Kabar miris sekaligus mengejutkan datang dari negeri ratu Elisabeth tersebut. Kabar ini berupa dimana sekelompok orang dengan sengaja membakar tower-tower base transceiver receiver (BTS). Hal ini dipicu beredarnya informasi tentang konspirasi mengenai virus Corona yang disebar melalui jaringan 5G.
Kabar hoaks mengenai teori konspirasi ini, beredar dikalangan masyarakat Inggrismelalui video pada channel Youtube dan akun-akun sosial media seperti Facebook. Akibatnya beberapa orang percaya dan mulai membakar tower-tower BTS tersebut.
Dilaporkan BBC, setidaknya ada 3 tower 5G yang mengalami pengursakan dengan cara dibakar oleh beberapa masyarakat pada minggu lalu.
Laporan pembakaran tower-tower BTS ini ,muncul di beberapa wilayah di Inggris, seperti Birmingham, Liverpool dan Melling di Merseyside. Saat ini, pihak pemadam kebakaran setempat dan kepolisian tengah melakukan indetifikasi serta penyelidikan atas kasus ini.
Kasus ini kemudian ramai diperbincangkan dan membuat beberapa pemangku kepentingan di Inggris mengeluarkan statement.
“Saya benar-benar marah dan jijik bahwa orang akan mengambil tindakan terhadap infrastruktur yang kita butuhkan untuk mengatasi keadaan darurat ini,” kata Stephen Powis, direktur Layanan Kesehatan Nasional (NHS), pada briefing harian coronavirus Inggris.
We are aware of inaccurate information being shared online about 5G. There is absolutely no credible evidence of a link between 5G and coronavirus
For COVID-19 advice:
?NHS https://t.co/EI0XLYsqWE
?GOVUK https://t.co/aWe30Ayl8X
?Full Fact research https://t.co/QWYcc4bOEg— Department for Culture, Media and Sport (@DCMS) April 3, 2020
Dalam teori tersebut, mengklaim bahwa coronavirus baru berasal dari Wuhan, hal ini terjadi karena China baru-baru ini meluncurkan 5G. Dan sekarang menyebar ke kota-kota lain yang juga menggunakan 5G. Teori konspirasi juga menyebutkan bahwa virus yang sangat menular secara alami akan menyebar lebih banyak di kota-kota padat dengan akses ke 5G.
Tentu saja hal diatas tak mungkin bisa dibenarkan, mengingat jika saat ini pandemi coronavirus telah melanda negara-negara yang bahkan belum menerapkan jaringan 5G seperti Iran, Indonesia, Malaysia dan Jepang.
Bahkan tak ada bukti ilmiah yang menghubungkan pandemi coronavirus dengan 5G, juga tidak ada efek kesehatan negatif langsung ke 5G.
Faktanya, Fullfact sebuah badan pemeriksa fakta independen di Inggris juga telah mengeksplorasi klaim tersebut setelah sebuah surat kabar tabloid Inggris menyoroti mereka baru-baru ini. 5G memang menggunakan frekuensi gelombang radio yang lebih tinggi daripada 4G atau 3G, tetapi regulator di Inggris juga mengungkap jika tingkat radiasi elektromagnetik 5G jauh di bawah ambang batas internasional.
Jangan lupa untuk membaca artikel dan berita menarik lainya tentang Game dan tech dari Rizki.