Juga ungkap rasa kesal mereka terhadap “politik” dan penyensoran
Sempat tersandung kasus hak cipta dengan musisi band Iron Maiden, game Ion Maiden yang kini berubah nama menjadi Ion Fury lagi-lagi harus dirundung suatu kontroversi yang bisa cukup menyulitkan keadaan Void Point selaku developer. Bukan lagi berhubungan dengan masalah plagiarisme, justru isi konten game sekaligus sikap merekalah yang rupanya sudah benar-benar membuat sebagian pihak resah dan tersinggung. Memangnya konten seperti apa yang dimaksud ?
Semuanya berawal dari postingan komplain yang dimuat di forum resetera oleh seorang user yang bernama “Twenty5Thousand”. Di sana, ia melaporkan sejumlah pihak developer game Ion Fury di Discord memberikan komentar yang menurutnya bernada homofobik, transphobic, sekaligus sexist saat berbicara dengan para komunitas. Salah satu contoh skrinsut komentarnya bisa kamu saksikan di bawah dan untuk selengkapnya bisa dapat kamu lihat dari link forum resetera di atas.
Komentar yang diungkap oleh developer dengan nama Terminx tersebut nampak juga merefleksikan sindiran mereka terhadap pihak WHO yang sudah lama menetapkan kegiatan bermain game berlebih sebagai salah satu penyakit mental.
Ada pula yang mengkritik bila banyak media jurnalis game sekarang juga terlalu condong dalam memihak “SJW”. Dan memberikan contoh tentang hasil penjualan game Battlefield V yang flop karena hal tersebut.
Sekali lagi, tidak hanya mengenai pandangan dari pihak developer saja. Seorang member resetera dalam thread yang sama juga menemukan konten-konten tulisan di dalam game Ion Fury yang mereka anggap sangat menyinggung kaum LGBT.
Sikap pihak Void Point tersebut juga sukses memicu suatu reaksi yang cukup kontroversial dari para netizen. Ada mengaku merasa kecewa membeli game Ion Maiden, tapi di sisi lain ada pula yang semakin bersemangat memberi dukungan. Masalah ini kebetulan juga sudah sampai kepada pihak ekskutif studio dan juga 3D realms selaku publisher yang diwakili oleh Mike Nielsen (bos 3D Realms) dan Evan Ramos plus Richard Gobeille (co-founder Void Point).
Menariknya, mereka bertiga nampak sangat tak sejalan dengan pemikiran ataupun pandangan yang diungkapkan oleh para karyawan Void Point. Dilansir dari Eurogamer, mereka sama-sama kompak memberi statement permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang merasa dirugika dan berjanji untuk menghapus konten ofensif tersebut.
Bahkan, Evan dan Richard dari Void Point telah berencana untuk memberikan sanksi tegas kepada para stafnya dengan memaksa mereka untuk mengikuti sebuah pelatihan khusus tentang isu-isu sensitif. Bersamaan pula dengan hal tersebut, pihak eksekutif Void juga berencana untuk menyumbangkan dana sebesar $10.000 kepada pihak Trevor Project, yang notabenenya merupakan suatu badan organisasi non-profit yang berfokus dalam pencegahan kasus bunuh diri untuk kaum-kaum LGBTQ.
We’ve become aware of some confusion about whether Ion Fury will be censored in response or relation to recent controversy. The answer is no; we are only tweaking a rarely seen decorative sprite and removing some offensive text found outside the game world in leftover map data.
— Voidpoint’s ION FURY out NOW (@voidpnt) August 20, 2019
Sementara untuk game Ion Fury sendiri, para tim dari Void Point sudah memberi klarifikasi bahwa mereka tidak akan menghapus atau menyensor konten yang dipermasalahkan. Namun, mereka rupanya berencana untuk mengganti kata sabun “O*ay” dengan kata-kata nyeleneh yang tidak terlalu bersifat ofensif. Lalu, mereka juga bersedia menghapus konten-konten ofensif yang terletak di luar layout permainan (seperti pada penemuan kalimat “F*gbag” di atas).
Para tim developer sepertinya juga terpaksa melalukan hal tersebut dan mengaku kesal dengan istilah “penyensoran”.
We didn’t compromise our artistic integrity. We’re changing a bottle of soap that said “Ogay” on it to something less offensive. That’s it. We’re 100% with you on the “fuck censorship” standpoint but a stupid joke about gay soap isn’t the hill to die on.
— Voidpoint’s ION FURY out NOW (@voidpnt) August 20, 2019
Tidak hanya soal penyensoran, sebelumnya mereka sempat memberikan cuitan balasan (yang kini sudah dihapus tapi masuk ke dalam archive) bahwa developer ini nampak benci dengan politisasi yang terjadi pada video game. Bahkan ketika merespon orang-orang yang sudah berniat buruk untuk membajak game buatannya, mereka langsung memberitahu bila game Ion Fury hanya memiliki size sebesar 95 MB saja dan seolah bilang ” kalau mau bajak, coba saja mainkan, ini game yang keren kok !! persetan dengan politik”.
Game Ion Fury sendiri pada dasarnya merupakan game FPS dengan grafis retro yang memang sengaja banyak membawa unsur keagresifan Duke Nukem. Seperti yang kita tahu, Duke Nukem pun juga sebenarnya dikenal memiliki sejumlah pembawaan konten yang nyeleneh, tapi juga ofensif. Sehingga game ini memang berperan seperti sang suksesor spiritual dari franchise Duke Nukem itu sendiri.
Semenjak kontroversi tentang konten game tersebut mulai terendus secara luas, game Ion Fury mulai mendapat sedikitnya review bombing yang negatif dari sejumlah gamer di Steam. Dari yang awalnya mendapat resepsi yang keseluruhan positif, review Ion Fury sekarang telah berada di dalam tingkat yang “mixed“. Game ini sendiri sudah lama rilis di sana sejak tanggal 15 Agustus kemarin dan bisa kamu dapat dengan harga Rp. 120.000.
Baca pula informasi menarik lain seputar dunia video game dari saya, Ido Limando.