun dari bangkai pesawat tersebut kepermukaan, karena akan membawa sial. Konflik sendiri dimulai pada saat malam hari, kapal mereka justru disergap oleh kawanan perampok, yang sebelumnya menyamar sebagai seorang nelayan. Ditengah kegentingan tersebut, secara misterius kapal Duke of Milan bertemu dengan kapal yang disebut-sebut menyimpan harta karun sekaligus misteri yaitu OSS Ourang Medan. Karena mengetahui misteri harta karun yang ada dikapal tersebut, para perompak yang sebelumnya hanya ingin melakukan pemerasan terhadap anak-anak muda ini, merubah arah tujuannya dengan menjadikan kelima orang ini tawanan dengan mebawa mereka kedalam kapal yang penuh misteri tersebut. 


Inovasi Tiga Cara Bermain

Bisa dibilang Supermassive Games benar-benar membuat Man of Medan berbebeda dengan game-game interactive story pada umumnya. Jika biasanya game dengan genre serupa hanya memiliki mode single player untuk menikmati permainan, game pembuka dari antologi Dark Pictures ini memperkenalkan sebuah fitur yang memungkinan kamu bermain secara multiplayer. Mode multiplayer tersebut dibagi menjadi dua, Shared Story (online multiplayer) dan Movie Night (local multiplayer). 

Trobosan yang dilakukan oleh sang pengembang dalam Shared Stroy yang memungkinkan mu bermain secara online multiplayer ini justru bisa dibilang menjadi sebuah boomerang, dikarenakan untuk memainkan mode yang satu ini kamu diwajibkan untuk mengundang salah satu teman dalam daftar friend list mu. Tidak adanya opsi bermain dengan pemain secara random, membuat kesempatan kamu untuk mencicipi mode yang satu ini nyaris tidak ada. Selain itu mode ini bisa dibilang kurang bersahabat bagi kamu-kamu pemburu trohpy, pasalnya ada beberapa secrets item  yang hanya bisa didaptakan melalui mode Shared Story saja.  

Sedangakan untuk Movie Night, merupakan sebuah mode yang cukup unik, karena memungkinkan kamu berbagai kontroller dengan teman-teman mu untuk mengendalikan kelima karakter yang ada dalam game Man of Medan. Perbedaannya utama mode ini dengan Shared Story adalah, cerita akan berjalan secara bergantian dari setiap sudut pandang kelima karakter. Sesuai dengan nama dari mode yang satu ini yaitu “Movie Night”, mode ini dihadirkan untuk hiburan dan menciptakan sensasi bermain game horror bersama teman-teman mu, dengan konsekuensi dan pilihan yang akan menentukan keseluruhan cerita dalam Man of Medan.


Gameplay dan Fitur

QTE yang “Kurang Manusiawi” dan Hubungan Karakter yang Lebih Hidup

Secara gameplay Man of Medan memang tidak memiliki banyak perbedaan dengan game dengan genre serupa. Layaknya game interactive story pada umumnya, keseruan dalam game ini terletak dari aski-aksi yang kamu pilih serta percakapan antara karakter yang akan menghantarkan  mu kedalam konsekuensi yang berbeda. Namun bukan berarti game ini tidak memiliki perbedaan dengan game interactive story lainnya, Suppermasive Games sendiri sundah menyiapakan fitur QTE yang bisa dibilang “kurang manusiawi” karena akan muncul secara tiba-tiba dan mewajibkan mu untuk selalu waspada. Sehingga kehilangan kewaspadaan dalam bermain game Man of Medan adalah sebuah dosa besar, karena kesalahan menekan tombol dalam game Man of Medan akan menutun mu kedalam kematian. Fitur lain yang membuat Man of Medan secara gameplay menawarkan ketegangan adalah adanya fitur “Keep Clam” yang mengharuskan mu menekan serangkaian tombol yang digambarkan sebagai detak jantung karakter mu, untuk tetap bersembunyi dari situasi menegangkan. 

Seolah masih mengadopsi beberapa fitur dalam game Until Dawn, Supermassive Games sendiri sepertinya masih membawa beberapa fitur yang ada dalam game yang dirilis secara eksklusif di Console PS4 tersebut. Peran totem Until Dawn sebagai alat penunjuk atau memberikan vision masadepan yang akan membantu mengambil berbagai keputusan sendiri digantikan oleh lukisan-lukisan yang bisa kamu jumpai dalam game. Perubahan yang begitu signifikan terletak pada hubungan para karakter, sehingga setiap jawaban yang kamu pilih akan mempengaruhi prespektif karakter tersebut kepada karakter lainnya. Hal ini dibuktikan ketika saya, memainkan Man of Medan di playtime kedua, dimana karakter bisa berbeda-beda dalam setiap chapternya tergantung pilihan yang diambil Sehingga bisa diartikan hampir tiap dialog dalam game ini memberikan peran yang penting, sehingga membuat karakter yang ada seolah memiliki logika dan perasaan terhadap karakter lain. 

Secara gameplay sendiri Man of Medan benar-benar sebuah game interactive horror story yang bisa dibilang haus akan kematian, hal ini ditunjukan dengan adanya 69 kematian yang siap menghampiri mu berdasarkan pilihan yang kamu ambil dan kewaspadaan mu menekan tombol QTE yang muncul.


Visual dan Audio yang Menambah Kengerian!

Supermassive Games sendiri masih menjadikan ekspresi wajah tiap karakter game Man of Medan sebagai kekuatan utama untuk menyampaikan pesan kengerian yang ada dalam game bagi para pemainnya. Layaknya Until Dawn, game pembuka dari antologi Dark Pictures ini menggunakan aktor dan artis asli sebagai model karakter dengan teknologi motion capture. Walaupun ada perubahan engine dari Decima (engine yang digunakan dalam Until Dawn) ke Unreal Engine 4, sang pengembang berhasil menyajikan kualitas visual yang indah, serta ekspresi wajah tiap karakter yang begitu hidup. Selain itu pergerakaan kamera yang sinematik serta pecahayaan dan detail yang memukau, seolah menambah kengerian yang ada saat kalian memainkan game Man of Medan.

Untuk kualitas Audio sendiri, sepertinya Supermassive Games benar-benar menyampaikan kengerian yang ada dalam game dengan baik. Percakapan dari tiap aktor dan artis dalam game Man of Medan sendiri begitu natural, sehingga emosi yang mereka tunjukan dapat tersampaikan dengan baik. Sedangakan untuk soundtrack dan beberapa sound effect ditempatkan dengan pas, sehingaa dapat membangun atmosfer mencekam serta membuat para pemain terus bersikap waspada akan kengerian yang akan menunggu disetiap sudut kapal SS Ourang Medan. Untuk soundtracknya sendiri Man of Medan menyajikan lagu berjudul “A Conversation with Death” untuk lagu pembuka, yang dinyanyikan oleh band metal asal Amerika, Khemmis, dan untuk lagu endingnya diisi oleh Gangstagrass yang berjudul “O Death”.


Slowburn, Plot Hole dan Jumpscare Murahan

Terlepas dari gameplay, visual dan audio yang dimiliki Man of Medan yang memang digarap dengan baik oleh sang pengembang, Man of Medan masih memiliki kekurangan yang sepertinya cukup fatal bagi game bergenre interactive horror story. Mari kesampingkan gameplay yang memang berhasil membangun kengerian pagi para pemainnya lewat QTE dan fitur “Keep Calm”. Menurut saya pribadi, dari segi cerita Man of Medan, disampaikan secara bertele-tele sehingga membuat game ini menjadi sebuah slowburn horror game. Cerita diawal game yang lambat, serta cepat dibagian akhir membuat Man of Medan meninggalkan berbagai macam misteri yang masih belum terjawab. Apalagi adanya peran Curator sebagai penghantar cerita, yang justru menurut saya pribadi, membuat tensi ketegangan yang sudah meningkat didalam game, menjadi hilang dan terkesan hambar. Hal ini terjadi karena durasi game yang tergolong singkat, sehingga dari segi cerita Man of Medan kurang begitu “menggigit” diawal, serta phase yang mendadak cepat diakhir justru meninggalkan beberpa plot hole.

Secara cerita sendiri Man of Medan juga masih meninggalkan sebuah lubang yang dalam. Hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa adegan yang justru tidak menjelaskan berbagai hal yang ada dalam game. Seperti adegan flashback diawal game, yang dirasa tidak menjelaskan asal usul “The Gold of Manchuria”, kenapa emas yang mendangung zat kimia tersebut masih bisa bertahan didalam kapal SS Ourang Medan selama puluhan tahun hingga akhirnya meneror Alex dan rekan-rekannya. Serta empat peti mati yang ada dikapal Man of Medan yang seolah hanya menjadi “pajangan” untuk menambah kengerian yang ada. Selain itu adanya tikus dibagian ending game yang menyerang Ollson, terlihat cukup aneh, jika dilihat kapal ini sudah ada sejak era Perang Dunia II. Jadi dari mana asal muasal tikus tersebut?

Seolah-olah berfokus kepada pengembangan gameplay, sang pegembang sepertinya benar-benar lupa bahwa dalam game bergenre interactive story, cerita memiliki peran penting. Hal tersebut dibuktikan dengan, Supermassive Games yang lebih berfokus membangun kengerian lewat elemen Jump Scare dibanding dari cerita yang disajikan. Pendeknya durasi game yang dimiliki Man of Medan membuat elemen Jump Scare dalam game ini terasa begitu intens. Hampir setiap lorong yang kita telurusi ataupun cutscene yang ada dalam game ini akan berakhir dengan sebuah jump scare dengan suara yang mengagetkan serta efek zoom layaknya sinetron-sinetron Indonesia.


Kesimpulan

Jika kita simpulkan, Man of Medan sendiri telah berhasil secara gameplay dengan membangun kengerian serta atmosfir yang mencekam selama kita memainkan game yang satu ini. Hal ini ditunjukan dengan QTE yang sedikit kurang “manusiawai” karena kemunculannya yang tiba-tiba, sehingga menuntut para pemainnya untuk selalu waspada disetiap situasi. Selain itu hubungan tiap karakter digambarkan begitu hidup yang ditentukan lewat dialog-dialog yang kita pilih selama permainan, memberikan pengalaman bermain yang berbeda bagi tiap pemainnya. Selain itu suntikan mode seperti Shared Stories dan Movie Night sendiri dianggap sebuah terobosan baru yang dihadirkan oleh sang pengembang. Walapun menurut saya pribadi untuk Mode Shared Stories perlu ditambahkan matchmaking dengan random player, sehingga para pemain tidak perlu menunggu teman dari daftar friend list untuk mencoba mode yang satu ini. Meskipun begitu dari segi cerita game ini jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan durasi game yang terlalu singkat sehingga, banyak misteri dalam game ini tidak dapat dijelaskan secara keseluruhan. Lambatnya cerita diawal game serta hadirnya Curator ditengah-tengah cerita justru membuat atmosfir kengerian yang sudah dibangun seolah-olah hilang. 

Terlepas dari hal itu Man of Medan berhasil menjadi sebuah game yang wajib kalian mainkan, selain didukung dengan gameplay serta visual yang memanjakan mata, harga game ini tergolong bersahabat bagi kantong mu. Selain itu yang perlu kalian ingat adalah, Man of Medan sendiri adalah game pembuka dari kumpulan “The Dark Pictures Anthology”, menarik untuk kita tunggu cerita horror apalagi yang akan dihadirkan oleh sang pengembang, mengingat tujuh game lain sudah siap menghantui mu!


Baca juga informasi menarik lainnya terkait Review Games serta artikel keren lainnya dari Andi Permana.

Exit mobile version