Menelan budget pembuatan hingga triliunan rupiah, Square Enix beserta 2 tim developer raksasanya, Crystal Dynamics & Eidos Montréal tampaknya tak main-main dalam meracik Shadow of the Tomb Raider. Mereka cukup mau mendengarkan kata fans & mencoba membuat game mereka tersebut terasa lebih lengkap ketimbang kedua prequelnya, dan hal tersebut terbukti cukup benar adanya. Petualangan ketiga Lara Croft dalam saga terbarunya ini sempat mendulang rasa pesimis di mata kami, namun ternyata hal tersebut tak berujung menjadi sebuah kenyataan.
Ada banyak hal menarik yang ditawarkan oleh Crystal Dynamics & Eidos Montréal dalam Shadow of the Tomb Raider ini yang akan membuat kalian terpaku ke layar monitor selama berjam-jam. Bila kita lihat dalam 1 bulan terakhir, Square Enix tampak gencar mempromosikan game mereka tersebut secara besar-besaran. Yang tampaknya mengindikasikan bahwa Square Enix sangat percaya diri dengan game racikan 2 developer andalannya tersebut. Tapi benarkah Shadow of the Tomb Raider berhasil menjadi sebuah karya yang memukau? Review ini akan membahasnya lebih jauh.
Storyline
Tangisan Sang Penjarah Makam!
Lara Croft yang kita kenal dalam 2 seri terakhir, kini telah menjadi seorang gadis yang semakin tangguh & liar, dan kali ini perseteruannya dengan kelompok Trinity masih terus berlanjut. Berusaha mencegah berbagai kerusakan yang akan ditimbulkan oleh Trinity, Lara bersama dengan sahabatnya Jono Jonah, kali ini berusaha untuk mendapatkan sebuah belati Chak Chel yang diincar oleh Trinity.
Lara memang berhasil menemukan belati tersebut dan mengambilnya, namun ditengah perjalanannya untuk kembali, Lara dihadang oleh pasukan Trinity yang dipimpin oleh Pedro Dominguez. Melihat belati yang ditemukan oleh Lara, Dominguez langsung merebutnya dan menjelaskan, bahwa aksinya yang mencabut belati Chak Chel dari tempatnya tanpa artifak lain bernama “Silver Box” akan mendatangkan berbagai bencana besar yang menelan banyak korban jiwa.
Dan benar saja, setelah Dominguez mengatakan hal tersebut, tsunami besar datang dan meluluh lantahkan seluruh kota, yang menyebabkan hilangnya nyawa orang-orang tak bersalah. Tentunya hal tersebut menjadi sebuah kenyataan pahit dimana Lara bertanggung jawab atas hilangnya banyak nyawa karena aksinya tersebut.
Tak hanya tsunami saja, akan ada bencana masif lainnya yang datang, untuk menghentikan hal tersebut, Lara harus segera merebut belati chak chel & menemukan Silver Box. Di sisi lain, Dominguez & Trinity juga ingin mendapatkan Silver Box demi sebuah ambisi, tentunya perjalanan Lara tak akan mudah, karena ia akan berhadapan dengan Trinity dan berbagai mara bahaya lainnya.
Berbagai rintangan yang dihadapi lambat laun akan mempengaruhi mental Lara sebagai manusia biasa, mampukah Lara mendapatkan kedua artifak tersebut dan menghentikan kiamat dalam legenda suku Maya tersebut? Jawabannya hanya dapat kalian temukan dengan memainkan Shadow of the Tomb Raider.
Kisah Emosional Namun Minim Penokohan
Kisah yang dihadirkan sebenarnya terlalu singkat, namun tetap menarik untuk diikuti, tokoh Lara sebagai protagonis yang tangguh namun tetap rapuh sebagai manusia biasa, menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Terlepas dari tangguhnya ia sebagai sang “penjarah makam” yang tak terhentikan, ia tetaplah seorang gadis yang memiliki perasaan sebagai manusia biasa, yang tetap bisa menangis tersedu-sedu ketika masalah kemanusiaan menghampiri dirinya.
Namun sayangnya, penokohan yang dihadirkan tak merata dan terkesan bertumpu pada sosok Lara semata, karakter seperti Dominguez & Jonah memang mendapatkan cukup porsi. Sedangkan para tokoh penting lainnya malah terkesan dihadirkan dengan setengah-setengah dan tak sepenuh hati, ini yang membuat kisah Shadow of the Tomb Raider yang sebenarnya bagus menjadi tak terasa maksimal karena karakter yang setengah-setengah.
[Klik NEXT untuk melanjutkan pembahasan]