Karena Warframe, Pria Ini Berhasil Menyelamatkan Dirinya dari Kemiskinan

Chains of Harrow

Karena mengikuti suatu program dari pihak developer ?

Bila ada pertanyaan mengenai game free to play apakah yang paling terbaik di dunia saat ini ? Saya tidak akan sungkan-sungkan menyebut Warframe sebagai jawaban. Karena dari mulai liarnya praktek bisnis game freemium sekarang, Warframe benar-benar menampakkan sebuah etiket bisnis yang paling positif dibandingkan dengan game-game free to play lainnya. Bila tak percaya, kalian bisa simak penjelasan secara lebih terperinci tentang maksud kami sesungguhnya terhadap game ini dalam artikel berikut.

Dan dari betapa hebatnya Digital Extreme dalam meracik Warframe menjadi satu game gratisan yang sangat bersahabat bagi para player, rupanya ada satu cerita menarik yang datang dari seorang pria dengan latar belakang “desainer” ketika mecicipi dan merasakan kemegahan dari game ini.

Masih ingat dengan 1 dari 10 alasan berikut ini ? Bila belum atau lupa, coba sempatkan waktu untuk membaca sebentar alasan nomer tujuh tersebut dari link yang sudah kami taruh di akhir paragraf pertama.

Bagi yang belum tahu, Warframe telah lama mempunyai semacam program bulanan dimana kamu sebagai player atau siapapun bisa ikut serta dalam menciptakan semacam kosmetik atau skin untuk karakter Warframemu. Dinamai sebagai Tennogen, hasil kreasi dari para komunitas tersebut nantinya akan diseleksi langsung oleh pihak developer. Dan bila dinyatakan lulus untuk bisa dijual langsung ke dalam game, kamu bisa langsung mendapatkan uang dari sebagian hasil penjualan skin-skin milikmu tersebut. Hal yang dilakukan oleh Digital Extreme ini rupanya sangat begitu menolong Frelling Hazmot, khususnya ketika ia sedang berjuang untuk bisa lepas dari depresi karena hutang dan kemelaratan yang selalu meradang hidupnya.

Seorang yang punya mimpi besar tapi malah blunder.

Frelling sendiri sebenarnya adalah orang yang tidak jauh berbeda dengan kita sebagai para gamer. Kehidupan pada masa kecil selalu ia habiskan dengan mencorat-coret atau menggambar tokoh Mega Man hingga Super Mario. Punya cita-cita untuk bisa menciptakan video game sendiri dan melahirkan pundi-pundi uang dari sana, Freeling pun berkomitmen bahwa setelah dirinya lulus SMA, ia ingin melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah desain. Dengan minatnya yang sangat begitu tinggi di bidang seni dan video game, Frelling sangat meyakini betul bahwa dengan mengambil sebuah tempat kuliah yang terbaik dan mahal di wilayah San Fransisco, ia dapat mewujudkan mimpi yang selama ini sudah diidam-idamkan.

Akan tetapi, Frelling sebenarnya juga menyadari bahwa niatnya untuk menempuh pendidikan di sana memang sangatlah kaya akan berbagai resiko. Sebagai salah satu kota dengan biaya hidup yang sangat mahal di Amerika, Frelling selama ini ternyata juga hidup dan membiayai kuliahnya dengan uang yang seluruhnya merupakan bentuk pinjaman dari program pemerintah (Student Loan). Karena masa muda seseorang pasti selalu pernah diwarnai oleh banyak kekhilafan, Frelling sama sekali tak menyangka bila pilihan yang ia ambil tersebut ternyata telah membawanya pada sebuah keterpurukan.

Selama kuliah, Frelling tidak punya banyak kesempatan untuk mengambil sebuah pekerjaan sampingan demi menambah pengalaman sekaligus penghasilan yang ia butuhkan. Jam kuliah di sana betul-betul sangat ketat menurutnya. ketika mencoba belajar sambil bekerja, Frelling mendapat peringatan keras dan bahkan ancaman DO (drop out) dari pihak kampus gara-gara sering absen saat harus mengikuti kelas. Walaupun begitu, ia tetap mampu menyelesaikan pendidikan akademisnya selama 4 tahun dan mempunyai mimpi untuk bekerja di perusahaan game sekelas Blizzard.

Akan tetapi, krisis ekonomi yang melanda di sekitaran tahun 2008 benar-benar membuat Frelling berada di posisi yang cukup sulit dalam mencari pekerjaan. Selama setahun, ia menyadari bahwa dirinya selama ini hanya tinggal sendiri di sebuah apartemen secara menganggur dengan hutang yang menumpuk. Frelling memang benar-benar sudah berusaha keras pada waktu itu, meski sampai mencari bentuk kerja kecil-kecilan yang bersifat Freelance sekalipun, namun hal itu ternyata sama sekali belum cukup. Yang sangat memprihatinkan, selama tinggal di San Francisco Frelling ternyata telah melunasi uang pinjaman dari pemerintah hanya dengan menggunakan kartu kredit. Dimana secara tak langsung ia selama ini telah memindahkan kewenangan hutang yang harus dibayar kepada pihak yang jauh lebih kejam dan lebih tidak mau tahu dengan keadaannya. Frelling sendiri mengaku menyesal dan merasa bahwa itu adalah aksi paling “bodoh” yang pernah ia lakukan di sepanjang hidupnya.

Pertama mengenal Warframe

Dalam titik tersebut, ia mengaku sempat stress dan frustasi. Meski kedua orang tuanya masih mampu memberi sedikit dukungan dan pertolongan secara materiil kepada Frelling, Freliing tetap merasa tidak enak dan rendah diri ketika harus menggantungkan hidupnya pada orang lain. Ia pun juga sampai harus menggantungkan kebutuhan pangan dan kesehatannya pada sebuah program pemerintah yang sebenarnya lebih ditujukan untuk orang-orang miskin yang tak punya tempat tinggal.

Namun, ada satu titik terang yang seakan mulai mendekati kehidupan Frelling. Terutama ketika salah seorang teman kuliahnya yang diterima bekerja di dunia industri video game mengundang dan mengajak Frelling untuk ikut ke sebuah acara konferensi yang dihuni oleh banyak developer-developer game ternama. Dari situ, Frelling mulai bisa mengembangkan kualitas portofolionya dan untuk pertama kali mendapat pekerjaan yang bersifat freelance. Ini pun akhirnya menjadi sebuah awal yang baik bagi karir Frelling dan dari situ pulalah awal dirinya mulai semakin mengenal game Warframe.

Bagi Frelling, Warframe adalah obat yang cukup manjur ketika sedang jenuh atau buntunya ia dalam mencari secerca inspirasi dalam menyelesaikan pekerjaan freelance. Game Action RPG tersebut memang cukup adiktif dan segar ketika dimainkan. Baik karena gameplaynya yang cepat, hingga aspek visualnya yang cukup cantik meski dijalankan dengan spek PC yang agak ringan. Terkait tentang pekerjaannya saat itu, Frelling sendiri mengakui bahwa hasil freelance yang ia kerjakan memang masih belum terlalu cukup untuk melunasi tanggungan hidupnya. Akan tetapi, program sayembara “Tennogen” yang telah diadakan oleh Digital Extreme ini rupanya telah menjadi sebuah angin segar bagi Frelling untuk semakin mengembangkan bakat dan minatnya di dunia desain.

Pertama kali mengirimkan 2 buah karya di tahun 2016 pada edisi ketiga Tennogen, awalnya Frelling mendapat sebuah penolakan dari pihak Digital Extreme. Namun penolakan tersebut betul-betul didasari oleh sebuah alasan teknis yang seakan menyemangati Frelling untuk memperbaikinya kembali. Ya, desain-desain skin buatan para komunitas yang ditolak oleh Digital Extreme selalu biasa disertai dengan semacam penjelasan dan kritik-kritik yang cukup membangun, tak terkecuali untuk hasil karya yang sudah dibuat oleh Frelling. Lewat penolakan tersebut, Frelling mencoba untuk merevisi 2 hasil karya yang merupakan Syandana berbentuk mirip seperti syal dan helm khusus untuk Warframe. Karena menurut Frelling, ia yakin bila Syandana semacam itu betul-betul sangat dibutuhkan sekali untuk ada di game Warframe.

Syal yang mengubah segalanya

Teplo Syandana

Pada bulan September di tahun yang sama, Frelling menyaksikan sebuah acara livestream yang dipimpin oleh Rebecca Ford selaku community director dari Warframe dan secara langsung menyaksikan dua desain revisinya telah diterima atau disetujui langsung di dalam program Tennogen. Frelling jujur tidak menyangka dan sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa kegembiraannya, apalagi ketika melihat Rebecca memamerkan sebuah contoh pemakaian Syandana yang Frelling namai sebagai Teplo tersebut, beserta tak ketinggalan dengan skin helm khusus untuk Warframe Zephyr yang bernama Migisi. Syandana itu benar-benar juga menjadi sebuah skin yang sempat laris manis saat itu. Banyak orang membeli Syandana dengan bentuk syal compang-camping ini karena memiliki bentuk yang sangat mengingatkan sekali dengan salah satu syal yang dimiliki oleh Warframe Excalibur Umbra. Dimana pada saat itu, Warframe Umbra hanya tersedia di versi Cina saja.

Frelling pun juga kaget ketika melihat hasil penjualan yang sudah ditorehkan dari skin buatannya. Karena ia pun menyebut bahwa dalam hitungan kasar, Frelling sudah berhasil melunasi seluruh hutang-hutang yang sudah menjerat dirinya. Bahkan, hasil dari penjualan dua skin tersebut kabarnya bisa langsung terpakai untuk membeli sebuah rumah dan mobil. Padahal, ia sendiri hanya mendapat jatah potongan 30% saja dari sisanya yang juga harus masuk ke kantong Digital Extreme dan pihak Valve sebagai penyedia Steam Workshop, atau platform yang biasa dipakai untuk penyelenggaraan program Tennogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah orang yang sudah menggunakan skin dari hasil karya Frelling ini sepertinya terlampau sangat besar sekali.

Migisi Zephyr Helmet

Seperti seakan sudah menang lotre, Frelling mengaku bersyukur dan bangga atas hasil pencapaian yang telah ia raih, terutama ketika melihat dirinya mampu berkontribusi secara positif untuk Warframe yang merupakan game favoritnya. Ia pun sekarang menjadi salah satu kontributor Tennogen yang cukup sukses di Warframe dengan total 6 karya skin yang sudah resmi diasistensi oleh Digital Extreme hingga saat ini.

Kisah pengalaman yang sudah dialami oleh Frelling Hazmot tersebut mungkin bisa menjadi semacam renungan menarik buatmu. Bayangkan, satu buah syal digital saja bisa terkonversi menjadi sebuah bentuk kemakmuran yang luar biasa bagi seseorang. Hal-hal yang selama ini ingin kalian kerjakan mungkin juga bisa berbuah secara serupa apabila kalian mau memperhatikan berbagai kekurangan yang telah kalian tampakkan ke permukaan.

Credits and Thanks to: Frelling Hazmot and PCgamer

 

Exit mobile version