Frogwares memang bukanlah nama developer yang sebanding dengan CD Projekt, Ubisoft, Quantic Dreams, Santa Monica dan sebagainya. Meski begitu, developer asal Ukraina ini punya satu ciri khas khusus yang seolah selalu memotivasi mereka untuk tetap loyal dalam berkarya, yakni “logika”. Hampir semua game yang mereka olah selalu mengharuskanmu untuk berlogika demi merasakan bentuk keimersifan yang sudah mereka bangun.
Biasa dikenal berjasa dalam membuat sejumlah versi video game dari si detektif fiktif terkenal bikinan Sir Arthur Conan Doyle, yakni Sherlock Holmes, Frogwares di tahun 2019 ini nampak ingin menginovasikan suatu hal baru. Mereka telah merilis satu game benada open world yang masih memiliki konsep detektif di dalamnya, namun betul-betul ingin dipadukan dengan genre horror yang super gelap. Tidak main-main, mereka bahkan langsung mengambil tema horror Lovecraftian yang dikenal ultra misterius dan cukup begitu sulit untuk digapai oleh akal sehat manusia. Game tersebut berjudul The Sinking City.
Memadukan unsur Lovecraftian dan “Detektif” memang nampak seolah menjadi sebuah bentuk sinergi yang amat berani. Seakan menjadi tantangan yang ingin coba Frogwares tunjukan pada game ini, Kira-kira akan seperti apa hasil eksperimen yang ingin coba mereka implementasikan dalam The Sinking City ? Apakah betul-betul mampu menjawab ekpektasi para gamer tentang model game-game open world yang selama ini mereka diidamkan ? Semuanya bisa kalian simak melalui penjelasan review kami berikut.
Daftar isi
Game tentang apa sih ini ?
Game ini memiliki penggambaran setting yang menarik. Bertempatkan langsung di sebuah kota fiktif terpencil di wilayah Amerika bernama Oakmont pada sekitaran era 1920-an, kota tersebut diceritakan telah menyimpan banyak sejarah serta budaya yang tergolong ekstrim bagi para warganya. Beragam praktik-praktik okultisme hingga ilmu kedukunan adalah hal yang paling biasa diakrabi. Lewat hal itu, para masyarakat Oakmont juga dikenal cenderung tertutup dan punya suatu dialek khusus guna membedakan status mereka dengan para warga pendatang.
Peristiwa banjir besar yang dulu sempat menimpa kota Oakmont menariknya telah menjadi satu kunci premis di dalam The Sinking City. Banyak yang percaya bila banjir tersebut bukanlah sebuah peristiwa bencana alam biasa. Ada kuasa supernatural yang nampak ingin menjangkiti kota itu setelah melihat mayoritas warga di sana mengalami gejala histeria (kesurupan) yang amat misterius.
Kamu sendiri akan berperan sebagai Charles Reed, mantan marinir US yang kini beralih profesi sebagai seorang investigator privat atau detektif. Dari tempat tinggalnya di Boston, ia tiba ke Oakmont untuk mencari tahu apa yang menyebabkan dirinya selalu mendapat penglihatan ataupun mimpi buruk yang sama sekali tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat. Di samping itu, Charles juga menyanggupi permintaan untuk menyelidiki peristiwa kesurupan yang kerap melanda kota Oakmont dari salah satu pria misterius bernama Johannes Van Der Berg.
Mengenal Oakmont: kota dengan banyak derita dan kesemuan
Oakmont adalah area utama yang akan selalu kamu jelajahi di game ini. Nampak seperti kota-kota pada umumnya yang memiliki beragam distrik-distrik aktivitas perekonomian yang lengkap dan luas, Oakmont menghadirkan suatu pemandangan yang terkesan apocalyptic untuk disebut sebagai sebuah wilayah yang ditinggali. Karena kamu akan melihat banyak sekali puing-puing bangunan yang rusak dan tenggelam di sana. Meski begitu, para warga Oakmont nampak masih tetap terkesan betah untuk tinggal serta melalang lintang di jalanan.
Di awal saya menjelajahi kota Oakmont, apa yang Frogwares sajikan nampak terlihat begitu imersif. Cukup banyak variasi para NPC beserta dengan interaksi yang biasa mereka lakukan satu sama lain. Akan tetapi, sayangnya tidak banyak timbal balik yang bisa kamu lakukan terhadap mereka. Misal, ketika melihat ada NPC yang dipukuli ataupun ditodong pistol oleh para NPC lain, kamu sebenarnya sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Membunuh sang pemalak sama sekali tidak akan memberimu suatu pamrih. Justru sebaliknya, kamu malah bisa diserang kembali oleh mereka, bahkan oleh pihak aparat polisi di sekitar.
Sehingga dari hal itu, kesan open world yang dibawakan oleh The Sinking City sebenarnya cukup menjanjikan. Namun sayang, hasilnya malah terkesan semu. Belum ditambah dengan adanya bug yang terkadang dapat menyebabkan para NPC bisa muncul dan hilang secara tiba-tiba, hingga berjalan ke tempat yang tidak semestinya.
Si protagonis punya kemampuan yang istimewa, tapi karakterisasinya tidak
Semenjak mendapat penglihatan aneh, di saat yang bersamaan Charles juga dianugerahi suatu kemampuan yang mirip seperti indera keenam. Charles sendiri dapat melihat sebuah rekaman kejadian yang sebelumnya sempat terjadi dan hal ini dikenal sangat begitu membantu dirinya dalam memecahkan suatu misteri kasus. Walaupun begitu, sayangnya hal itu malah sangat antiklimaks sekali dengan hasil pembawaan karakter Charles di sepanjang game.
Dalam segala situasi, ia selalu berbicara dengan nada yang sangatlah datar dan tanpa energi dibandingkan dengan para NPC penting yang Charles jumpai. Bahkan yang lebih hebatnya lagi, sang protagonis di game Fallout 4 saja masih jauh lebih kelihatan berkarakter ketimbang si Charles.
Pengalaman investigasi yang seru
Karena Charles Reed adalah seorang detektif, di game ini kamu akan biasa mencari beragam petunjuk hingga bukti demi melanjutkan progress cerita beserta dengan kesimpulannya. Kebanyakan memang hanya selalu berpusat dalam suatu investigasi di dalam rumah atau gedung walau sebagian ada pula yang dilakukan secara outdoor. Jika kamu sempat memainkan game Sherlock Holmes, banyak aspek dari game lama Frogwares yang nampak dijiplakkan langsung ke dalam game ini.
Bingung harus ke mana ? Pikirkanlah di dalam casebookmu
Meski merupakan game open world, The Sinking City sama sekali tak memiliki sedikitpun panah atau simbol objektif yang dapat langsung menentukan dirimu harus pergi ke mana dan berbicara kepada siapa ? Lewat bukti dan informasi yang tersimpan di dalam bagan casebook, kamu harus bisa mendeduksi sendiri lokasi yang harus kamu tuju. Informasi yang merujuk kepada tempat biasanya akan selalu muncul dalam satu kisi-kisi alamat jalan yang perlu kamu cari sendiri di penjuru map.
Jika sama sekali tak disertakan satu pun detil tentang petunjuk lokasi, kamu pun terkadang juga diharuskan untuk pergi ke tempat-tempat umum seperti kantor polisi, kantor harian surat kabar, rumah sakit, perpustakaan, hingga kantor administrasi Oakmont (city hall) guna mencocokkan bukti yang kamu terima dengan beragam keyword archive yang disediakan.
Misal, jika informasi bukti yang didapat berhubungan dengan catatan aksi tindakan kriminal, maka kamu perlu mencocokkan informasinya dengan 3 keyword yang sesuai di archive kantor polisi demi mendapat satu petunjuk lokasi. Demikian pula ketika kamu mendapat informasi tentang karakteristik korban luka-luka yang baru saja mendapat perawatan intensif. Karena kamu pastinya perlu mengecek informasi archive di rumah sakit. Untuk ukuran game open world, konsep seperti ini betul-betul diimplementasikan dengan sangat baik dalam The Sinking City.
Game ini seolah ingin melatih kemampuan bernalarmu terhadap suatu hal. Dan bagi saya, ini sangatlah bagus sekali.
Masuk TKP, wajib perhatikan segala penjuru
Sesampainya kamu di TKP, kamu akan biasa mencari berbagai petunjuk hingga bukti di setiap sudut-sudut area yang ada. Meski dapat terkesan repetitif karena minimnya variasi interior level di dalam gedung atau rumah, hasil investigasimu di sana beserta dengan metode pemecahan masalah yang akan kamu lakukan sejatinya cukup menarik.
Ingatkah kamu bahwa Charles punya kemampuan untuk melihat langsung kejadian yang sempat terjadi sebelumnya ? Kamu akan selalu memanfaatkan itu ketika layar pojok gamemu seperti mendapatkan satu efek gelombang yang melingkar. Mirip seperti kekuatan “mata batin”, kamu dapat memanfaatkan ability tersebut baik di saat meneliti suatu objek, ataupun mencari jejak, item, hingga membuka suatu tempat rahasia.
Bila kamu sudah berhasil menemukan rangkaian bukti-bukti informasi yang cukup untuk mendukung progres investigasimu, terkadang ada satu sesi dimana kamu harus mereka ulang suatu kejadian yang sempat terjadi di TKP dengan mengurutkan deretan spot-spot kejadiannya secara supernatural (mirip ala game Batman arkham). Hal ini sangat penting sekali untuk dilakukan agar kamu bisa lebih memahami laatr belakang kasus dan informasi yang didapat.
Mind Palace – panduan yang tak kalah penting dalam memecahkan kasus
Bila membahas tentang hal yang dapat membantumu ketika sedang buntu, ada satu fitur menarik yang bernama “Mind Palace”. Penjelasannya begini, bukti informasi yang kamu dapat tidak hanya akan selalu muncul di dalam casebook. Ada sebuah penggalan informasi yang nantinya dapat dicocokkan dengan penggalan informasi lain demi menciptakan satu deduksi baru. Deduksi baru ini uniknya dapat terwujud pula ke dalam satu bukti casebook yang harus kamu kerjakan.
Yang paling menarik, fitur Mind Palace juga punya peranan yang krusial dalam setiap akhir penyelesaian kasus. Setiap kasus yang kamu kerjakan di dalam The Sinking City selalu punya format yang sangat begitu non-linear. Kenon-linearan tersebut muncul dari satu bentuk interpretasi ganda yang sering kamu temui di dalam Mind Palace. Meski begitu, fitur ini tetap hanya lebih berperan sebagai alat panduan dalam memahami kasus. karena praktek penyelesaiannya sendiri masih harus kamu lakukan langsung di dalam gameplay.
Combatnya bisa bikin tegang sekaligus “frustasi”
Semenjak bencana banjir menerjang Oakmont, Para warga di sana tak jarang juga sering menjumpai keberadaan sosok mahluk monster yang menyeramkan. Harus diakui, saya tidak terlalu piawai dalam memainkan game horror. Apalagi ketika harus dihadapkan dengan bermacam kekagetan terhadap mahluk-mahluk berwujud abstrak yang bisa tiba-tiba muncul di TKP. Biasa punya beragam varian dari yang paling lemah hingga yang sangat amat “bullet sponge” (yang paling kuat), mahluk bernama Wylebeast ini adalah musuh utama yang akan selalu kamu hadapi di sepanjang game.
Sayangnya, aspek combat di dalam game ini kurang begitu dipoles dengan maksimal. Meski para Wylebeast di sini bisa memberi suatu efek kejut yang luar biasa lewat kemunculannya yang tidak diduga-duga beserta dengan suaranya yang amat menganggu perasaan, aksi yang biasa Charles lakukan dalam melawan mereka sangat begitu kaku dan menyulitkan buatmu. Terutama ketika kamu sedang dikeroyok oleh para Wylebeast yang beranekaragam.
Kebetulan, saya juga mengamati bila frekuensi kemunculan para Wylebeast di setiap area atau spot selalu dibuat random. Terkadang mereka dapat muncul dalam variasi dan jumlah yang masih bisa diatasi dan begitu juga sebaliknya.
Bonus:
Keterbatasan resources yang tidak kejam
Karena lebih ingin diasosiasikan sebagai game survival horror, tentu Frogwares juga sengaja menyiapkan suatu skenario yang membuat seolah resource peluru ataupun medkitmu akan selalu terbatas. Meskipun begitu, sistem keterbatasan yang mereka terapkan ini tidaklah terlalu kejam untuk ukuran game open world.
Alasannya adalah karena kamu bisa melakukan crafting di sini. Selain itu, spot loot yang ada dalam dunia The Sinking City juga selalu bisa respawn dari waktu ke waktu. Bahkan di saat sekalipun kamu sudah mengambil loot di tempat yang 100% steril dari keberadaan Wylebeast, seperti safe house, rumah sakit, dan lain-lain.
Akan tetapi, Frogwares juga menawarkan pilihan untuk mencari loot bagus yang tidak kalah menantang lewat kehadiran Infested Area atau satu area yang dihuni oleh banyak Wylebeast di dalamnya. Meski terkesan opsional, ada beberapa quest yang mengharuskanmu untuk mengunjungi tempat ini. Jika kamu cukup sayang dengan resourcemu, saya sangat menyarankan agar kalian tidak meladeni para Wylebeast yang biasa muncul di sana.
Punya Skill Tree yang bisa bantumu jadi overpowered ?
Tips untuk lebih mudah menangani para varian Wylebeast yang kuat selain dengan cerdas dalam menghemat resources adalah dengan memanfaatkan penggunaan skill tree. Hampir keseluruhan Skill Tree yang disediakan game ini lebih hanya difungsikan agar kamu bisa lebih “git gut” dan selalu tidak miskin persediaan dalam menghadapi para Wylebeast. Mirip seperti konsep game-game RPG barat namun dalam versi yang lebih simpel, kamu bisa mendapat exp yang bilamana mencukupi ke batas tertentu, akan langsung terconvert secara otomotis ke dalam satu currency yang dinamai Knowledge point.
Knowledge Point inilah yang nantinya akan langsung kamu gunakan untuk mengalokasikan skill tree-mu. Sementara hasil poin expnya sendiri bisa kamu peroleh dari membunuh setiap Wylebeast maupun menyelesaikan misi quest dan sesi investigasi TKP. Dari pengalaman yang sudah saya rasakan, saya mulai merasa terbantu dalam mengalahkan para musuh hanya dengan memaksimalkan skill melee. Walaupun begitu, Jangan lupakan bahwa mengupgrade damage dari senjata apimu beserta dengan kapasitas pelurunya juga adalah hal yang tidak kalah penting.
Bar kewarasan: Mekanisme yang cukup ikonik di game ini
Selain karaktermu bisa mati karena kehabisan health, karaktermu juga bisa menjadi gila dan delusional. Lewat keberadaan bar biru di samping bar health yang bisa naik dan turun secara otgomatis, kondisi kestabilan Charles akan selalu bergantung kepada bar tersebut. Bar ini biasa turun ketika kamu kesulitan dalam menghadapi musuh dan juga ketika kamu sedang menginvestigasi sesuatu dengan menggunakan ilmu “mata batin” (Mind’s Eye).
Efeknya pun cukup menarik. Di layar game, kamu akan menjumpai hasil-hasil efek halusinasi yang lumayan beragam jika barnya berada di dalam tingkat yang rendah, entah itu tentang penampakan seorang dokter misterius, Charles yang gantung diri, hingga ke halusinasi tentang Wylebeast. Berbicara tentang halusinasi Wylebeast, terkadang rasa takut dan kegilaan bisa secara langsung memanifestasikan wujud Wylebeast yang bisa menyerang sekaligus melukai karaktermu.
Punya Side (case) quest yang sebagian repetitif, dan sebagian lagi sangat memorable
Seperti game-game open world pada umumnya, mengerjakan side quest atau side case juga adalah hal yang kadang perlu kamu coba di game ini. Harus diakui, hampir 50% lebih porsinya memang tergolong repetitif. Karena modusnya kamu hanya diberi instruksi untuk pergi ke banyak lokasi untuk mengerjakan atau mengoleksi sesuatu.
Meski begitu, ada sebagian side quest yang betul-betul punya narasi gameplay yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan main questnya. Bila saya boleh memberi sedikit kisi-kisi, kamu bisa melawan suatu boss yang menurut saya keren hingga bertemu dengan NPC yang tidak akan pernah kamu duga sebelumnya.
Kesimpulan
Secara pribadi, saya cukup menyayangkan aspek teknis, karakterisasi Charles beserta dengan kualitas open world The sinking City yang nampak masih jauh dari sempurna. Tapi di sisi lain, saya cukup begitu puas dalam menikmati pembawaan cerita beserta dengan pengalaman saya dalam menjadi detektif supernatural di game ini. Mereka cukup begitu berhasil dalam mengembangkan satu konsep gameplay baru yang dapat secara langsung melatih ketangkasan berpikir para pemain.
Game ini cukup saya rekomendasikan bagi kamu yang punya obsesi besar dalam mempelajari konsep game-game detektif, ataujika kebetulan kamu memang merupakan penggemar game-game horor bertemakan lovecraftian (semacam game ala Cthulhu). Untuk faktor harga, saya lebih merekomendasikan agar kamu membeli game ini ketika sedang diskon di platform konsol. Karena kualitas teknisnya sendiri masih terkesan agak terlalu berat untuk dikompatibelkan dengan harga penuh (sekitar Rp 600k).
Sedangkan untuk kalian para gamer-gamer PC, harga sekitar Rp 350k lebih di Epic Games Store sebenarnya merupakan harga yang cukup fair untuk The Sinking City. Namun, jika atas dasar motif tertentu kalian memang sama sekali tidak mau untuk membeli game ini di san, saya rasa menunggu The Sinking City untuk rilis di platform Steam pada tahun depan bukanlah suatu pilihan yang buruk. Potensi harga yang lebih kompetitif beserta dengan teknis game yang sudah diperbaiki melalui patch bisa membuat pengalamanmu memainkan game ini jadi lebih menjanjikan.