[Review] Pokemon Mystery Dungeon: Rescue Team DX – Ketika Gameplay Tak Semenarik Cerita

pokemon mystery dungeon rescue team dx illust scene01 1038x576 1

Saat pertama kali dirilis, Pokemon: Mystery Dungeon hanya dipandang sebagai game pengisi kekosongan seri utama yang tengah dikerjakan. Namun perlahan-lahan game ini mendapatkan apresiasi dari fans karena memberikan pengembangan karakter lewat perspektif yang berbeda dibanding game Pokemon lainnya. Mengunjungi kembali game yang tidak begitu populer dan memperkenalkannya kepada audiens baru merupakan aksi yang tepat untuk spin-off ini.

Saya selalu memandang game semacam ini lebih berhak mendapatkan remake ketimbang game yang sudah bagus dan sudah dikenal oleh semua orang. Pokemon Mystery Dungeon: Rescue Team DX adalah remake Red/Blue Rescue Team dari GBA dan DS yang dirilis 15 tahun lalu. Dengan kesempatan kedua yang diberikan, apakah Spike Chunsoft berhasil menjadikan versi terbaik untuk memulai bermain Pokemon Mystery Dungeon untuk pendatang baru seperti saya?

Ya, saya sendiri belum pernah memainkan seri ini sebelumnya. Saya selalu tertarik, tetapi tidak pernah sempat dengan banyaknya game lain yang menjadi backlog. Mungkin kesannya buruk ketika review dibuat oleh seseorang yang tidak punya pengalaman dari game aslinya, tetapi justru saya memandang ini sebagai kesempatan untuk memberikan pendapat yang murni dan tidak berbasis pada kacamata nostalgia semata. Maka dari itu, berikut pandangan saya akan game ini.


Premis yang tidak dieksekusi dengan baik

Kamu bermain sebagai manusia yang baru saja berubah menjadi Pokemon. Pokemon apa kamu berubah tergantung pada kuis kepribadian yang game lakukan di awal game, atau kamu bisa memilih secara manual apabila hasilnya tidak memuaskan. Setelah memilih persona barumu, kamu nantinya akan memilih siapa partner yang nantinya akan mengajakmu untuk menjadi bagian dari tim penyelamat. Tanpa ingatan akan apa yang terjadi dan siapa dirimu pada saat masih menjadi manusia, kamu perlahan mencoba untuk mengungkap misteri dibalik transformasi sambil melakukan tugas sebagai tim penyelamat Pokemon yang entah kenapa begitu nagih untuk nyasar di dungeon.

Gimmick terbesar dari game ini ialah sistem procedural generation yang dimiliki pada dungeon. Hal ini membuat tiap eksplorasimu tidaklah sama secara konsep layaknya game rogue-like. Tetapi realitanya, hanya layout semata yang berubah. Pengalaman masuk ke dalam dungeon terasa selalu sama setelah kamu mengenal formatnya: Ruang kosong yang dihubungkan dengan koridor sempit yang dimana Pokemon liar berkeliling untuk mengajak berantam dengan timmu, dan pada ujung dungeon akan ada tangga yang menujumu ke lantai selanjutnya. Ini ialah satu-satunya hal yang kamu lakukan sepanjang game, sebuah fetch quest yang diulang ratusan kali tanpa perubahan masif terjadi pada mekanik maupun desain game.

Seperti biasa, Pokemon Mystery Dungeon: Rescue Team DX mengusung sistem bertarung turn-based, tetapi bedanya ialah kamu akan tetap pada perspektif top-down ketika melakukannya. Pada saat awal bermain, sistem combat game mungkin akan sedikit membingungkan karena letak posisi pokemon menjadi kunci dalam game ini tetapi cara mengontrol dan melakukan aksi sedikit lebih ribet dari seharusnya. Saya mengerti jika game mencoba menjauhkan diri dari seri utama sejauh mungkin, tetapi saya justru lebih menyukai sistem bertarung tradisional Pokemon ketimbang sistem tile seperti ini karena game seakan tidak didesain untuk combat semacam ini.

Mayoritas serangan hanya akan dilakukan ketika kamu bersebelahan dengan musuh, karena Pokemon Companion hanya mengikutimu dari belakang, mayoritas pertarungan ialah kamu menyerang si musuh, mencoba memposisikan companion biar mereka bisa bantu, lalu telat melakukan satu aksi apapun karena musuhnya udah musnah lebih dulu oleh Pokemon saya. Belum lagi ketika berada di koridor sempit, Pokemon companion benar-benar tidak bisa lakukan apapun karena tidak berada di posisi yang pantas untuk menyerang terkecuali mereka punya serangan yang jaraknya jauh.

Jadi ya, mayoritas “bantuan” yang kamu dapatkan dari Pokemon companion hanyalah ketika mereka masih punya PP untuk serangan jarak jauh. Apabila PP untuk serangan tersebut sudah habis, mereka hampir tidak berguna sama sekali kecuali datang musuh yang HP-nya tebal seperti boss.

Untuk mengatasi pergerakan yang lumayan kaku, game menambahkan opsi “Auto mode” yang dimana sesuai namanya, game akan menjalankan karaktermu secara otomatis. Ia akan selalu memprioritaskan objektif, kemudian item yang berada di level, lalu menuju tangga. Auto mode akan berhenti saat kamu dipertemukan dengan musuh, jadi kamu masih mainkan game dan tidak sepenuhnya biarkan komputer untuk mengurus misi. Jika saya harus jujur, ini menjadi cara bermain saya untuk kebanyakan dungeon di pertengahan hingga akhir game. Game sudah terlalu repetitif setelah sesi pengenalan karena formulanya yang begitu-gitu saja tanpa tantangan baru maupun mekanik baru diperkenalkan game. Mungkin tanpa mode ini, saya sudah menyerah bermain apalagi ketika memasuki misi yang dimana lokasinya berada di lantai 20 keatas.

Selain 2 Pokemon pendamping yang kamu ajak, kamu bisa merekrut Pokemon yang ada di Dungeon untuk bergabung sementara dengan timmu. Pokemon yang direkrut bisa sampai 5 dalam satu misi dungeon, tapi lagi-lagi kamu tidak akan menggunakan sistem ini dengan semestinya karena sistem tile yang diusung game dan sudah kujelaskan bagaimana sistem ini tidaklah berkerja sama sekali dengan kontrol dan aturan yang game berlakukan. Jadi untuk apa kamu merekrut Pokemon selain dari membuat layar tambah penuh dan melambati eksplorasimu? Kamu bisa merekrut mereka secara permanen nanti asalkan kamu punya markas untuk ditempati mereka.

Apabila tidak, mereka akan memberi koin yang cukup banyak untuk keperluan timmu, serta mereka juga berguna untuk melawan bos sampai-sampai tiap bos mungkin bisa kamu selesaikan dalam hitungan menit karena kamu berkeroyok melawannya. Jadi mungkin secara garis besar banyak manfaat dari mekanik rekrut ini, tetapi masih tetap mengganjal lagi-lagi karena sistem bertarung dan pergerakan yang didesain oleh game.

Pokemon Mystery Dungeon: Rescue Team DX mencoba untuk membuat premis sendiri yang membedakannya dengan seri Pokemon pada umumnya, tetapi eksekusi yang dilakukan masih setengah matang dan bahkan dengan kesempatan kedua ini, Chunsoft tidak berusaha untuk perbaiki inti utama game.


Konklusi emosional untuk akhiri cerita yang sederhana

Dengan kamu terjebak dalam tubuh Pokemon tanpa memori kehidupan sebelumnya, kamu mau tak mau harus menjalani kehidupan barumu. Dalam kehidupan baru ini, kamu akan bertemu dengan kumpulan Pokemon dengan trope tipikal karakter anime. Karakter merchant yang begitu polos, karakter stereotip guru dojo, sekelompok tim jahat yang akan jahil di sepanjang petualanganmu, tim yang begitu diidolakan banyak orang karena kekuatan dan kebijaksanaannya serta mereka menjadi role-model untuk tim kamu nanti, serta karakter misterius yang tak pernah mau kasih penjelasan langsung.

Cerita yang ditawarkan juga pada dasarnya tidak begitu spesial pada awalnya. Kamu hanya membantu para Pokemon yang tersesat hingga muncul konflik sesungguhnya yang dimana kamu dan karakter lainnya harus mencari tahu alasan dibalik bencana alam yang sering terjadi di dunia mereka. Dari titik ini jalan cerita mulai menarik perhatian karena kamu yakin konflik tersebut ada sangkut pautnya dengan transformasi karakter utama menjadi Pokemon. Bahkan dengan gameplay dan dungeon repetitif yang game tawarkan, misteri dibalik cerita ini menjadi motivasi utama mengapa kamu ingin terus lanjut bermain.

Meski dengan trope yang klise, ada nuansa yang mustahil untuk dibenci dari cerita game. Melihat Pokemon bertingkah dan berinteraksi layaknya manusia pada umumnya memberikan perspektif yang unik melihat selama ini kita hanya memandang mereka tak lebih dari sekedar peliharaan koleksi dan bertarung hanya dibawah perintahmu.  Memang tak ada yang spesial dari segi pengembangan karakter, namun semakin lama kamu bermain kamu akan semakin erat dengan tiap karakter utama yang ada di game. Ketika konklusi cerita tiba, kamu akan sulit untuk menahan rasa sedih melihat akhir dari perjalanan panjang yang kamu lewati. Bahkan jika kamu telah menebak ending game akan seperti apa dari awal layaknya saya, game tetap berhasil untuk memancing emosimu lewat perpaduan musik dan dialog antara karaktermu kepada partner dan Pokemon lainnya.


Artstyle dan Endgame

Melepas artsyle pixelated pada versi gameboy dan DS, Rescue Team DX usung gaya visual layaknya lukisan. Tak ada yang bisa saya sampaikan untuk aspek ini selain dari pujian. Artstyle membuat kamu merasa berada dalam mimpi atau cerita dalam buku dongeng. Itu yang saya tangkap dari visual game dan jika memang itu yang ditujukan, developer berhasil mengeksekusinya dengan baik.

Usai kamu menyelesaikan cerita utama, kamu akan disodori dengan konten endgame. Seperti yang kamu ekspektasi, konten endgame hanyalah lebih banyak quest untuk dilakukan tetapi sebagai bonus kamu juga diberi kesempatan untuk evolusi karaktermu atau tim yang kamu miliki selama kamu memenuhi syarat yang diperlukan yang tentu saja berarti lebih banyak grinding. Jika entah bagaimana kamu belum lelah dengan gameplay repetitif yang diberikan selama 30-40 jam terakhir, endgame ini mungkin akan memuaskanmu tapi bagi saya pribadi saya sudah cukup dengan selesaikan konten utama.


Verdict

Pokemon Mystery Dungeon: Rescue Team DX adalah remake yang kurang rapi. Game miliki banyak potensi dengan perspektif barunya yang dimana kamu bermain sebagai Pokemon, sayangnya potensi tersebut harus dirusak oleh eksekusi yang mediocre. Animasi kaku, sistem combat yang lebih membuat kesal ketimbang fun, formula dungeon yang mulai repetitif dalam waktu cepat dan seluruh quest hanyalah fetch quest tanpa variasi membuat gameplay dari game ini sulit untuk direkomendasi.

Aspek cerita dan visual menjadi aspek kuat yang ditawarkan game, tetapi tak cukup untuk mengangkut beban semua kelemahan yang game miliki. Kamu mungkin miliki pendapat berbeda dan punya kenangan nostalgia dengan versi original, tetapi dari apa yang saya lihat dari remake ini, masih sulit bagi saya untuk merekomendasikannya dengan pendatang baru lain seperti saya.

Exit mobile version