Gara-gara para gamer di negeri Tiongkok ?
Sebagai platform game digital yang paling populer di PC, mampu mengaet total lebih dari 150 juta pengguna mungkin bukanlah sebuah hal yang terlalu mengejutkan bagi Valve ataupun kamu. Akan tetapi, bagaimanakah bila kefenomenalan Steam ini diukur dari jumlah total penggunanya yang aktif online pada tiap hari, bulan, atau secara bersamaan di tiap detiknya ?
Pada tahun 2017 kemarin, Steam sudah berhasil meyakinkan 67 juta pelanggannya untuk masih tetap setia memanfaatkan jasa platform milik Gabe Newell tersebut dalam tiap bulan. Dan sekarang, dilansir dari sebuah acara Melbourne Games Week dimana pihak perwakilan Valve secara terhormat telah mendapat kesempatan untuk berpresentasi di hadapan para khalayak, angka yang sempat dilaporkan oleh Geekwire tersebut ternyata kini sudah semakin melonjak jauh sampai ke angka 90 juta lebih di tahun ini.
Kristian Miller and @jenkmeister have lots of info about what’s happening with @steam_games including some big news! The store will have AUD very soon! #GCAP18#MIGW18 pic.twitter.com/uJhQnG8957
— Melbourne Games Week (@GamesWeekMelbs) October 23, 2018
Di sana, Kristian Miller dan Sean Jenkins (pihak Valve) telah menunjukan total data yang sudah diperoleh perusahaannya di tahun 2018. Bila kamu coba perhatikan lebih seksama gambar di atas, selain dari kamu yang telah menjumpai angka 90 juta sebagai total pengguna Steam yang aktif di tiap bulan, ada pula angka 47 juta yang menunjukan jumlah pengguna Steam yang aktif dalam tiap hari, 18.5 juta untuk pengguna yang bisa aktif online secara bersamaan, hingga 1.6 juta pembeli baru di Steam dalam waktu perbulan.
Angka-angka yang tergolong sebagai bentuk kemajuan itu rupanya disinyalir berasal dari laju pertumbuhan para pengguna Steam di negeri Tiongkok. Sang analis video game di kawasan Asia, Daniel Ahmad telah mengemukakan ada lebih dari 30 juta gamer di sana yang mulai tertarik untuk memakai jasa Steam karena keberadaan game DOTA 2.
Dan perkembangannya sekarang sudah jauh lebih liar karena kemunculan game-game yang telah ditranslasikan ke bahasa mandarin, regional pricing dan metode pembayaran yang jauh lebih bersahabat, hingga dari banyaknya game-game yang sudah diblokir oleh pihak pemerintahan setempat. Selain itu, hasil penjualan game PUBG yang kabarnya bisa terjual hingga 15 juta kopi di negeri tirai bambu tersebut nampaknya juga bisa menjadi satu faktor tambahan.
Dari data di atas, dalam beberapa tahun ke depan Steam nampaknya masih tetap akan berdiri kokoh sebagai satu platform distribusi game yang paling dicari-cari oleh para gamer PC.