Anticheat dari Valorant sempat menuai kontroversi tahun lalu karena sistem kernel yang diimplementasi, membuat program anti-cheat menyala dari awal PC aktif dan beroperasi di background bahkan di saat kamu tak bermain. Namun tampaknya metode tersebut terbukti ampuh.
Analis senior dari Riot Games Matt “K3o” Paoletti mengabarkan lewat blog post di situs resmi apabila tingkat laporan cheater telah mencapai angka terendah saat ini. Dengan memadukan sistem deteksi berbasis hardware dan juga machine-learning AI, jumlah cheater sudah sangat rendah di game FPS kompetitif tersebut, namun tak berarti mereka sudah sepenuhnya musnah.
Meskipun cheater akan tetap selalu ada meski dengan cara apapun yang mereka lakukan, setidaknya jumlah yang ditemukan tidak tinggi dan tidak membuat komunitas game tersebut terganggu akan pengalaman bermainnya. Alhasil membuat Valorant menjadi game kompetitif yang sukses dalam jangka waktu panjang.
Oleh karena itu, Riot Games akan terus memperbarui anti-cheat Vanguard dan dengan bantuan Windows 11 mendatang yang haruskan TPM 2.0, Riot Games berpendapat bahwa mereka nantinya dapat mendeteksi cheater dengan lebih baik lagi.
Sementara itu, mereka tahu akan keberadaan pemain yang gunakan jasa cheater untuk boosting rank. Si cheater tentunya akan terkena banned dari game, namun yang di-boosting biasanya dapat melarikan diri setelah jasa si cheater usai. Mereka nantinya akan menambahkan tindakan otomatis untuk melawan akun hasil boosting tersebut.
Baca pula informasi lainnya beserta dengan kabar-kabar menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Muhammad Maulana.
For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com