Merilis dua remake dalam satu bulan tentu bukan sesuatu yang mudah bagi Square-Enix. Mereka harus membagi timnya agar semua rampung dalam deadline yang telah ditentukan. Setelah puas menjelajahi indahnya Midgar di Final Fantasy VII Remake dan mengais memori lama yang bersinar lagi. Kami diberikan kesempatan untuk mengecap manisnya seri JRPG klasik yang diremake dengan sangat apik yakni Trials of Mana.
Seri ini sebenarnya sudah mengemuka di Super Nintendo Entertainment System atau SNES pada tahun 1995 silam. Namun anehnya, ia tak dapatkan terjemahan resmi berbahasa Inggris untuk pasar barat kala itu. Hingga pada akhirnya Square-Enix memutuskan untuk membuat remakenya dan dirilis serentak di seluruh dunia pada tahun 2020. Tepatnya tanggal 24 April 2020.
Karena saya pribadi belum pernah bermain versinya di masa lampau dan hanya menontonnya via YouTube, saya akan memberikan pendapat saya dari player yang baru saja memainkan gamenya. Jika dibandingkan seri orisinalnya, peningkatan yang diberikan Square-Enix di Trials of Mana memang tak bisa dibilang setengah hati. Mereka berhasil mentranslasikan bagaimana semua dunia hingga karakter 2Dnya menjadi 3D dengan sangat akurat.
Sama dengan game modern lain, gamenya juga akan miliki voice acting berbahasa Inggris atau Jepang yang bisa kamu pilih sesukamu. Namun jika kamu sangat pro voice-acting berbahasa Inggris, sepertinya kali ini kamu wajib menyerah kalah dan memilih voice versi Jepangnya di Trials of Mana, alasannya? Simak review berikut.
Daftar isi
Selamatkan Dunia dan Pohon Mana dari Kehancuran
Gamenya sendiri miliki setting yang sangat standar dan klasik JRPG dengan berbagai kerajaan dan monster di dalamnya. Trials of Mana bersetting di dunia bernama Mana yang terancam hancur berkat aliran mana yang menjadi salah satu sumber daya terbesar dunianya semakin sedikit. Hal ini diakibatkan oleh kehadiran kekuatan jahat yang mulai menyelimuti dunianya sejak pemilik kekuatan besar mana yakni Goddess of Mana tertidur. Kekuatan jahat tersebut berusaha mengaktifkan dan mengambil alih kekuatan Mana Stone dan Mana Sword sebagai salah satu kunci bangkitnya Goddess of Mana.
Namun, terdapat hal yang bisa dilakukan sebelum semua itu terjadi, yakni mencabut Mana Sword terlebih dahulu oleh orang-orang terpilih, sebelum kekuatan jahat berhasil merenggutnya. Dari sini, terpilihlah enam orang hero yang akan menyelamatkan Mana dari keterpurukan. Berhasilkah mereka mengambil Mana Sword dan menyelamatkan dunia?
Kisah Berbeda dengan Sistem “Pair”
Berbeda dengan game JRPG kebanyakan, Trials of Mana miliki enam tokoh utama dengan ceritanya masing-masing meskipun pada akhirnya berjalan pada satu tujuan yang sama. Cerita utama Trials of Mana akan tergantung dengan karakter utama yang kamu pilih, namun pada kenyataannya kisah mereka akan terhubung menjadi sebuah sistem yang saya pribadi sebut sebagai “pair”. Pair adalah sistem di mana satu karakter akan miliki cerita yang sama dengan karakter utama lain. Dengan kata lain, karaktermu yang dipilih dengan karakter lain akan miliki musuh yang sama. Ini ditranslasikan di akhir cerita, di mana kamu akan melawan last boss yang berbeda-beda sesuai karakter yang kamu pilih.
Untuk mengaktifkan “pair”, kamu perlu memilih tokoh utama dan companion 1 yang miliki kisah yang sama. Beberapa hero yang miliki cerita yang sama antara lain adalah Duran dan Angela, Hawkeye dan Riesz, dan Kevin dan Charlotte. Dalam review ini saya memilih Duran sebagai tokoh utama dan Angela sebagai companion 1. Dengan sistem tersebut, Trials of Mana miliki tiga storyline yang berbeda dari enam karakter utama yang bisa kamu pilih. Dengan kata lain, kamu harus menamatkan gamenya tiga kali jika ingin mengetahui semua timeline ceritanya.
Karena saya memilih Duran sebagai tokoh utama dan Angela sebagai companion 1, maka saya akan merepresentasikan review ini dengan cerita Duran dan Angela. Duran merupakan salah satu tentara terkuat dari kerajaan Valsena. Ia juga merupakan anak dari salah satu ksatria emas terkuat di kerajaan Valsena yang telah tiada. Pekerjaannya sebagai tentara menceritakan bagaimana Duran yang tengah berjaga di pos, mendadak diserang oleh Crimson Wizard yang membunuh rekan-rekannya. Sadar bahwa ia masih lemah di mata Crimson Wizard, Duran bersumpah akan mencari cara untuk berubah class demi menuntut balas ke Crimson Wizard yang muncul memporak-porandakan kerajaannya.
Sementara, Angela merupakan anak dari ratu kerajaan Altena. Angela tak begitu dipedulikan oleh ibunya sedari kecil membuat masa kecilnya di kerajaan sebagai bocah yang haus perhatian. Sayangnya, penderitaan Angela terus berlanjut di masa remajanya. Ia terpaksa pergi dari kerajaan karena ibunya yang dipengaruhi Crimson Wizard, memerintahkan pasukannya untuk membunuh Angela untuk menjadi tumbal mana stone. Berhasilkah mereka berdua mencapai tujuannya demi mengalahkan Crimson Wizard?
Action RPG dengan Cita Rasa Klasik
Trials of Mana masih menganut mekanik action RPG dan tak begitu banyak berubah dari versi SNES. Hal yang membuatnya berbeda adalah kini kamu bisa menikmati gamenya dalam bentuk 3D dan perspektif orang ketiga dengan gerakan dan varian yang berbeda. Kamu bisa melakukan light attack, combo, hingga mengeluarkan ultimate attackmu yang akan semakin kuat seiring berjalannya cerita dan levelmu.
Combonya saat battle bisa dibilang cukup simple, kamu hanya perlu menekan lingkaran untuk serangan biasa dan segitiga untuk heavy attack, jika kamu memainkannya di PlayStation 4. Di awal permainan, variasi combonya memang masih belum banyak. Namun seiring berjalannya cerita dan perubahan class, ia akan hadirkan varian combo baru.
Saya sendiri merasakan bagaimana Square-Enix mengubah battlenya menjadi lebih fluid dan memuaskan bagi pecinta game action. Memang, tak begitu banyak hal baru dari mekanik battlenya, karena pada dasarnya ia sama dengan game action pada umumnya. Namun hal kecil seperti harus menggunakan charge attack untuk memecahkan shield musuh, hingga wheel menu yang bisa diakses sembari melakukan pause gamenya bisa menjadi mekanik yang memuaskan. Karena dengan begitu kamu bisa menentukan kemana seranganmu akan didaratkan.
Meskipun begitu, mereka juga masih sematkan kemampuan ultimate tanpa perlu menunggu keputusanmu seperti wheel menu. Sebuah fitur yang sangat cocok bagi kamu pecinta game action dan kamu sebagai seseorang yang miliki jiwa oldschool yang menyukai fitur turn-based.
Sesaat setelah karakter melakukan animasi ultimate, beberapa boss bisa bergerak sesuka hati. Salah satunya dengan melakukan kemampuan seperti teleportasi. Hal ini membuat serangan yang telah dilancarkan terasa sia-sia. Terlebih, ketika beberapa karakter tak langsung otomatis mengunci boss setelah animasi ultimate berjalan dan kamu tak bisa berbuat apa-apa untuk mengubahnya. Mau tak mau kamu harus memperhatikan timing yang tepat agar CS Particle yang susah payah kamu kumpulkan tidak sia-sia. Meskipun pada kenyataannya sudah seharusnya masalah sesimple ini bisa diatasi dengan mengunci musuh meskipun ia telah lakukan teleportasi.
Memang, mereka telah memberikan opsi pengaturan zoom di menu options, namun pengaturan tersebut tergolong cukup simple. Mulai dari Normal, zoom, dan semi-zoom. Kamu juga tak bisa mengarahkan kamera sampai ke bawah atau ke atas. Mengurangi fleksibilitas fungsinya. Padahal jika kamu bisa melakukannya, maka kamu bisa mengambil angle yang baik untuk sekedar dijadikan screenshot.
Eksplorasi Simple, Namun Padat Berisi
Sama seperti game JRPG pada umumnya, kamu akan bisa menjelajahi dunianya yang luas dengan berbagai harta karun yang tersimpan di beberapa pot, kotak, maupun glowing spot. Semuanya dibuat dengan cukup detil. Square-Enix tahu betul kapan dan di mana harus menyimpan beberapa pernak-pernik tersebut. Membuatmu yang sudah terlalu sering memainkan game JRPG klasik di masa lampau secara tak sadar tahu letak masing-masing benda tersebut.
Di tengah perjalanan, kamu akan menemukan elemen unik lain dari Trials of Mana bernama Li’l Cactus. Sesuai namanya, ia adalah kaktus yang tersebar di penjuru field. Fitur ini sangat mirip dengan sistem stamp milik Ni no Kuni. Namun alih-alih menyelesaikan quest, kamu akan dipaksa untuk mencari kaktus mungil ini dengan mengeksplorasi fieldnya yang luas.
Terdapat sekitar lima puluh kaktus yang bisa kamu temukan dari awal cerita hingga menjelang akhir dari kisah utama Trials of Mana. Sebagian bisa kamu temukan di kota, sementara sebagian lagi bisa kamu temukan di field. Mengumpulkannya akan berimu hadiah unik, dari 2x boost EXP hingga menginap gratis di penginapan.
Terdapat perubahan siang malam baik di field, dungeon, maupun kota. Memasuki malam hari beberapa dari monster akan tertidur kecuali monster nocturnal, uniknya mereka yang tidur masih bisa tahu keberadaanmu jika didekati. Yang membuatnya berbeda, mereka menjadi lebih tidak siap siaga akan kedatanganmu.
Varian monster di siang hari dan malam hari juga berbeda. Jadi misalnya siang kamu akan menemukan monster tipe burung, maka malam terkadang kamu akan menemukan tipe kelelawar. Sementara, kota akan berubah seiring berjalannya waktu. Di mana warga akan tidur pulas di rumah, dan hanya beberapa NPC saja yang masih terjaga.
Perubahan siang dan malam ini juga bisa meningkatkan masing-masing elemen sihir yang kamu miliki. Hal ini karena perubahan tersebut juga ditunjukkan dengan nama hari yang berbeda sesuai elemen. Misalnya saja Salamando Day dengan elemen api, Undine Day dengan elemen air, dan seterusnya. Di Salamando Day, serangan apimu akan menjadi lebih kuat dari biasanya, sementara Undine Day akan mengubah serangan airmu menjadi lebih kuat, dan seterusnya.
Indahnya World Map dan Uniknya Sistem Class
Field dan dungeon dengan perubahan siang dan malam bukan menjadi salah satu tempat untuk menguak misteri yang tersimpan di dalam dunia Trials of Mana. Karena seiring berjalannya cerita, kamu akan kembali mengecap indahnya world map dengan kendaraan laut dan udaranya yang unik. Sayangnya, karena proses JRPG klasik yang luar biasa linear, kendaraan udara hanya bisa mendarat di tempat-tempat yang telah ditentukan saja yang ditandai oleh cahaya.
Dunianya cukup luas berkat representasi world map yang bisa kamu jelajahi dengan dua jenis kendaraan tersebut. Di beberapa bagian, kamu akan menemukan banyak sekali equipment maupun senjata yang bisa mengubah tampilan visual senjatamu setelah dipasang. Tak terkecuali item untuk perubahan class.
Ya, Trials of Mana miliki sistem class yang kini telah ditinggalkan oleh sebagian besar game JRPG. Class akan bisa berubah menjadi lebih kuat dengan cara pergi ke tempat di mana Mana stone berada. Ia terbagi atas tiga tingkatan dari seri orisinalnya, dan empat tingkatan untuk remakenya di tahun 2020. Masing-masing dengan cabang Light dan Dark dengan kemampuannya tersendiri. Light akan lebih condong ke serangan berelemen cahaya, healing, dan suportif, sementara Dark akan lebih didominasi oleh suport elemen, serangan elemen kegelapan, hingga combo bertubi-tubi untuk karakter dengan serangan jarak dekat. Kamu bisa melihat semua keunggulan dan kekurangan masing-masing class sebelum menentukan untuk memilih “jalan ninja”-mu.
Setiap perubahan di atas class kedua (class dasarmu dihitung sebagai class pertama) akan membutuhkan item spesifik yang bisa kamu dapatkan dari cerita utama, atau bagi kamu yang ingin melakukan eksperimen bisa mencari item tersebut melalui ??? seed yang bisa ditanam melalui pot. Perubahan ini tak hanya akan menambahkan ultimate attack, namun juga otomatis mengubah kostum karaktermu. Namun tenang, kostum ini bisa diganti jika kamu tidak menyukai tampilan visualnya.
Sematkan Gacha RNG
Mengubah kostum dan senjata bukan satu-satunya fitur yang ditawarkan oleh Trials of Mana. Namun percaya atau tidak, Square-Enix tawarkan fitur lain yang kini populer di game mobile yakni gacha. Mereka menyebutnya sebagai seed system, di mana kamu akan bisa mendapatkan item acak dari item seed/biji yang kamu temukan di map. Simplenya, seed merupakan sistem gacha RNG di game JRPG single player. Seed bisa ditanam di pot yang berada di penginapan untuk mendapatkan item. Terdapat lima tingkatan seed. Dari seed biasa, silver, gold, rainbow, hingga ??? seed. Setiap seed miliki item yang berbeda-beda. Entah potion, kue penambah XP, equipment, hingga item yang sangat penting untuk perubahan class.
Menanam seeds tak hanya akan memberimu item seperti boosting item, roti, atau equipment kuat saja. Namun juga tingkatkan level pot seiring seberapa sering kamu menanamnya. Semakin tinggi level pot, maka semakin tinggi pula kesempatanmu untuk mendapatkan item langka. Sayangnya, hanya terbatas cukup sedikit jika dibandingkan JRPG lain.
Secara umum, varian item dalam Trials of Mana cukup sedikit untuk kelas game RPG. Oleh karenanya, kamu takkan begitu menemukan banyak sekali variasi item dari peti harta karun atau glowing spot. Tak seperti game JRPG Square-Enix yang lain dengan berbagai kompleksitas untuk masalah RPG, Trials of Mana melakukan pendekatan RPG yang cukup simple dan mudah dimengerti. Tingkat kesimple-an ini bisa ditunjukkan hanya dari item seed yang kamu temukan di map. Di mana kamu sudah bisa dapatkan item terkuat dari gamenya hanya dari menanam seed. Saya sendiri mendapatkan equipment terkuat untuk fase pertama juga dari seed yang saya temukan. Beberapa fungsi mereka alihkan ke ability dengan kompleksitas yang tak begitu kompleks dan mudah dipahami.
Terasa Canggung Karena Satu Arah
Berbagai dialog yang nyaris kesemuanya diisi suara voice acting yang dipamerkan, menunjukkan seberapa niat Square-Enix melakukan remake Trials of Mana dengan sedemikian rupa. Namun sayang, beberapa aspek yang tetap dipertahankan terasa tak relevan untuk game modern.
Jika harus dibandingkan dengan game mereka yang lain seperti Dragon Quest XI yang angkat tema JRPG klasik yang sama, Trials of Mana lebih condong merepresentasikan bagaimana developer asal Jepang tersebut masih ingin tetap bertahan dengan seri orisinalnya. Seolah-olah mereka takut mengubah apa yang telah fans sukai kala itu. Termasuk bagaimana mereka menjelaskan hubungan antar karakternya yang dibiarkan begitu saja dengan sedikit perubahan dan tambahan yang terkesan main aman namun kurang relevan.
Saya menemukan nyaris tidak adanya dialog dua arah ketika bertemu dengan karakter lain yang menjadi satu party kecuali “pair”. Misalnya saja saat bertemu dengan Hawkeye dan membantu Duran maupun Angela keluar dari penjara. Tak ada sepatah kata apapun dari Duran maupun Angela meski hanya sebatas basa-basi, membuat dialognya yang hanya dibawakan Hawkeye terasa canggung dan hanya berjalan satu arah. Tidak masalah sebenarnya, namun hal ini menjadi terasa tidak natural. Khususnya untuk seri yang mereka sebut “remake” secara tersurat.
Tak adanya dialog antar tokoh yang intens saat menjalani suatu event juga membuat cerita seolah hanya berjalan satu arah saja dan fokus pada tokoh utama. Membuat ketiga tokoh yang kamu pilih seolah tak satu jalan dengan protagonis. Tak ada yang mengeluhkan keputusan apapun yang dibuat oleh protagonis membuatnya terasa kurang dari sisi dramatisasi.
Memang, pada nantinya salah satu dari mereka ikut andil saat memasuki cerita mereka sendiri, namun fakta bahwa komunikasi seolah berjalan satu arah tak bisa dihindari. Misalnya saja Hawkeye yang saya pilih menjadi karakter ketiga, ia akan turut andil besar-besaran saat memasuki bagian dari ceritanya yang satu jalur dengan tokoh utama saya, Duran. Namun, apa yang Duran dan karakter lain lakukan? Diam membisu. Ekspresinya hanya direpresentasikan melalui sebuah animasi. Ini karena semua dialog diambil alih oleh Hawkeye. Membuat fitur klasik ini kurang relevan jika kamu bandingkan dengan mekanik game JRPG yang berhasil dieksekusi dengan sangat baik oleh Square-Enix selama satu dekade terakhir.
Berjalannya dialog satu arah inilah yang menjadi salah satu kelemahan game dengan banyak tokoh utama. Khususnya bagi Trials of Mana yang berusaha menghadirkan kembali kecupan JRPG klasik yang miliki dialog cukup kaku di masanya. Membuat kisah masing-masing karakter terpisah-pisah, meskipun satu tujuan.
Benar, Square-Enix berhasil menutupi kekurangan ini di game seperti Octopath Traveler yang semua karakternya adalah tokoh utama. Mereka menambahkan sesi dialog antar tokoh utama saat cerita salah satu karakter tengah berjalan yang bisa disaksikan dengan menekan sebuah tombol. Namun sayangnya, tidak untuk Trials of Mana. Mereka membiarkannya agar stay with original untuk seri remake dan hanya menambahkan sedikit sekali serpihan-serpihan tersebut menjelang akhir kisahnya.
Menariknya, ketika kamu telah menikmati layar credit dengan tulisan The End, versi remake ini akan mencegahmu untuk berhenti sampai di situ saja. Karena petualanganmu belum berakhir. Jadi, jangan berharap bahwa “The End” adalah akhir dari segalanya di Trials of Mana.
Visual dan Alunan Musik Perangsang Imajinasi
Musiknya terbagi menjadi dua: klasik dan remake. And guess what? Versi klasik masih tetap enak didengar hingga detik ini meskipun tergolong musik super lawas. Namun, versi remakenya juga tak kalah indah. Ia hadir dengan balutan musik orkestra berkualitas tinggi. Membuatmu bisa menikmati alunan magisnya yang secara tak langsung merangsang otak dan imajinasimu untuk membayangkan bagaimana jika kamu berada dalam dunia fantasy klasik yang selalu terpampang di game JRPG.
https://www.youtube.com/watch?v=h_nXtDfcMYM
Di sepanjang permainan, musik tema utama Trials of Mana menjadi salah satu musik favorit saya di game ini. Karena secara tak langsung, ia mampu membuat saya berimajinasi bagaimana indahnya dunia JRPG klasik yang penuh warna dengan kisah dan misterinya yang sangat kaya.
Sementara, tampilan visualnya sepertinya sudah tak perlu dipertanyakan lagi atas kepiawaian para artist Square-Enix dalam menggunakan Unreal Engine 4. Berawal dari Dragon Quest XI, developer sekaligus publisher asal Jepang ini kembali manjakan mata kita dengan tampilan visual yang bisa dibilang cukup jomplang dari Final Fantasy VII Remake yang juga gunakan engine yang sama.
Gunakan Dub Jepang! WAJIB!
Tampilan visual dan musik memang berhasil merangsang imajinasi player untuk menikmati bagaimana indahnya dunia Trials of Mana. Namun sayang, hal tersebut tak berbanding lurus dengan dubbingnya. Khususnya untuk dubbing berbahasa Inggrisnya. Jika kamu belum tahu, Square-Enix sangat hati-hati untuk memilih aktor untuk mengisi suara berbahasa apapun termasuk bahasa Inggris, mengingat perbedaan budaya yang cukup kontras. Ini dibuktikan dengan suksesnya mereka mengadaptasi semua dubbing berbahasa Inggris yang mereka representasikan di seri Final Fantasy hingga Dragon Quest XI. Sayang, sepertinya mereka terburu-buru saat mengerjakan Trials of Mana.
Hal ini ditunjukkan dengan tak adanya sinkronisasi warna suara dan terjemahan yang pas dari dubbing tiap karakternya. Khususnya Charlotte yang bakal buatmu ingin memukul dan membanting speaker maupun headsetmu. Alih-alih menggunakan voice british dengan logat Eropa, mereka menggunakan voice actor yang jika didengar dari logatnya merupakan orang Amerika. Saya tak perlu menjelaskannya dengan lebih detil, kamu bisa melihat dan mendengarnya sendiri melalui video yang telah dibuat oleh YouTuber bernama VoiceComparison di bawah.
Saya pribadi sebagai orang yang selalu mengedepankan dub Jepang dalam setiap game Jepang kecuali seri tertentu, tak mempermasalahkannya sama sekali karena memang bukan menjadi tujuan saya. Sebaliknya, saya sangat puas dengan dub berbahasa Jepangnya. Setidaknya itulah yang saya pribadi rasakan.
Bisa dibilang bahwa voice acting bahasa Jepangnya termasuk sangat oke, namun karena terkadang animasi karakter saat berakting kaku dan kurang ekspresif, beberapa adegannya kurang bisa dinikmati. Harusnya Square-Enix berikan efek tertentu atau animasi tertentu untuk memperkuat kesan karakter tengah marah, teriak, atau yang lain.
Ini jadi salah satu nilai minus yang menurut saya pribadi justru cukup mengurangi kenikmatan bermain, khususnya dari segi cerita di beberapa adegan tertentu. Karena player tak lagi bisa merasakan bagaimana jika karakter tersebut berekspresi marah atau senang, berkat cukup minimnya animasi yang mendukung. Menghilangkan akting dari voice actor yang sudah maksimal.
Adegan dengan beberapa delay seolah menunggu kode dalam gamenya berjalan, juga membuat penyampaian ceritanya terasa canggung. Memang, tidak semuanya, namun alangkah lebih baik hal tersebut lebih diperhatikan meskipun hanya segelintir untuk proyek mereka selanjutnya.
Salah satu penyensoran yang dilakukan Square-Enix
Terdapat hal yang menarik ketika kamu menggunakan dub Jepang, yakni penyensoran. Terlebih jika kamu memahami bahasa Jepang seperti saya. Salah satunya adalah dari segi penerjemahan. Beberapa dialog dengan dub yang diterjemahkan, terkadang berbeda dari bahasa Jepang yang diucapkan. Mulai dari saat Duran pulang ke rumah bersama Angela yang kemudian digoda Angela saat ia tak ingin rekan satu partynya masuk rumahnya. Angela yang ingin tahu kamar Duran dalam dub bahasa Jepangnya menduga bahwa Duran menyimpan buku tak senonoh di kamarnya. Namun hal ini diterjemahkan berbeda oleh Square-Enix menjadi lebih “friendly” dengan mengubahnya menjadi kerangka manusia dan “rahasia”.
Kalimat tarian seksi diubah.
Hal lain yang mereka sensor adalah ketika penari mengatakan, “Apakah kamu ingin melihat tarian seksi kami?” dalam dub Jepang yang kemudian diterjemahkan menjadi, “Apakah Anda ingin melihat kami menari?”. Hal ini kemungkinan sengaja diganti agar aman untuk anak remaja. Mengingat rating gamenya sendiri T atau Teen.
Kesimpulan
Trials of Mana muncul sebagai seri yang mencoba mengajak para fans JRPG untuk kembali merasakan manisnya game JRPG klasik yang sempat populer antara tahun 90-2000-an. Beberapa elemen seperti cerita klasik khas JRPG, world map, peti harta, hingga kendaraan laut dan udara membuat player merasakan indahnya menjelajahi dunia yang penuh imajinasi. Hal ini kemudian mereka lengkapi dengan musik dan tampilan visual yang bisa membuatmu merasakan eyegasm dan eargasm di sepanjang permainannya.
Meskipun mereka masih bertahan dengan orisinalitas seri orisinalnya. Namun battle Trials of Mana yang dibuat sangat fluid dengan berbagai perubahan, membuat gamenya bisa dikatakan sejajar dengan game baru zaman sekarang untuk masalah mekanik action yang disandangnya.
Seed systemnya yang unik, lengkap dengan class system yang kembali hadir membuat kontennya semakin padat berisi, meskipun saya pribadi sedikit kecewa karena jumlah itemnya tergolong sedikit untuk kelas game RPG.
Trials of Mana juga sepertinya juga akan membuatmu yang menyukai voice actor berbahasa Inggris khas Square-Enix bertekuk lutut dan mengakui bahwa voice actor berbahasa Jepang lebih unggul. Hal ini dikarenakan beberapa voice actor berbahasa Inggris tak miliki konsistensi tinggi dan minimnya emosi yang harus mereka perankan.