Seorang Ayah “Tarik” Anaknya dari Sekolah Demi Terjun ke Esports, Berikut Penjelasannya

dad fortnite

Beberapa waktu yang lalu sempat beredar kabar bahwa remaja berusia 15 tahun memutuskan untuk berhenti dari sekolah demi mengejar mimpinya sebagai dunia esports sebagai pemain professional Fortnite. Baru-baru ini juga kembali muncul kabar terkait hal yang sama. Kini remaja berusia satu tahun lebih muda atau lebih tepatnya 14 tahun mendapatkan dukungan penuh dari orang tuanya demi terjun ke industri yang tengah bersinar ini.

Adalah Jordan atau yang lebih dikenal dengan nicknameCrimz” di Fortnite ini benar-benar mendapat dukungan penuh dari orang tuanya, khususnya sang ayah. David Herzog yang merupakan ayahnya ini mengungkapkan kepada publik alasannya mengapa ia justru lebih mendukung anaknya menggeluti dunia yang dianggap “tabu”oleh banyak orang tua di luar sana.

Dikutip dari Gamerant dalam penjelasannya secara runtun, David memulai dari awal keputusannya untuk menarik si Jordan dari sekolah demi mengejar karirnya di industri esports. Seperti yang kita ketahui, memang industri yang tengah menjadi perhatian khalayak di seluruh dunia ini tidak boleh di pandang sebelah mata. Hal ini lah yang kemudian membuat David mantap mengambil keputusan tersebut. Tak berhenti disitu saja, setelah berhenti dari sekolah David mempersiapkan segalanya, mulai dari perangkat gaming seharga $30.000 USD atau sekitar Rp 400 jutaan lebih, menunda liburannya dengan keluarga dengan alasan akan mengganggu latihan sang anak hingga membelikan mobil mewah Maserati dengan plat nomer yang ditulis dengan gaming tag anak tersebut.

Sang ayah (David) dan anaknya (Jordan)

David juga menambahkan bahwa sejak Jordan berusia 3 tahun sudah dikenalkan dengan kontroler game. Memasuki usia-nya yang ke-7 tahun telah mahir bermain video game berjudul Halo dan baru pada usia 12 tahun berhasil menjuarai turnamen maupun kompetisi lokal. Saat ini sang ayah pastinya tak lepas dari cibiran-cibiran orang tua lainnya yang mengharuskan bahwa sebagai orang tua seharusnya menyekolahkan anaknya, mengarahkan untuk berkarir di bidang yang lazim seperti bermusik, akting, atau karir lainnya yang lebih menjanjikkan atau setidaknya “diakui” dan “dipuji” banyak orang bukan mengarahkan sang anak ke “video game” yang justru dipandang sebagai bentuk “pelecehan” terhadap anak.

Sekali lagi David memberikan sebuah pernyataan bahwa dirinya memang benar-benar telah menyiapkan semuanya dari awal sebelum sang anak lahir mengingat dirinya juga telah terjun di industri video game sejak lama. Bahkan usahanya masuk dalam daftar 15 penjualan terbaik seluruh dunia di e-Bay. Usahanya sendiri juga tak jauh dari penjualan barang-barang dan merchandise bertema video game.

Sebagai orang tua David pasti memiliki pandangan lebih jauh mengenai keputusan yang dibuatnya demi sang anak untuk terjun di industri game khususnya esports. Langkah yang dilakukan David ini memang masih belum bisa diimplementasikan di kehidupan sekitar kita khususnya di Indonesia ini. Kedepannya David tengah mempersiapkan sang anak demi bisa berlaga di kualifikasi Fortnite World Cup.

David mengakui bahwa akan ada dampak sosial yang menimpa anaknya seperti contohnya Jordan belum pernah sekalipun datang ke pesta dansa atau kerja paruh waktu di musim panas. Namun menurutnya saat ini tengah berada di “momentum yang harus dimanfaatkan dengan baik”. Hingga saat ini Jordan telah menghasilkan kurang lebih $60.000 USD atau sekitar Rp 800an juta dari bermain video game dan hasil tersebut ingin diinvestasikan oleh sang ayah atas nama putranya tersebut.

Sumber: Gamerant

Mau baca artikel seputar Fortnite hingga informasi menarik lainnya segera kunjungi tulisan dari Happy

Exit mobile version