Video game hingga saat ini masih menjadi salah satu hal yang menarik untuk dibahas baik dari perkembangannya itu sendiri hingga bagaimana kultur atau budaya yang tengah berkembang ini mempengaruhi kehidupan setiap pemainnya. Seperti yang kita ketahui video game memberikan berbagai dampak bagi pemainnya baik itu positif maupun negatif. Bahkan baru-baru ini sebuah penelitian dari salah satu lembaga atau organisasi non profit mengungkapkan bahwa 74 persen orang dewasa yang bermain “game online” telah mengalami beberapa bentuk pelecehan.
Dikutip dari laman Kotaku, laporan yang baru saja diterbitkan kemarin (25 Juli 2019) menyebutkan bahwa organisasi bernama Anti-Defamation League yang bergerak di bidang sipil dan berfokus terhadap “anti-pencemaran nama baik” ini secara mengejutkan mengungkapkan beberapa pelecehan yang biasa diterima oleh orang dewasa saat bermain game online. Diantaranya adalah seperti, trolling, ancaman, diskriminasi hingga sekedar memanggil dengan nama kasar saat bermain game online. Laporan tersebut berdasarkan sebuah survey yang dilakukan terhadap lebih dari 1000 orang yang bermain game, pihak ADL sendiri juga memeriksa moderasi atau peninjauan terhadap tindakan-tindakan menyimpang tersebut dari penerbit game dan menemukan apa yang seharusnya mereka inginkan.
Daniel Kelley selaku Direktur ADL pusat untuk bidang Teknologi dan Sosial mengungkapkan kepada Kotaku bahwa :
“dalam skala besar game secara komersial memiliki aspek tersebut dan platform mereka secara keseluruhan tidak memiliki tempat yang tidak dimoderasi atau dalam hal ini tidak ada yang meninjau atau bahkan mengawasi tindakan-tindakan negatif tersebut”.
“Kami tahu dari sebuah tempat seperti 4chan atau 8 chan yang tidak memiliki tempat yang termoderasi sehingga menjadi toxic“.
Lalu se-toxic apa tindakan mereka ? angka yang berasal dari penelitian pada bulan April tahun ini sangat membingungkan. 65 persen diantaranya pemain yang disurvey mengalami “pelecehan berat” mencakup ancaman fisik, penguntit dan pelecehan berkelanjutan saat bermain game online. 29 persen mengatakan bahwa di sisi lain, mereka mengalami “doxed” dalam hal ini sebagai akibat bermain game, dimana penelitian tersebut mendefinisikan sebagai orang asing yang menyebar luaskan informasi pribadi tentang mereka. Dan masih ada dampak pelecehan lainnya dalam penelitian tersebut.
Dalam penlitian ini, ADL juga mengungkapkan deretan judul game yang erat kaitannya dengan situasi yang menimbulkan berbagai macam bentuk pelecehan. Beberapa game populer seperti Dota 2, Counter Strike: Global Offensive, Overwatch, PUBG dan juga League of Legends. Namun ada fakta yang menyebutkan bahwa pemain papan atas atau pro player mengatakan bahwa beberapa orang berhenti bermain Dota 2 karena tidak ingin berurusan dengan orang-orang atau bahkan komunitas pemain yang cukup kasar dan keras didalamnya.
Benar sekali, Dota 2 memang memiliki komunitas pemain yang cukup keras. Sangat tidak bersahabat untuk pemain-pemain baru sekalipun. Jika berbuat kesalahan sedikit saja maka akan panjang urusannya.
Terlepas dari itu semua, 80 persen dari pemain lainnya menyebutkan dalam sisi mereka mendapatkan pengalaman yang positif saat melakukan interaksi sosial di dalam game. Seperti beberapa judul berikut, World of Warcraft, Minecraft dan NBA 2K dimana mereka benar-benar mendapatkan pengalaman yang menyenangkan saat bermain game tersebut. Sementara 37 persen lainnya menyebutkan game besutan Riot yaitu League of Legends.
Dari sekian banyak dampak negatif yang bisa kita temui seperti dalam hal ini pelecehan, ADL sendiri memberi himbauan terhadap lembaga rating software Amerika yaitu ESRB untuk memberikan rating terhadap game-game yang rilis di negaranya tersebut disertai dengan unsur-unsur apa yang terkandung dalam game tersebut, baik kekerasan atau mengandung konten berbau dewasa.
Sementara dalam sudut pandang sebagai pihak yang melakukan atau mengalami tindakan-tindakan tersebut tentunya kita harus bersikap dewasa saat bermain game baik online maupun offline. Toxic memang tidak bisa kita hindari, tinggal bagaiman akita menyikapinya dengan lebih dewasa. Salah satunya seperti berusaha tidak menyakiti perasaan orang lain saat bermain game bersama-sama melalui perkataan-perkataan yang membangun dan mendukung sehingga komunikasi terjalin lebih baik lagi atau bahkan kita bisa memenangkan pertandingan game tersebut.
Sumber: Kotaku
Mau baca artikel seputar game online hingga informasi menarik lainnya segera kunjungi tulisan dari Happy