Draft gaming disorder WHO masih banyak cacat
Beberapa waktu yang lalu, World Health Organization atau yang sering dikenal dengan nama WHO mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan mengklasifikasikan kecanduan video game menjadi salah satu penyakit mental. Ada beberapa hal yang dicantumkan ke dalam draft tersebut untuk dapat mengatakan bahwa seseorang mengalami gaming disorder atau kelainan dalam bermainan game. Antara lain yaitu ketidakmampuan untuk mengontrol waktu bermain game, lebih menutamakan game ketimbang kegiatan lainnya, serta bermain game terus menerus meskipun menyebabkan dampak negative.
Namun bagi sebagian orang, draft tersebut dirasa masih kurang matang. Banyak pihak yang menentang dan berharap WHO akan mempertimbangkan ulang draft itu. UKIE (UK Interactive Entertainment), sebuah organisasi dagang untuk industri game dan hiburan di UK menjadi Salah satu pihak yang melakukan penentangan dengan aksi nyata. Bersama dengan 36 ekspertis, termasuk di dalamnya ekspertis kesehatan mental, ilmuwan sosial dan juga akademisi, pada hari kamis lalu (1/3) mengeluarkan sebuah laporan yang nantinya akan dimuat dalam Journal of Behavioral Addiction.
CEO UKIE bernama Dr. Jo Twist mengatakan bahwa rencana WHO tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan.
“Sangat jelas bahwa terdapat banyak para ilmuwan yang menentang rencana WHO tentang gaming disorder.” Ucap Twist yang dikutip oleh CogConnected, “Kami bergabung dengan mereka dan juga pihak lain dari industri video game untuk membuat WHO memikirkan ulang tentang bukti nyata yang harus ada dan juga fokus utama yang mereka tuju dengan draft tersebut, serta untuk menghentikan keputusan tidak penting WHO tentang klasifikasi itu.”
Sementara itu Simon Little, CEO Interactive Software Federation Europe yang menjadi perwakilan bagi industry game eropa mengatakan bahwa gaming disorder yang diusulkan WHO kontroversial dan belum terbukti. Pihak yang menentang hal tersebut juga semakin banyak.
“Proses pembuatan draft gaming disorder itu tidak transparan, secara mendalam masih cacat, dan kurang mewakili ilmuwan. Kami mendesak hal ini agar dihentikan.” Begitu ucap Simon.
Draft dari WHO sendiri rencananya selesai tahun ini. Namun dengan adanya penentangan dari berbagai pihak sepertinya WHO memang harus benar-benar mempertimbangkan mengenai rancangan tersebut. Meskipun memang pada beberapa kasus meinmbulkan hal negatif, namun tak bisa dipungkiri juga bahwa ada hal positif yang dapat dimanfaatkan dari video game. Beberapa contohnya seperti Nintendo Switch yang berhasil deteksi tumor pada tangan dan juga Minecraft yang digunakan untuk membantu penderita autis.