Mengenal Sekilas Sepak Terjang OnlyFans

OF

Sektor digital tentu menjadi salah satu yang meningkat pesat di tengah pandemi COVID-19 selama sekitar setahun belakangan ini. Dua contoh yang mungkin paling terlihat adalah meledaknya kepopuleran Virtual Youtuber, hingga bermunculannya berbagai content creator baru di ragam platform seperti TikTok, Bigo, Snack Video, atau yang berbasis subskripsi seperti OnlyFans.

Berbicara soal OnlyFans, kamu mungkin mengenal entitas satu ini sebagai wadah berkumpulnya konten-konten dewasa; seperti gravure, cosplay seksi, hingga yang benar-benar berbau pornografi. Dan belakangan ini pun perusahaan berlokasi di London, Britania Raya tersebut sempat memutuskan untuk melarang konten porno karena tekanan dari mitra perbankan yang bekerjasama dengan mereka, namun dibatalkan karena tuai protes dari para penggunanya.

Mengingat bahwa OnlyFans sendiri memiliki model bisnis berbasis subskripsi layaknya Patreon, Gumroad, Trakteer dan sebagainya, agaknya menarik membahas sekilas tentang apa yang membuat OnlyFans begitu berbeda dan menjadi yang terdepan dalam mewadahi konten-konten ‘nakal’ saat ini.

Terbentuknya dan perkembangan OnlyFans

Dibangun pada November 2016 oleh Tim Stokely bersama saudaranya Thomas Stokely dengan modal uang sebesar £10.000 atau sekitar dari 197 juta rupiah oleh sang ayah — Guy Stokely, terbentuklah OnlyFans di bawah naungan Fenix International Limited. Tim menjabat sebagai CEO, Thomas menjadi COO dan sang ayah memegang peran sebagai Head of Finance.

Sebagai informasi, Tim sendiri pada tahun 2011 pernah membangun GlamWorship.com yang menawarkan medium untuk jual beli konten-konten fetish. Kurang berhasil, di tahun 2013 ia meluncurkan Customs4U dengan daya tarik dimana pelanggan bisa me-request sebuah konten langsung kepada bintang film dewasa. Pada titik ini ia menyadari sebuah tren dimana banyak bintang pornografi mulai memanfaatkan media sosial populer seperti Instagram untuk promosi, namun seringkali terkena takedown atau blokir bila dirasa terlalu eksplisit. Melihat hal tersebut, Tim memiliki ide untuk membuat media sosial dimana content creator bebas mengunggah segala konten yang dibuat, namun pelanggan harus membayar biaya langganan kepada content creator yang bersangkutan jika ingin melihat konten-kontennya.

Sekitar dua tahun setelah mengudara, pada tahun 2018 Leonid Radvinsky selaku pemilik MyFreeCams membeli 75% kepemilikan Fenix International Limited dan mengambil peran sebagai direkturnya. Bergabung dengan pengalaman yang bisa dibilang serupa, OnlyFans mulai digencarkan untuk fokus pada konten-konten dewasa, dan kini sukses mendapatkan predikat sebagai wadah pekerja seks komersil dan sarang pornografi dari warganet.

Per tahun 2019, OnlyFans telah mengklaim telah memiliki 24 juta anggota terdaftar dan telah membayarkan lebih dari 526 juta pound sterling atau sekitar 10 triliun rupiah kepada sekitar 450 ribu content creator-nya. Per tahun 2020, terutama semenjak pandemi menyerang, OnlyFans melaporkan peningkatan sebesar 42% akun atau telah mencapai sekitar 50 juta anggota terdaftar.

Cara kerja Onlyfans

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, OnlyFans memiliki sistem dimana pelanggan harus membayar sejumlah uang untuk berlangganan, biasanya bulanan untuk mengakses konten-konten dari content creator yang ingin diikuti.

Biaya berlangganan tentunya berbeda-beda tergantung content creator-nya sendiri, biasanya berkisar antara $5 hingga $50 setiap bulannya. Content creator juga hadirkan tier atau tingkat keanggotaan, dimana tier dengan harga tertinggi memberikan akses kepada konten yang biasanya paling ‘nakal’ maupun tier-tier di bawahnya. Tidak ketinggalan, pihak OnlyFans juga mengambil potongan sebesar 20% dari setiap transaksi.

Namun bagi kamu yang kere, beberapa content creator juga terkadang menghadirkan konten yang bisa diakses secara gratis. Anggap saja seperti sampel gratis seperti yang sering dilakukan di toko-toko parfum misalnya.

Selain berlangganan, OnlyFans juga menyediakan fitur dimana pelanggan bisa menghubungi langsung sang content creator lewat direct message, biasanya untuk me-request konten khusus. Dan content creator sendiri bisa meminta tips sebagai bayaran untuk memenuhi request dari pelanggan tersebut.

Walau demikian, kebanyakan request tersebut justru bukanlah konten eksplisit. Melansir dari Vice, seorang content creator menceritakan pengalamannya dimana banyak pelanggannya me-request untuk meluangkan waktu menjadi teman ngobrol. Hal ini menjadi fenomena menarik tentunya, mengingat konten porno sendiri kini bisa diakses secara cuma-cuma, namun mereka rela membayar sejumlah uang di OnlyFans untuk mendapatkan sesuatu yang lebih personal ketimbang sekadar memenuhi hasrat seksual semata.

Tidak selalu soal konten seksual

Walau difokuskan sebagai medium konten ‘nakal’, OnlyFans juga tetap mendukung berbagai content creator yang bergerak di bidang lain; seperti koki, pelatih fitness, musikus, bahkan gamer, terlepas apakah orang tersebut amatiran atau profesional.

Gamer, terutama streamer video game juga bisa dibilang mulai memanfaatkan OnlyFans sebagai medium untuk berinteraksi langsung dengan fans. Beberapa di antaranya seperti Jasmine Foxe, Chelxie, Khaljiit dan Shannanina, dimana mereka menggunakan OnlyFans untuk ngobrol langsung dengan para pendukungnya dengan lebih personal layaknya teman.

Sebagai medium yang sejatinya belum bisa diterima di kalangan masyarakat secara luas, OnlyFans bersama beberapa content creator-nya tetap melakukan berbagai aktivitas corporate social responsiblity (CSR). Salah satunya seperti Kaylen Ward yang pada Januari 2020 lalu sukses mengumpulkan donasi lebih dari 1 juta USD untuk membantu pemulihan pasca bencana kebakaran liar yang menimpa Australia.

Nah, bagaimana pendapat kalian tentang eksistensi OnlyFans yang semakin mendunia ini? Mengingat beberapa waktu yang lalu Fenix International Limited yang menaungi OnlyFans ditambahkan sebagai perusahaan yang harus bayar pajak jika ingin beroperasi di Indonesia, serta semakin bermunculannya content creator lokal yang menghadirkan cosplay-cosplay ‘nakal’ bahkan eksplisit, apakah OnlyFans bisa menjadi wadah kreasi konten yang populer di tanah air ini? Yuk, langsung share pendapatmu di kolom komentar ya!


Baca juga informasi menarik lainnya terkait OnlyFans atau artikel keren lainnya dari Andy Julianto. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version