Toshihiro Nagoshi Mengaku Kesulitan Membuat Yakuza 7 Jadi Game RPG

yakuza 7 kasuga
Sistem RPG Yakuza 7: Like a Dragon cukup menantang developer.

Ketika game Yakuza pertamakali dirilis, Ryugagotoku Studio membuat gamenya miliki battle action dengan musuh yang mencegatmu di berbagai sudut kota Kabukichou. Namun saat April mop kemarin, mereka menggoda fans dengan mengubah semua sistem Yakuza menjadi turn-based RPG. Namun tidak ada yang menyangka apabila iterasi teranyarnya, Like a Dragon akan menggunakan sistem battle tersebut. Tentunya perubahan rel dari game yang telah bertahun-tahun mengusung action sebagai battlenya untuk bertransformasi ke turn-based menjadi tantangan tersendiri bagi pihak developer.

 

Toshihiro Nagoshi, kreator sekaligus produser seri Yakuza. Ia juga merupakan anggota dewan ATLUS. Foto oleh 4Gamer.

Hal ini diamini oleh Toshihiro Nagoshi selaku kreator gamenya. Melalui wawancaranya dengan situs Jepang 4Gamer, Nagoshi menyebut bahwa mengubah Yakuza 7: Like a Dragon ke turn-based merupakan hal yang sangat sulit. Hal utama yang paling ia soroti adalah balancing antara leveling player dan kekuatan musuh. Sedikit saja melakukan kesalahan di bagian itu, maka gamenya akan hancur. “Setelah aku mencoba membuat gamenya menjadi RPG, hal ini semakin membuka mataku bahwa para developer yang membuat game RPG itu sangat hebat”, imbuhnya.

Nagoshi mengaku belajar banyak dari Square-Enix. Bukan hanya menjadikan gamenya parodi dari Dragon Quest dan Final Fantasy saja, namun juga jadikannya game yang miliki balance antara elemen parodi dan respect. Sayangnya hal tersebut berikan banyak sekali tekanan pada timnya. Mereka bahkan menghubungi Square-Enix untuk meminta izin memasukkan nama Dragon Quest dalam gamenya.

Ketika ditanya oleh beberapa media Jepang lain seperti Game Watch dan Game Spark tentang masa depan franchise Yakuza, Nagoshi mengaku bahwa mereka memiliki banyak pilihan. Salah satunya adalah melanjutkannya sebagai game RPG dan membuatnya lebih baik dari saat ini atau kembali ke action. “Kami juga bisa menggabungkan dua sistemnya baik RPG maupun Action. Semuanya bisa saja terjadi”, imbuhnya.

Namun secara pribadi, Nagoshi mengaku bahwa ia sendiri ingin Yakuza untuk terus menggunakan RPG sebagai kiblatnya di masa datang. Ia ingin tahu sejauh mana ia dan timnya bisa berkembang. Salah satunya adalah membuat battlenya lebih bisa dinikmati dengan menambahkan benda-benda di sekitar yang bisa digunakan. “Kami juga bisa memperkuat mode company management menjadi lebih baik. Namun untuk saat ini aku tak mau memikirkan semua itu (tertawa)”.

Yakuza 7: Like a Dragon dirilis besok tanggal 17 Januari 2020 di PlayStation 4. Sayangnya, gamenya hanya tersedia untuk versi berbahasa Jepang saja untuk saat ini. Sementara versi berbahasa Inggrisnya akan dirilis kemungkinan tahun depan.


Baca lebih lanjut tentang Yakuza 7: Like a Dragon, atau artikel video game Jepang dan non-mainstream lain dari Ayyadana Akbar.

For japanese games, jrpg, shooter games, game review, and press release, please contact me at: akbar@gamebrott.com

Exit mobile version