Game-game yang diracik developer Indie (Independent) memang memiliki stereotype yang kurang menarik dimata para gamer. Terlebih karena studio developer yang dimaksud belum memiliki nama sama sekali atau bahkan baru saja memulai debutnya dalam dunia game. Dalam hal ini, Protocol Games ikut serta dalam pengembangan game-game Indie yang ada dengan memberikan salah satu game horrornya yang mengusung ala-ala horror klasik dibalut dalam fitur yang tidak biasa. Semua aspek fitur unik ini digabungkan menjadi sebuah karya yang rapi dalam Song of Horror dan dirilis oleh Raiser Games.
Song of Horror sendiri adalah game cinematic survival horror yang menyuguhkan cerita horror klasik. Nantinya game ini akan memiliki sistem episode yang sama seperti game Life is Strange dimana perepisode akan dijual secara terpisah. Setiap episode akan masuk sebagai DLC yang akan dirilis secara terpisah di STEAM dengan total 5 episode. Semua episode ini dirilis dalam jenjang waktu yang lama. Seolah Protocol Games menitik beratkan game ini sebagai game trobosan terbaru di jaman ini, mereka menjanjikan kualitas horror yang tidak ingin beradaptasi dengan dunia horror modern.
Daftar isi
Tingkat Kesulitan Yang Unik
Protocol Games memang benar-benar meracik game ini berdasarkan karya ternama dari 3 penulis horror legenda. Cerita yang diberikan tidak hanya menarik rasa penasaran dalam diri pemain, namun juga menitik beratkan alur literasi yang memang berfokuskan pada narasi cerita ini. Dalam hal ini, tingkat kesulitan dalam bermain game inipun di bagi menjadi 3 (M. R. James, Edgar Allan Poe, dan H. P. Lovecraft) dan masing-masing pilihan tersebut terkesan sangat unik.
Sangat jarang sekali sebuah game naratif benar-benar memfokuskan ceritanya berdasarkan karya sastra. Tingkat kesulitan Song of Horror ini terpaku oleh tingkat kesulitan seseorang memahami sebuah karya sastra.
Dimulai dari yang paling mudah, yaitu M. R. James. Karya M. R. James terkenal memang mudah dipahami karena bukunya berupa kompilasi cerita horror pendek yang dipadukan dalam sebuah buku. Oleh karena itu, M. R. James dikaruniai dengan tingkat kesulitan yang paling mudah diantara yang lain.
Lalu, ada tingkat kesulitan Edgar Allan Poe. Edgar Allan Poe adalah penulis terkenal yang memang membuat karya sastra dengan target khalayak umum sehingga tingkat kesulitan yang didapat dalam game ini adalah medium atau rata-rata.
Tingkat kesulitan yang tersusah jatuh kepada H. P. Lovecraft. Mengapa demikian? Ya karena karya sastra Lovecraft termasuk dalam kategori cosmic horror yang menceritakan sebuah entity abstrak yang tak jelas. Karena sangat susah memahaminya, kesusahan ini juga berdampak dalam tingkat kesulitan dalam game ini.
Tingkat kesulitan yang ada diukur dari susahnya mencari clue yang ada dan intensitas kemunculan monster kegelapan ini. Selain itu juga, ada beberapa fitur yang dapat kalian aktifkan atau matikan, seperti fitur untuk menunjukkan benda tanda benda yang bisa di interaksi atau isyarat visual sebagai pengganti suara.
Dimulai Dari Misteri Hilangnya Penulis Terkenal
Seolah sebuah masa lalu lama yang dibangkitkan kembali dalam bentuk game, Protocol Games mengedepankan cerita horror klasik yang pekat. Kali ini mereka menggunakan tema misteri astral dengan bergenre psychological horror sebagai fondasi dari cerita game ini. Song of Horror sendiri menggunakan acuan penulis cerita horror legenda seperti Edgar Allan Poe, H. P. Lovecraft, dan M. R. James yang disatukan dalam satu narasi yang unik sebagai konten isi dari cerita ini.
Disini, ceritanya mengambil latar waktu pada tahun 1998 dimana teknologi belum begitu bagusnya. Pada saat itu, seorang penulis terkenal yang bernama Sebastian P. Husher menghilang begitu saja seperti ditelan bumi. Bukan hanya Husher yang menghilang, tapi seluruh keluarganya juga menghilang. Karena khawatir, sang Editorpun akhirnya memanggil assistennya, Daniel Noyer untuk mencari kabar tentang Husher yang tak kunjung terlihat.
Daniel Noyer adalah seorang asisten manajer penerbit Wake yang siap bekerja demi uang. Ia bersedia untuk mendatangi rumah Husher karena masalah finansial yang dihadapinya karena dulu dia sempat menjadi seorang pemabuk berat dengan hutang yang berbelit sampai istrinya meninggalkannya. Daniel berusaha membangun kembali keadaannya dengan bekerja di perusahaan penerbit Wake.
Dengan berat hati, Daniel mendatangi rumah Husher yang terlihat seperti rumah hantu, sangat terbengkalai. Tanpa basa-basi dia menelusuri rumah tersebut dan menemukan bahwa sebuah alat musik tengah dimainkan saat ia disana. Daniel akhirnya menelusuri asal mula suara tersebut dan mendapati sebuah surat ditinggal di knob pintu. Surat itu memberitahu misteri keanehan suara yang terasa seperti berasal sebuah kotak musik. Tidak lama kemudian, Daniel menemukan sebuah pintu aneh berbentuk pintu kayu tua di dalam ruangan bersurat yang ia masuki. Ia sadar bahwa pintu itu seharusnya tidak ada disitu.
Tanpa pikir panjang ia memasuki pintu tersebut dan pintu itu terlihat seperti mengarah keruang bawah tanah. Tiba-tiba saja pintu yang Daniel masuki menghilang begitu saja yang membuat Daniel terjebak diruangan itu selama berhari-hari. Saat terjebak disana, Daniel hanya ditemani oleh serangkaian peristiwa supranatural yang tidak dapat dinalar oleh otak manusia. Suara jeritan yang datang tiba-tiba dan yang terparah adalah kesunyian hampa menerpa Daniel.
Tidak lama kemudian, Daniel mulai tertelan di dalam kegelapan yang sunyi selama berhari-hari. Kali ini ia yang ikut lenyap.
Semenjak itu, mulailah misi untuk memecahkan misteri hilangnya keluarga Husher ini. Ada beberapa karakter yang siap untuk memecahkan solusi ini dengan mencari jawabannya di lokasi hilangnya kedua orang ini. Mampukah mereka memecahkan masalah yang terdengar sangat aneh ini?
Tidak Sendiri Dalam Menulusuri Kegelapan Jahat
Dalam berpetualang di dunia misteri yang sangat mencekam ini, Daniel tidak hanya sendiri. Dia ditemani oleh beberapa rekannya dan beberapa karakter yang memiliki kaitannya dengan cerita ini. Karakter-karakter yang disuguhkan akan berjumlah 16 karakter dengan 4 karakter playable disetiap episodenya. Untuk kali ini, cerita yang digunakan hanyalah cerita dari episode 1 jadi karakter yang dibeberkan berupa karakter episode 1.
Setiap karakter memiliki hubungannya masing-masing dalam cerita ini, maka setiap detail-detail yang ada akan disuguhkan dalam bentuk perspektif dari setiap karakter. Karakter yang tidak terlalu memiliki hubungan yang erat dengan cerita ini biasanya hanya memberikan perspektif biasa saja.
Selain itu, setiap karakter memiliki status kemampuannya masing-masing. Status disetiap karakter dibedakan menjadi 4, yaitu: Speed (Kecepatan), Stealth (Kemampuan Sembunyi), Strenght (Kekuatan), dan Serenity (Ketenangan Batin). Keempat status ini akan membuat pengalaman bermain kalian menjadi sangat berbeda sekali. Misalnya kalian memilih karakter dengan tingkat Speed yang tinggi, kalian akan bisa menhindari monster dengan kemampuan berlari yang sangat cepat. Tidak hanya itu, setiap karakter akan memiliki item khusus yang memiliki manfaatnya sendiri dan alat penerangan yang berbeda-beda.
Sophie van Denend, mantan istri dari Daniel Noyer yang khawatir akan hilangnya kabar dari Daniel. Dia mengajukan diri untuk mencari keberadaan sang suami yang entah kemana perginya. Disini Sophie membekali dirinya dengan 3 buah lilin yang dapat digunakan dimanapun kalian suka. Efek dari lilin ini akan memberikan ketenangan untuk Sophie dalam menghadapi persitiwa supranatural yang ada. Status karakter ini terbagi rata dengan tingkat Serenity yang tinggi membuat karakter ini tidak mudah merasakan takut.
Etienne Bertrand, seorang Sales Manager di Penerbit Wake yang juga menjadi editor dari Sebastian P. Husher. Etienne khawatir akan hilangnya kedua orang penting ini sehingga ia pun turut serta mencari keberadaan mereka berdua. Bermodalkan catatan dan sebuah pemantik, Etienne menyusuri rumah Husher untuk mencari tahu. Status dari karakter ini benar-benar terbagi rata dengan status Strength yang tertinggi.
Alexander Laskin adalah seorang penjaga rumah Sebastian P. Husher. Dia menjaga dan memperhatikan anak-anak sang penulis sebagai salah satu pekerjaan yang harus ia emban. Alexander memiliki stats Strength yang sangat tinggi tetapi dengan tingkat ketenangan yang rendah sehingga mudah sekali merasakan takut. Item khusus karakter ini adalah botol minuman untuk menghilangkan kegugupannya dan lilin sebagai alat penerangan.
Alina Ramosa adalah seorang teknisi listrik yang bekerja di Monolith Security. Selain itu, Alina juga mengerjakan proyeknya, membetulkan sistem keamanan di rumah-rumah besar termasuk rumah Sebastian P. Husher. Alat yang dibawa Alina berupa HT yang dapat menerima saluran gelombang aneh dan sebuah senter sebagai alat penerangan.
Perbedaan perspektif tersebut menyebabkan perubahannya info dalam berinteraksi tiap detail-detail yang ada. Tetapi perbedaan ini bukanlah hal yang benar-benar trobosan terbaru.
Pengalaman Horror Yang Sangat Dinamis
Song of Horror menggunakan telknologi AI canggih yang dapat mengadaptasi setiap gerak-gerik karakter dan keputusan karakter yang kalian buat. Benar saja, fenomena supranatural dirasa sangat mengejutkan walaupun beberapa elemen tersebut merupakan hal kecil seperti fenomena Poltergeist (Benda-benda yang bergerak sendiri) seperti tv yang tiba-tiba menyala.
Sang antagonist dalam cerita ini adalah sebuah makhluk supranatural yang dipenuhi oleh kegelapan pekat bernama “The Presence” yang siap menghantui kalian dimanapun dan kapanpun.
Kecanggihan AI ini membuat monster kegelapan ini seperti merayap disepenjuru rumah mengikuti kalian dan bisa tiba-tiba saja berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Hal tersebut menghadirkan suatu mekanisme gameplay khusus dimana seorang karakter dapat menempelkan telinganya ke pintu dan mendengar apa yang ada dibalik pintu sebelum membukanya. Karena keberadaan monster yang sangat random ini, bisa saja ia menunggu dibalik pintu yang kalian akan masuki. Misalnya suara tangis perempuan padahal dirumah itu tidak ada tanda-tanda kehidupan sehingga menghadirkan rasa ngeri luar biasa. Semisalnya kalian mendengar suara tersebut, lebih baik mundur dan pergi menghindari pintu tersebut.
Ada saat dimana monster kegelapan ini tidak hanya berdiam di balik pintu untuk kita dengarkan, ia bisa saja langsung mendobrak masuk. Kalau sudah seperti itu, satu-satunya cara adalah menahan pintu tersebut agar sang kegelapan ini tidak bisa masuk atau nyawa menjadi taruhannya.
Hanya dengan bermodalkan sebuah alat penerangan yang tidak berarti apa-apa selain hanya untuk menerangi, kalian tidak akan bisa melawan makhluk ini. Layaknya game survival horror lawas yang menganugerahi title game horror terseram, Amnesia: The Dark Descent, Song of Horror menitik beratkan pada kelemahan manusia terhadap makhluk supranatural yang tidak bisa apa-apa selain kabur atau bersembunyi. Perlu diingat bahwa alat penerangan tersebut tidak terbatas jadi gunakanlah semaksimal mungkin.
Yang lebih parah lagi, walaupun kalian berdiam disuatu tempat dengan waktu yang lamapun monster ini tetap saja akan muncul secara tiba-tiba. Mekanisme horror dengan tanpa adanya sekuens yang diurutkan akan membuat kalian benar-benar merasakan ketakutan yang sesungguhnya karena kalian tidak bisa menebak kapan datangnya sang kegelapan ini. Lalu apa yang terjadi ketika kegelapan datang? Antara kabur atau bersembunyi mungkin pilihan yang sangat bijak untuk game survival horror lainnya, sayangnya tidak untuk yang satu ini. Kedua opsi ini akan menjadi opsi gabungan yang harus kalian pilih.
Ketika sang kegelapan datang menghampiri, segera lari ke tempat persembunyian terdekat yang sebelumnya sudah kalian temukan seperti lemari pakaian atau meja makan. Opsi ini adalah satu-satunya pilihan yang kalian miliki jadi lakukanlah. Dan jangan senang dulu walaupun kalian berhasil bersembunyi, kegelapan tetap akan menghantui kalian.
Kalian harus menyamakan irama detak jantung karakter kalian dan menekannya untuk dapat meredakan rasa ketakutan si karakter ini. Alih-alih memanfaatkan kesunyian, detak jantung si karakter ini harus kalian tahan agar tidak terdengar oleh si kegelapan ini.
Satu hal yang menjadi mimpi buruk di game ini adalah kematian karaktermu bersifat permanen. Ya, permanen dengan artian kalau karakter kalian tertelan oleh kegelapan maka karakter yang termakan tidak akan bisa digunakan.
Kematian mengurangi kesempatanmu menyelesaikan game ini. Pasalnya, kalau semua karakter telah lenyap, kalian tidak akan bisa melanjutkan cerita alias mengulangi episode dari awal. Jadi berhati-hatilah.
Bernostalgia Dengan Gameplay Horror Klasik
Song of Horror mengusung mode Third Person dengan sistem kamera tetap namun sinematik. Sistem seperti ini merujuk ke game-game lawas yang sempat hits dijamannya, seperti Silent Hill dan Resident Evil series. Meskipun sudah menggunakan mekanisme modern dan inovatif, sang developer berhasil menciptakan suasana yang dapat dirasakan ketika bermain game-game lawas.
Walaupun efek nostalgia yang didapat benar-benar kental, pergerakkan karakter dalam game ini terkesan sangat kaku layaknya game-game lawas terdahulu. Terlebih lagi saat pergantian skema kamera, kalian harus mengubah pencetan arah karaktermu untuk menyesuaikan kamera yang ada. Hal ini sangat berdampak besar bila si monster kegelapan ini tiba-tiba saja datang menyerang, kalau kalian panikan ya siap-siap saja karakter kalian akan nyangkut-nyangkut. Apalagi kalau turun atau naik tangga, memutar karakternya membutuhkan waktu yang lama.
Misteri Dengan Puzzle Sangat Rumit
Misteri atas hilangnya Husher mengundang banyak pertanyaan dari banyak orang. Karena jejak yang ditinggal sangatlah minim untuk dapat mengetahui kemana Husher pergi. Teka-teki yang ada cukup membingungkan karena ada beberapa teka-teki yang membutuhkan gabungan antara item-item tertentu. Seperti menyalakan api unggu, untuk menyalakannya membutuhkan kayu bakar, korek api, dan minyak yang mudah terbakar. Yang paling membingungkan adalah butuhnya akses beberapa tempat yang juga membutuhkan item lain untuk membukanya. Jadi, sistem Backtracking benar-benar terasa dalam game ini yang akan sangat memakan waktu dan tenaga yang ada.
Item-item yang dikumpulkan nantinya akan tersimpan dalam inventory dengan jumlah item yang tidak terbatas. Jadi kalian dapat menyimpan item sebanyak-banyaknya, ya kalau kalian memang benar-benar mengumpulkannya terlebih dahulu tanpa menggunakannya sama sekali.
Teka-teki disini membutuhkan ketelitian yang tinggi dan juga kemampuan analisa yang lumayan menguras otak. Setiap info yang ada harus kalian catat karena nantinya semua hal ini ada yang berkaitan dan ada yang tidak. Tidak mungkinkan kalau kalian mau kembali ke tempat awal hanya karena ada yang tertinggal? Bahkan sebuah clue akan tersimpan dalam dokumen-dokumen yang bisa kalian putar saat membukanya.
Sebenarnya tidak semua hal harus kalian perhatikan. Lebih baik mencari teka-tekinya terlebih dahulu sehingga mudah saat mencari clue. Seperti menemukan pintu yang terkunci terlebih dahulu baru mencari kuncinya. Sayangnya, kekurangan sistem teka-teki ini akan terasa ketika kalian merasa bahwa semuanya terhubung secara linear.
Kalau semua clue sudah terhubung dan kalian bisa memecahkannya, voila! Sebuah kawasan baru atau benda yang tersembunyi dapat dengan mudah kalian raih.
Untungnya ada fitur map yang menyoroti semua teka-teki yang ditemukan sehingga kalian tidak harus ambil pusing dalam menghafal letak semua teka-teki yang ada.
Atmosfir Mencekam Nan Indah
Kalau berbicara tentang kualitas audio yang diberikan, memang Protocol Games terasa seperti menitik beratkan elemen horrornya kedalam musik background yang mencekam di game buatannya. Suara jeritan, langkah jejak kaki, musik yang entah datang darimana, tangisan perempuan, dan suara seperti monster yang merayap seantero rumah dipadu menjadi suatu kesatuan.
Ketika suara aneh tersebut semakin mengganggu, karakter yang kalian mainkan akan terkejut dan menjadi takut. Ketakutan ini bisa di tebak dengan mendengarkan detak jantung mereka yang benar-benar kencang.
Dibalik itu semua, Song of Horror menyuguhkan kualitas visual yang sangat memanjakan mata dengan kamera sinematiknya. Efek lighting yang menghidupkan suasana dalam game ini juga membentuk pengalaman bermain yang sangat mencekam akan kengeriannya.
Detail disetiap instrument lingkungan yang benar-benar sangat realistis sehingga membuat semua ini terasa sangat nyata. Hanya saja, ekspresi dari setiap karakter dirasa sangat kurang saat bereaksi dengan momen-momen mengagetkan tertentu. Kekakuan gerak-gerik dan ekspresi menjadikan karakter-karakter yang dimainkan terlihat seperti tidak takut apa-apa.
Terlepas dari itu semua, kualitas visual yang disuguhkan sudah sangat menyegarkan mata. Kualitas yang hampir setara dengan game AAA ini sudah sangat pas dalam penyajian gambar era tahun 98. Kalau ingin lebih merasakan gambaran era tahun 98 ini, kalian dapat mengaktifkan fitur Film grain filter. Fitur ini akan mengubah kualitas gambar menjadi terlihat kasar layaknya gambar yang diambil dari kamera analog.
Kesimpulan
Dari semua aspek yang disuguhkan dalam sebuah game survival horror ini yang mendasarkan atas cerita-cerita dari penulis horror legenda yang ada, Protocol Games menciptakan suatu karya yang memang terlihat ‘berbeda’ diantara game horror saat ini. Tingkat visual dan audio yang juga tidak bisa dianggap remeh karena sudah terlihat seperti game AAA dengan audio yang dalam disetiap momennya. Namun, movement dari setiap karakter masih harus dibenahi karena akan membuat rasa horror yang ada menjadi kurang. Satu point lebih dalam game ini adalah cara unik si karakter menghidari si kegelapan ini. Menahan detak jantung si karakter dengan menekan tombol senada dengan detak jantung yang bertujuan untuk menghadirkan kesunyian. Kesunyian yang ada dapat membuat si kegelapan ini pergi.
Terlepas dari itu semua, Song of Horror menjadi salah satu game yang wajib kalian mainkan bila horror dan sastra adalah point of interest kalian. Cerita yang dikembangkan cukup menarik untuk mengundang rasa penasaran dan ketakutan yang dijanjikan juga sepadan dengan suasana cerita yang ada. Sebagai game yang satu-satunya baru dibuat oleh studio Indie ini, Protocol Games, Song of Horror memiliki kualitas yang sangat bagus sekali jauh diatas nilai harapan yang ada.