Sering Ngompol dan Lupa Waktu Saat bermain Fortnite, Gadis Ini Terpaksa Direhabilitasi ?

Dengan semakin berkembang dan canggihnya sebuah teknologi video game di era milenial sekarang, tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut juga sering kali berbanding lurus dengan kekhawatiran masyarakat terhadap hobi yang kita gemari ini. Fakta bila game-game bergenre Battle Royale hingga Game Mobile sekarang sudah berhasil dalam menjangkiti hampir semua gamer di seluruh dunia, tak jarang juga bahwa melalui hal itu telah muncul banyak pihak yang mulai mewaspadai  sebuah fenomena dan budaya yang mulai semakin terbentuk di kehidupan masyarakat awam.

Fortnite tentu adalah salah satu dari sekian banyaknya contoh dari bagaimana latahnya manusia sebagai seorang mahluk sosial. Dengan grafiknya yang sangat begitu kartunis, game battle royale ini terkesan amat sangat bersahabat untuk dimainkan oleh hampir seluruh kalangan. Meski begitu, tetap saja bila game ini sebenarnya sama sekali tidak cocok untuk dimainkan secara ekstrim atau berlebihan.

Sebuah cerita yang cukup membuat kita semua menjadi iba datang dari satu keluarga di UK, Inggris. Dimana ada seorang anak gadis berusia 9 tahun yang sangat begitu ngefansnya dalam memainkan game battle royale seperti Fortnite. Namun, sayangnya ia mengungkapkan rasa gemarnya tersebut dengan cara yang bisa dibilang sangat tidak normal untuk dilakukan oleh para gamer-gamer manapun. Semuanya bermula ketika pada bulan Januari lalu, kedua orang tuanya menghadiahkan sang gadis kecil ini seperangkat konsol Xbox One.

Saat pertama kali bermain, ia mencoba mendownload suatu game yang tentu kita semua tahu berjudul Fornite. Pada sekitar pertengahan bulan maret, kedua orang tuanya mulai khawatir dan curiga bila putrinya sudah mengalami kecanduan dalam memainkan game tersebut. “Kami tiba-tiba ditelpon oleh sang gurunya di sekolah bahwa ia selalu tertidur di dalam kelas dan nilai-nilai ulangannnya semakin menurun.” ungkap Carol selaku sang Ibu.

“ketika kami menanyakan permasalahan ini kepadanya secara langsung, mendadak ia langsung marah dan sering kali bertindak agresif” imbuhnya. Sang Ibu tak ketinggalan juga mulai menyadari bila tagihan kartu kredit bulanannya mendadak naik secara drastis hingga mencapai £50 (pounds) atau sekitar $67. Bahkan ketika mereka mulai memutuskan untuk menyita konsol Xbox One dari jangkauan putrinya, telah dilaporkan bahwa putrinya tersebut sempat memukul ayahnya.

Kedua orang tuanya mengaku bahwa mereka pada waktu itu sempat membatasi waktu bermain putrinya hanya 1 jam saja di hari-hari biasa setelah selesai sekolah dan 2 jam saja pada malam minggunya. Namun, situasi yang dialami putrinya tersebut seakan sudah menjadi semakin kronis sebagai akibat dari kebiasaan hidupnya saat bermain video game. Mereka mendapati sebuah bantal yang biasa didudukinya tersebut basah dan berbau urin. Sang ibu rupanya juga sampai tak bisa membayangkan bila putrinya hampir sama sekali tidak pernah menyempatkan diri ke kamar mandi karena begitu asyiknya bermain.

Setelah putrinya sendiri memberikan pengakuan bahwa ia selalu diam-diam bermain fortnite tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya selama 10 jam per hari setelah mereka tertidur, akhirnya mereka memutuskan untuk membawa putrinya tersebut ke psikolog. Saat ini ia sedang mendapat psikoterapi dari para ahli guna menyembuhkan rasa kencanduannya dalam bermain video game.

Pelajaran yang bisa kita petik

Kejadian di atas jelas merupakan suatu hal yang kami harap jangan sampai terjadi dan menimpa ke orang-orang terdekat kalian ataupun kalian sendiri. Sebagai orang tua, kita harus sebisa mungkin untuk memberi perhatian lebih kepada buah hati kita. Terutama terkait mengenai aktivitas apa saja yang biasa mereka lakukan, tidak hanya secara khusus di saat mereka sedang bermain game saja. Dikarenakan bahwa potensi efek candu sebenarnya juga bisa terjadi di dalam segala macam obyek.

Belum lagi juga melihat fakta bahwa Fortnite ternyata memiliki rating Teen (13 tahun ke atas) di website ESRB, dimana pada dasarnya game ini sama sekali tidak disarankan untuk dimainkan oleh anak yang masih berusia 10 tahun ke bawah seperti dalam kasus di atas. Intinya, selalu sempatkan waktu untuk mendampingi beserta memberi mereka sebuah pengertian yang baik tentang segala hal baru yang mereka selalu jumpai dan dapatkan.

Sedangkan untuk kalian sebagai gamer, semoga insiden ini bisa menjadi peringatan dini buat kalian agar selalu mawas diri dalam bermain. Video game adalah benda mati, dan kalian adalah mahluk hidup. Jangan pernah kalian mau untuk dikontrol ataupun diperbudak oleh sebongkah benda mati. Kalianlah yang seyogyanya harus mengontrol mereka sesuai dengan kapasitasmu secara wajar. Akhir kata, semoga semua mahluk berbahagia ya ?

Sumber: Mirror

 

 

 

Exit mobile version