Alasan Developer Indie Protes Kebijakan Baru Unity Engine – Minggu lalu Unity membuat kebijakan baru yang sangat kontroversial. Kebijakan ini membuat para developer merasa dirugikan, terutama kebijakan Runtime Fee yang sangat tidak masuk akal.
Para developer baik dari developer besar hingga Indie melakukan protes yang sangat masif agar perusahaan engine tersebut menarik ataupun melakukan revisi terhadap kebijakan yang akan mereka terapkan tahun depan.
Alasan apa saja sih yang membuat para developer Indie ini melakukan protes? pada artikel ini, Gamebrott akan menjelaskan beberapa alasan Developer Indie Protes Kebijakan Baru Unity Engine.
Disclaimer: Artikel ini ditulis berdasarkan beberapa alasan yang penulis temukan di sosial media developer – developer Indie yang melakukan protes kepada Unity Engine. Artikel ini tidak bermaksud untuk menyerang ataupun memojokkan pihak – pihak terkait.
Daftar isi
Alasan Developer Indie Protes Kebijakan Baru Unity Engine
Berikut adalah Alasan Developer Indie Protes Kebijakan Baru Unity Engine terbaru yaitu Runtime Fee:
1. Developer Merasa Dikhianati oleh Unity
Alasan Protes pertama tentunya adalah para developer kini merasa dikhianati oleh Unity yang selama ini menjadi Engine yang sangat ramah. Adanya kebijakan baru tanpa sepengetahuan para Developer ini jelas telah menghancurkan kepercayaan secara bisnis.
Selama ini para developer menggunakan kebijakan lama yang sangat ramah. Developer hanya perlu mengikuti kebijakan sesuai dengan jenis Engine yang mereka gunakan. Dan dulunya, engine ini dianggap cukup transparan.
Namun sebelum kebijakan baru ini, beberapa hal yang dianggap mencurigakan terjadi seperti perubahan kebijakan mendadak dan penghapusan repository di Github yang membuat para developer menganggap perusahan tersebut tidak transparan.
Dengan hancurnya kepercayaan ini, dampak jangka panjangnya adalah para developer akan berpikir berkali – kali untuk menggunakan engine tersebut ketika akan mengembangkan sebuah game.
2. Unity Runtime Fee Tidak Masuk Akal
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan ini dianggap tidak masuk akal karena terlalu mengambil untung dan membuat para developer merasa dirugikan. Perhitungan yang diberikan juga dirasa belum matang.
Perhitungan yang dimaksud adalah perusahaan ini akan mengambil 20 sen untuk setiap instalasi dari game yang sudah terkena efek runtime fee ini. Sehingga hal ini membuat para developer menjadi sangat kecewa.
Resiko beberapa oknum akan melakukan instal masal dan melakukan install bombing merupakan salah satu alasan mengapa runtime fee dianggap tidak masuk akal. Developer beresiko untuk membayar biaya yang luar biasa besarnya jika hal ini terjadi.
Meskipun pihak perusahaan sendiri telah menjelaskan bahwa mereka memiliki cara untuk mengatasi install-bomb ini, namun oknum – oknum yang ingin melakukan cara kotor ini memiliki berbagai cara seperti contohnya menginstall menggunakan virtual machine sehingga tetap akan terhitung.
3. Menipisnya Keuntungan Developer
Tentunya ini merupakan alasan yang sangat kuat dari para developer sehingga mereka melakukan protes atas kebijakan terbaru ini. Seperti diketahui, Developer memiliki berbagai hal yang harus mereka selesaikan dan menggunakan biaya.
Seperti biaya potongan dari Publisher dimana Developer biasanya akan mendapatkan keuntungan jika telah menjual lebih dari yang tertera pada kontrak. Disamping itu, platform store juga memakan potongan yang cukup besar.
Biaya bulanan yang mereka keluarkan untuk membayar Engine Unity juga masuk kedalam hal tersebut sehingga keuntungan para developer terutama Developer Indie sangat tipis. Dan dengan adanya Runtime Fee ini, bisa – bisa keuntungan mereka bahkan menjadi minus alias rugi.
Jika para developer rugi, maka mereka akan mengurungkan untuk membuat game menggunakan Unity karena dianggap sebagai Engine yang terlalu memakan biaya. Wajar saja para developer melakukan protes.
4. Berpindah Engine Membutuhkan Banyak Waktu
Hal ini yang tentunya menjadi alasan lainnya mengapa para developer melakukan protes. Untuk berpindah ke engine lain, para developer harus belajar lagi untuk menguasai dan terbiasa menggunakan Engine baru.
Dan proses tersebut memakan banyak waktu. Alternatifnya memang menggunakan cara porting ke engine lain, namun porting ini tentunya tidak sempurna sehingga akan ada beberapa permasalahan lain yang harus mereka perbaiki.
Para developer harus belajar lagi agar mereka dapat memperbaiki beberapa permasalahan pada game yang telah mereka port. Selain membutuhkan banyak waktu, hal ini juga membutuhkan biaya yang lebih banyak lagi.
Saat ini, Engine yang paling umum digunakan baik di industri game maupun pada sektor pendidikan adalah Unity karena engine ini dapat digunakan secara gratis. Dan perubahan besar akan terjadi jika kebijakan ini berlaku sehingga para developer juga protes untuk merubah kebijakan runtime fee ini.
Nah itulah alasan – alasan Developer Indie Protes Kebijakan Baru Unity Engine yang dianggap terlalu merugikan mereka. Syukurnya, perusahaan engine tersebut baru – baru ini telah merubah kebijakan mereka dan meminta maaf.
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Unity atau artikel lainnya dari Javier Ferdano. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com