Dampak Kebijakan Baru Unity Engine – Pada 13 September 2023, Unity yang merupakan salah satu engine yang paling umum digunakan oleh para developer game berencana menerapkan kebijakan terbaru yang disebut sebagai Unity Runtime Fee.
Kebijakan terbaru ini membuat setiap game yang melewati batas minimum akan terkena biaya per instalasi game tersebut. Sehingga hal ini membuat para developer dan pihak – pihak lainnya protes.
Protes ini tentunya memiliki alasan karena akan berdampak besar baik di industri game maupun sektor lainnya. Apa saja dampak kebijakan baru Unity Engine ini? apakah berdampak sangat besar? Mari kita bahas bersama.
Disclaimer: Artikel ini membahas dampak yang diakibatkan dari kebijakan terbaru dari Engine Unity tanpa ada maksud menyudutkan ataupun menyinggung pihak – pihak tertentu terkait hal yang dibahas ini.
Daftar isi
Dampak Kebijakan Baru Unity Engine Bagi Developer Game dan Pihak Lainnya
Berikut adalah Dampak dari Kebijakan terbaru Unity Engine bagi Developer dan Pihak Lainnya:
1. Kepercayaan Terhadap Unity Hancur
Dampak pertama yang diakibatkan oleh kebijakan baru Unity Engine ini adalah kepercayaan terhadap engine tersebut menjadi hancur. Hal ini dikarenakan para developer merasa bahwa mereka telah dikhianati oleh engine yang selama ini mereka gunakan.
Hal terpenting dalam bisnis adalah kepercayaan. Dan jika kepercayaan tersebut hancur, maka akan sangat susah bagi perusahaan yang kepercayaannya hilang untuk tetap berjalan dengan normal.
Meskipun Kebijakan nantinya akan berubah, akan tetapi kepercayaan yang sudah hancur rasanya sangat sulit untuk kembali utuh seperti semula. Para developer tentunya juga sudah berencana untuk pindah menggunakan Engine lain agar tidak dikhianati kembali.
2. Keuntungan Developer Indie Unity Engine Menurun
Berbicara tentang bisnis, tentunya keuntungan menjadi faktor yang juga penting dalam pengembangan game. Para developer yang menggunakan Unity mayoritas didominasi oleh developer Indie.
Dan Developer Indie juga memiliki publisher untuk membantu mereka menyebarkan game agar dapat diakses oleh para gamer di berbagai belahan dunia. Publisher tentunya akan mengambil keuntungan juga dalam hal ini sehingga Developer tidak mendapatkan 100% keuntungan.
Dan keuntungan tersebut juga akan terpotong dari store platform online dimana game itu juga dijual seperti Steam, Epic, dan sebagainya. Store – Store ini juga biasanya mengambil potongan sekian persen dari penjualan game.
Selain itu, Developer juga harus menggaji karyawan mereka dimana hal ini akan lebih memangkas lagi keuntungan. Selain gaji, aplikasi Unity Engine ini biasanya digunakan untuk versi komersil yang ada biaya bulanannya.
Dengan potongan yang cukup banyak, Developer tentunya hanya mendapat keuntungan yang cukup tipis. Dan dengan adanya Runtime fee ini, bisa saja keuntungan tersebut hilang dan bahkan menjadi minus.
3. Resiko Adanya Review Bomb
Faktor ini hadir karena kebijakan terbaru dari Unity yang menyatakan bahwa mereka akan mengambil keuntunga per instalasi. Selama ini bentuk protes para gamer kepada developer atau publisher adalah dengan melakukan Review Bomb.
Review Bomb adalah bombardir review jelek terhadap suatu produk oleh para pengguna atau konsumen produk terkait. Namun jika Runtime fee ini berlaku, selain review, para gamer juga melakukan Install Bomb agar developer rugi.
Install bomb kurang lebih sama seperti Review Bomb, bedanya pemain hanya melakukan install berkali – kali terhadap suatu game jika mereka ingin protes, dan hal ini tentunya akan merugikan developer karena mereka harus membayar biaya yang luar biasa besarnya jika hal tersebut terjadi.
Contoh gampangnya, Sebuah game Gacha yang menggunakan Unity memberikan update tanpa hadiah tiket Gacha dan membuat para gamer tidak senang. Para gamer yang yang tidak senang ini kemudian protes dengan melakukan Install Bomb dan para developer akan menanggung biaya karena protes tersebut.
Dengan begitu, para developer semakin takut untuk membagikan sesuatu kepada komunitas karena resiko update yang mereka berikan tidak memuasakan beberapa pihak. Hal ini nantinya menjadi permasalah yang sangat besar di Industri Gaming jika terjadi.
4. Platform Subskripsi Ragu Mengambil Game yang Menggunakan Unity
Seperti yang kita ketahui, platform Subskripsi seperti Game Pass, Playstation+, dan lainnya sudah menjadi tren pada industri gaming. Dan ada hal menarik pada FAQ engine Unity ini mengenai pihak – pihak Subskripsi tersebut.
Berdasarkan FAQ beberapa waktu lalu, jika game masuk kedalam layanan Subs ini seperti Game Pass, maka pihak penyedia langganan tersebutlah yang akan menanggung Runtime Fee ini. Baik Game Pass ataupun platform langganan lainnya saat ini memang belum membuat pernyataan mengenai hal tersebut. Namun mari kita perkirakan kemungkinan yang terjadi nanti.
Kemungkinan pertama, penyedia langganan bersedia menanggung beban ini, namun mereka harus mengurangi biaya yang mereka keluarkan kepada developer agar game terkait masuk ke layanan tersebut. Hal ini mungkin akan membuat para developer semakin susah mendapat keuntungan.
Kemungkinan selanjutnya, Para penyedia langganan ini akan berpikir dua kali untuk memasukkan game – game yang menggunakan Unity karena mereka harus terkena biaya runtime fee.
Dari 2 kemungkinan diatas, tidak ada kemungkinan yang menguntungkan semua pihak. Salah satu pihak dan bahkan 2 pihak akan sangat dirugikan jika Runtime Fee ini berlaku. Dan Gamer yang berlangganan juga akan rugi karena deretan game yang dapat dimainkan semakin sedikit.
5. Perubahan Mata Pelajaran Game Design
Dampak dari permasalahan ini juga akan terkena kepada sistem pendidikan terutama untuk pembelajaran Game Design. Mayoritas Akademi atau Universitas yang memiliki mata pembelajaran Game Design saat ini menggunakan Unity sebagai dasar mereka.
Hal ini karena engine tersebut merupakan engine yang gratis dan tidak memiliki royalti sehingga sangat cocok digunakan sebagai pembelajaran. Dan mayoritas Developer juga belajar menggunakan Engine tersebut.
Dengan adanya runtime fee ini dan dampak – dampak sebelumnya terjadi, Developer tentunya akan menggunakan engine lain untuk mengembangkan game mereka. Sehingga pembelajaran secara akademik juga berubah.
Perubahan ini dikarenakan kurang efektifnya mata kuliah atau pembelajaran menggunakan Engine yang mungkin akan ditinggalkan mayoritas developer. Kemungkinan ini membuat Sektor akademik akan mengubah metode pembelajarnya.
Mungkin saja, untuk pembelajaran Game Design, pihak akademik akan mengganti Unity menjadi engine lain agar para murid yang mengikuti pembelajaran tersebut dapat beradaptasi ke engine yang ramai digunakan.
Nah itulah Dampak Kebijakan Baru Unity Engine Bagi Developer Game dan Pihak Lainnya. Dampak – Dampak ini mungkin saja terjadi jika kebijakan tidak berubah dan akan berjalan. Jadi, apakah kalian salah satu pihak yang dirugikan dengan kebijakan ini, brott?
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Unity atau artikel lainnya dari Javier Ferdano. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.