[OPINI] Waktu Bermain Game Semakin Berkurang Seiring Bertambah Usia, Relatable?

Waktu Bermain Game

Waktu Bermain Game – Ada suatu masa dimana kalian merasakan kerinduan akan banyaknya waktu yang bisa  digunakan untuk bermain video game. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, waktu seperti itu sudah sangat jarang bisa kita temukan. 

Berbagai hal mendasari kenapa kita jadi tidak punya banyak waktu untuk memainkan video game. Mulai dari banyaknya kewajiban sebagai orang dewasa, hingga adanya beban mental yang mungkin tidak pernah terpikirkan ketika masih belia.

Terkadang pun ketika kita memiliki sedikit waktu senggang, tidaklah pula waktu tersebut kita gunakan untuk bermain game. Mengapa semua ini bisa terjadi? Apa yang menyebabkan kita semakin malas dan tidak seantusias dulu dalam memainkan game?

Waktu Bermain Game Berkurang dan Semakin Menghilang, Ada Apa?

Main game ketika bocil

Zaman penulis masih SD, bermain game adalah hal yang dilakukan setiap harinya sepulang sekolah. Waktu itu, belum ramai warnet dan yang banyak di sekitar rumah hanyalah rental PS2 dimana isinya pasti orang memainkan game bola.

Sebagai bocah yang menyukai game RPG pada masanya, penulis hanya bisa berpuas diri dengan memainkan game PS1 di rumah. Sebagai gantinya, beratus-ratus jam bisa dihabiskan hanya untuk memainkan seri Suikoden, atau Chrono series.

Begitu beranjak SMP, sudah banyak warnet mulai muncul dan mencuat ke permukaan. Dimasa itu pula penulis kenal dengan MMORPG yang legendaris di Indonesia. Sebut saja mulai dari Cabal Online, RF Online, dan bahkan Yulgang Online yang mana merupakan adaptasi dari manhwa legendaris Ruler of the Land.

Era game action RPG pun mulai bermunculan. Tahun 2010an kita mungkin mengenal Dragon Nest yang menjadi sebuah game action populer pada masanya. Penulis bisa menghabiskan waktu dari pulang sekolah sore hari hingga malam di warnet hanya untuk grinding dan mencari gear.

Curi-curi Waktu Main Game di Kantor

Main game pakai fasilitas kantor

Masa-masa yang sangat indah ini sekarang telah perlahan menghilang. Sejak tamat sekolah dan mulai perlahan memasuki kehidupan bermasyarakat, banyak tanggungan hidup yang absen ketika masa sekolah bermunculan.

Waktu kerja sangat menyita waktu karena kita harus berangkat pagi-pagi dan pulang ketika matahari mulai terbenam. Beban psikis bercampur dengan penatnya tubuh mengubah suasana mental kita. Alhasil, kita jadi kehilangan niatan untuk memainkan video game.

Kalau kalian pernah melihat grafik perbandingan anak mudah dan orang dewasa seperti di bawah, mungkin kalian saat ini merasa relate. Ketika muda kita punya banyak energi dan waktu namun tidak punya uang untuk melakukan hobi tersebut.

Semakin dewasa, kita punya penghasilan namun harus mengorbankan waktu dan tenaga hingga tidak lagi punya kesempatan untuk bermain game.

Kalian di fase yang mana

Tapi, namanya hobi tetaplah hobi ya. Memang penulis tidak lagi punya banyak waktu untuk lakukan grinding berpuluh-puluh jam hanya untuk satu gear dengan stat lebih baik sekian persen.

Tapi, penulis masih saja mencuri-curi waktu untuk memainkan game karena tidak ingin membuang hobi yang sudah dijalankan belasan tahun ini. Sebagai gantinya, mungkin hanya tersisa waktu beberapa jam saja dalam seminggu untuk memainkan video game. Alhasil, selera game kita pun ikut berubah karena itu.

Peralihan dari Game Hardcore ke Game Kasual

Game “kasual”

Untuk bisa menikmati video game lagi tanpa merasakan keterpaksaan, ada baiknya strategi selama ini diubah. Perlahan namun pasti kita harus mulai beradaptasi dengan keadaan kita. Improvise. Adapt. Overcome. Mungkin tiga kata legendaris ini cocok untuk menggambarkan kondisi penulis ketika itu.

Berita baiknya adalah, mobile gaming mulai rame dikala itu. Judul game besar seperti Granblue Fantasy dan Fate/Grand Order baru saja mulai populer di kalangan gamer.Sebagai game yang sejak awal ditargetkan untuk mobile, ia punya satu keuntungan yang krusial.

Karena game ini bisa dimainkan kapan saja hanya bermodalkan smartphone. Tidak perlu pula smartphone yang mahal untuk memainkannya. Otomatis, penulis bisa lagi sambil mencuri-curi waktu ketika sedang tidak sibuk di kantor dan memainkan game.

Kekurangan yang cukup fatal di game mobile tentu hanya satu, yaitu game tersebut adalah game gacha. Yang mana merupakan model game baru yang belum pernah penulis mainkan sama sekali.

Bukan sebuah kekalahan yang telak, namun penulis harus membiasakan diri untuk tidak selalu gacha di setiap banner karakter baru. Taktik untuk selalu F2P adalah menahan diri dan hanya gacha di banner karakter yang benar kita suka saja.

Nostalgia Video Game, Godaan yang Sangat Berbahaya

Sedih aku tu

Sebagai orang yang sepenuhnya bekerja full-time, kebebasan finansial adalah hal yang selalu bisa kita nikmati hasilnya. Untuk itu penulis mencoba lagi kembali ke era dimana penulis bermain game di konsol.

Yang pertama terpikirkan tentu adalah PS4 kala itu. Pilihan game ketika itu pun cukup banyak dan bervariasi. Penulis langsung mencoba game first party yang populer di masanya. Contoh saja God of War (2018) dan Horizon Zero Dawn. Tapi ada suatu hal yang berbeda ketika memainkan kedua game tersebut.

Awalnya penulis mengira mungkin karena kedua game ini tidak perlu grinding dan bukan game RPG, jadi terasa aneh. Penulis pun langsung mencoba game yang lebih hardcore lagi, pilihannya jatuh pada game Capcom yang tengah populer ketika itu yaitu Monster Hunter World.

Awalnya antusias kembali hadir. Penulis bisa dengan cepat naik ke High Rank dan menyelesaikan misi utama. Sekarang yang perlu dilakukan hanya grinding untuk dapatkan armor dan upgrade saja, ‘bukan?

Perlahan tapi pasti, rasa burnout pun kembali terasa. Kebanyakan ini didasari oleh minimnya waktu bermain dan satu-satu hari dimana waktu bukan masalah adalah hari minggu. Ujung-ujungnya game terlantarkan dan kembali ke game mobile karena lebih praktis dimainkan dimana saja.

Tidak banyak yang menyadari, waktu adalah komoditi yang sangat terbatas. Selain waktu bekerja, kita juga harus menyeimbangkan dengan waktu istirahat yang cukup. Hingga rasanya 24 jam sehari sangatlah tidak cukup. Untuk sekarang penulis masih kesulitan untuk menyeimbangkan waktu untuk beristirahat, kumpul bersama keluarga, dan waktu bermain game.

Mungkin tulisan di atas relate dengan kalian, mungkin juga tidak. Kehidupan tiap orang memang berbeda-beda dan tidak ada salahnya jika kita harus mengorbankan suatu hal karena sudah saatnya kita tinggalkan.

Untuk saat ini penulis hanya berharap hari dimana video game sudah tidak menjadi passion tidak akan tiba. Sekarang penulis harus pamit dulu untuk mendownload game yang sudah dibeli pas Steam Winter Sale baru-baru ini. Semoga kali ini rasa burnout tidak lagi mencengkram ya brott.


Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Opini atau artikel lainnya dari Andi. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.

Exit mobile version