Golden Era JRPG, Final Fantasy VII dan Suikoden
Pantang rasanya tidak membahas game RPG yang berasal dari Jepang di era keemasan 90an. Nama besar seperti Chrono Trigger, Xenogears, dan Final Fantasy menjadi judul yang tidak boleh dilewatkan gamer disaat itu.
Istilah JRPG merupakan sebuah makna yang diberikan untuk game RPG berasal dari Jepang, maka huruf J yang dimaksud berartikan ‘Japanese’ Role Playing Games. Dikarenakan kiblat game JRPG adalah Wizardry, maka istilah JRPG diawal terbentuknya identik dengan game turn-based yang dimainkan lewat menu. Walau tidak sedikit juga judul yang beranjak dari tipe turn-based, contohnya The Legend of Zelda.
Jepang menjadi pangsa yang masif untuk game RPG dan hampir semua developer berlomba-lomba untuk menciptakan game RPG menurut mereka. Dari semua judul diatas, Final Fantasy VII merupakan obrolan hangat untuk pengguna konsol, setelah selama ini genre RPG hanya banyak dikenal oleh PC gamer.
RPG menjadi sebuah genre yang dikenal secara mainstream lewat konsol PS1 besutan Sony. Ditambah dengan seri FF ini menjadi pertama kalinya Final Fantasy mendapatkan grafis full 3D polygon setelah beralih dari full pixel game dari seri pertama.
Tidak hanya FF7 yang berhasil menarik perhatian gamer, Suikoden yang dibuat oleh Konami ini juga menjadi salah satu judul klasik tak lekang oleh waktu. Mengambil cerita Water Margin, sebuah novel asal China dimana karakter utama di Suikoden bisa merekrut 107 karakter lainnya untuk ikut dalam party menjadi ciri khas game-nya.
Chrono Trigger dan Lahirnya ‘Dream Team’
Proyek Chrono Trigger ini adalah bagaimana cara Square menggabungkan Final Fantasy dan Dragon Quest dalam satu game. Oleh karena ini mereka membutuhkan tim yang terdiri dari orang-orang hebat di antara kedua franchise tersebut.
Hironobu Sakaguchi yang membuat seri Final Fantasy, Nobuo Uematsu sebagai komposer terkenal di seri FF, Hori Yuuji sebagai pembuat serial Dragon Quest, Akira Toriyama yang terkenal dengan artwork Dragon Quest dan manga Dragon Ball, serta personnel terakhir Kazuhiko Aoki yang punya banyak background di seri FF sebelumnya.
Secara gameplay, Chrono Trigger tidaklah berbeda seperti game JRPG pada umumnya. Yang jadi poin perbedaan paling adanya unsur ATB seperti game Final Fantasy, serta plot yang berhubungan erat dengan time travel. Hanya saja karena simpel inilah menjadikan game ini laku keras di Jepang sana.
Chrono Trigger bahkan jadi game best-seller di Jepang dalam kurun dua bulan pertama penjualan dan mencetak angka 2 juta copy terjual. Game ini masih dianggap sebagai salah satu game RPG terbaik yang bisa dimainkan dan masuk dalam jajaran ‘greatest game of all time.’