Riset: Gamer Cina Dahulukan Game Kompetitif, Gamer Amrik Lebih Senangi Cerita dan Eksplorasi

chinese internet users in internet cafe2

Industri game di negara Cina menjadi salah satu yang terbesar saat ini, namun negara tersebut miliki budaya dan selera game yang berbeda dibandingkan negara-negara barat ataupun Jepang. Ketika negara luar begitu fokus akan console gaming, Cina lebih didominasi oleh game online kompetitif serta mobile gaming. Perbedaan selera game ini tentunya menghasilkan tipe pemain dan motivasi yang berbeda. Hal ini dibuktikan oleh hasil riset dari Quantic Foundry dan Niko Partners.

Dilansir dari Gamasutra, kedua organisasi ini membangun riset Gamer Motivation Model untuk melihat seberapa beda motivasi bermain dari gamer Cina dan Amerika Serikat saat mainkan video game favorit mereka. Quantic Foundry berhasil mendata 350 ribu gamer dari seluruh dunia yang mayoritas datang dari Amerika dan Eropa barat, sedangkan Niko Partners telah mendata 2000 gamer di Cina dari 40 kota yang dimana gamer yang disurvei ini ialah gamer yang memang ketagihan akan bermain game.

Dari hasil survei ini, kedua organisasi mengambil kesimpulan apabila mayoritas gamer Cina lebih menyenangi kompetisi. Mode game seperti duel, pertandingan arena, dan sistem ranking. Lebih dari 75% gamer yang disurvei menyenangi elemen kompetitif dari game yang mereka mainkan sedangkan kurang dari 50% gamer Amerika Serikat mempedulikan elemen kompetitif tersebut.

Credits: Quantic Foundry

Dari survei ini juga gamer Cina diperlihatkan lebih completionist dalam arti mereka sangat tertarik akan mendapatkan bintang, achievement, trophy serta menyelesaikan tiap quest dan loot yang game tawarkan. Dibalik ketertarikan akan elemen kompetitif dan completionist ini, mereka tidak terlalu mempedulikan 4 motivasi terakhir yang ada di tabel diatas yaitu fantasi, cerita, discovery, dan desain. Keempat motivasi tersebut lebih dikuasai oleh gamer Amerika Serikat yang berarti gamer disana lebih menyenangi game dengan dunia game yang imersif (fantasy), berinteraksi dengan NPC dan berperan dalam cerita (story), eksplorasi dan eksperimentasi (discovery), serta membangun karakter mereka sesuai yang mereka inginkan (desain).

Rasa kompetitif dan completionist dari gamer Cina dapat kita lihat sendiri dari game-game populer yang ada di negara tersebut mulai dari Playerunknown’s Battlegrounds, League of Legends, Dota 2, dan game kompetitif lainnya. Game-game tersebut mungkin juga populer di negara barat, namun game seperti Red Dead Redemption 2, The Witcher 3, dan game fokus cerita lainnya memang lebih populer di negara barat dibandingkan di Cina.

Riset ini juga membahas beberapa hal lain seperti perbedaan selera berdasarkan faktor gender dan faktor umur dari masing-masing gamer. Dari hasil survei, perbedaan gender tidak terlalu berpengaruh banyak pada selera game mereka dibandingkan dengan gamer yang ada di Amerika Serikat.

Sedangkan untuk faktor umur, hasil survei perlihatkan apabila gamer Amerika Serikat kehilangan ketertarikan mereka akan game kompetitif dengan terus bertambahnya usia. Sedangkan untuk gamer di Cina sendiri, faktor usia tidak terlalu menghalangi nafsu kompetitif mereka saat bermain video game. Tetap ada pengurangan menurut hasil survei, tetapi persentase tidak sebesar yang didapatkan dari hasil

Credits: Quantic Foundry
Credits: Quantic Foundry
Credits: Quantic Foundry

Perbedaan selera ini membuat desain game di Cina dan negara-negara barat terlihat jelas perbedaannya. Gamer barat biasanya akan ribut ketika game miliki cerita yang buruk, dunia game yang membosankan, dan produksi yang pas-pasan. Namun karena gamer Cina tidak terlalu memperhatikan hal-hal tersebut, developer disana dapat lebih fokus pada aspek yang memang disenangi audiens mereka.

Exit mobile version