Setelah hiruk pikuk yang tak kunjung usai mengenai kasus “rasisme” yang dilakukan oleh salah satu pemain TNC. Predator, yaitu Carlo “Kuku” Palad akhirnya Valve memberikan memberikan suaranya serta mengeluarkan keputusan atas kasus yang hampir tidak menemukan buntut untuk jalan pintasnya.
Pagi tadi, melalui blog resminya, Valve mengeluarkan sebuah pernyataan terkait TNC. Predator dan seputar Chongqing Major.
TNC and the Chongqing Major https://t.co/n1Na44gDP5
— DOTA 2 (@DOTA2) December 3, 2018
Seperti yang telah kita ketahui, TNC. Predator berhasil mengamankan slot utama untuk kualifikasi South East Asia di Chongqing Major ini. Namun dari pihak organisasi sendiri tampaknya masih belum yakin akankah berangkat ke turnamen major yang masuk dalam daftar Dota Pro Circuit ini. Terlepas dari di banned-nya Kuku oleh pemerintah setempat maupun dari turnamen tersebut bahkan komunitas Dota 2 China atas perbuatannya beberapa waktu lalu.
It is our best interest to educate our players to own up on their mistakes, take full responsibility and correct their wrong actions. To clarify the term "penalty/fine" we posted last time, 50% of Kuku's winnings from KL Major, Chongqing Major (if we qualify) 1/4
— TNC Predator ?? (@TNCPredator) November 25, 2018
Meskipun pihak TNC. Predator telah mengeluarkan pernyataan mengenai permintaan maaf dan sanksi yang diberikan kepada Kuku, namun masih belum cukup membuat pihak dari Chongqing Major melunak untuk tetap menerima Kuku sebagai pemain utama dari TNC. Predator.
Atas kejadian yang berlarut-larut tak menemukan ujung ini, beberapa influencer Dota 2 baik caster,analyst, serta host ingin melakukan boikot di turnamen tersebut sebagai langkah untuk mendukung Kuku agar tetap diberikan kesempatan lagi untuk bermain di dunia kompetitif Dota 2. Bahkan beberapa diantara mereka ingin absen dari turnamen tersebut meskipun diundang sebagai talent di Chongqing Major. Berikut beberapa pernyataan dari mereka :
If kuku isn’t allowed to play at the major I refuse to cast officially for the major , we all make mistakes and 1 mistake should not forbid you from playing at a tournament that potentially decides your whole career
— Grant Harris (@GranDGranT) December 2, 2018
same 🙂 i'm not going to any valve event thats in china unless the ban is lifted or dpc is removed. Including TI9. https://t.co/cI8BKuWryL
— Henrik Ahnberg (@AdmiralBulldog) December 2, 2018
If history's anything to look at, actions speak louder than words.
Especially if teams support this decision too.
— BTS Godz | aka Parker (@BTSGoDz) December 2, 2018
Konklusinya ?
Pada akhirnya Valve mengeluarkan pernyataan resmi mengenai isu yang berlarut-larut tak menemukan jalan akhir ini. Meskipun pada akhirnya berujung pada di banned-nya Kuku dari turnamen tersebut. Memang akan meninggalkan luka bagi beberapa pihak, Valve sendiri ingin orang yang telah berbuat salah harus bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut. Valve juga menambahkan Kuku tidak akan terkena banned di turnamen lainnya yang akan datang jika tidak terulang kembali kesalahan yang telah diperbuatnya.
Di sisi lain seperti yang diungkapkan oleh GrantGrand, jika pemain melakukan kesalahan dan meminta maaf atas perbuatannya itu, dia harusnya diberi kesempatan kedua untuk tetap berkarir di turnamen-turnamen yang digelar.
I'm personally pleased Valve stepped in. I think they should do so more often and take more of a lead on esports. I do however wish it hadn't taken all the drama for it to happen.
I hope now we can all move on, unite against racism in any form and get back to great dota.
— Paul Chaloner (@PaulChaloner) December 4, 2018
Dan terakhir pesan dari Paul “Redeye” Chaloner merasa senang atas keputusannya menyikapi situasi yang tengah terjadi ini. Bahkan dirinya meminta untuk segera move on bersatu melawan “rasisme” dalam bentuk apapun dan kembali ke masa terbaiknya Dota 2.”